D I | 03

11.5K 439 4
                                    


"Lo kenapa sih? Kesambet? Daritadi senyum-senyum gajelas," Bella memperhatikan Desya yang bertingkah aneh.

"Gue gapapa. Perasaan lo aja kali," jawab Desya. Ah, dirinya masih kepikiran tentang Arsen yang memuji masakannya. Walaupun hanya deheman saja.

"Terserah lo deh! Capek gue."

"Bel, gue minta alamat kantor bokap lo dong," Desya memasang wajah memelas.

"Buat apaan?" tanya Bella.

"B-buat temen gue, temen gue ada yang butuh kerjaan, kali aja di kantor bokap lo ada lowongan kerja." jawab Desya.

Bella memicingkan matanya "Beneran kan, lo gak lagi bohongin gue."

"Beneran. Temen gue ada yang butuh kerjaan. Sekalian pdkt "  lanjutnya dalam hati.

"Yaudah, entar gue chat aja."

Desya melompat girang. "Makasih! Lo emang sahabat gue yang terbaik." Desya mengecup pipi Bella.

Bella buru-buru menghapus bekas kecupan Desya di pipinya. "Apaan sih lo! Bau jigong tau gak!" tangannya berulangkali menghapus jejak kecupan Desya.

"Bodoamat" setelah mengucapkan itu Desya melenggang pergi.

"Dasar Desya anjing!" teriak Bella.

Desya yang berada di ujung lorong menjulurkan lidahnya.

***

"Bel, lo tau gak makanan yang bokap lo suka?" tanya Desya sambil menyeruput es jeruk miliknya.

"Kenapa emangnya, lo jangan ada niatan untuk deketin bokap gue sampai kapan pun gue gabakal restuin!" ucap Bella penuh penekanan.

"Emangnya kenapa sih? Masalah umur? Gue ga masalah kalau bokap lo dua kali lipat lebih tua dari gue. Lagian sekeras apa pun lo nolak gue sama bokap lo, kalau dia jodoh gue. Dia bakalan jadi milik gue seorang," ucap Desya dengan menatap Bella tajam.

"Gue cuman mau yang terbaik buat lo Des." ucap Bella menatap tajam balik Desya.

"Gue udah besar Bel, gue bisa nentuin pilihan gue sendiri,"

"Tolong jangan ngatur-ngatur hidup gue Bel, cuman diri gue sendiri yang tau mana yang terbaik buat gue." Desya menyambar tasnya di atas meja lalu pergi meninggalkan Bella yang menatap sendu kearahnya.

***

Desya duduk di taman belakang kampusnya. Ia melamun sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Tringg

Suara notifikasi terdengar dari handphone Desya. Ia segera mengecek notifikasi tersebut. Satu pesan masuk dari Bella.

Bella🐵:
Bokap gue paling suka sama masakan padang kayak rendang, ayam balado, gulai nangka, pokoknya banyak deh.

Desya tersenyum membaca pesan dari Bella, ia mengetik balasan pesan untuk Bella.

Desya:
Udah ngerestuin nih ceritanya.

Bella🐵:
Seperti yang lo bilang. Cuman lo yang tau mana yang terbaik buat diri lo sendiri.

Desya:
Sorry kalau perkataan gue tadi menyinggung perasaan lo, gue suka kok diatur-atur sama lo itu artinya masih ada yang peduli dan sayang sama gue. Makasih yah Bel, lo udah jadi sahabat terbaik gue.

Bella🐵:
Gue terhura bacanya hikss...
Gue juga mau bilang makasih sama lo yang selalu ada buat gue, lo orang yang paling gue sayang setelah bokap gue.

Desya:
Alay banget deh Bel, btw bokap lo ada alergi atau hal yang ga di suka gak?

Bella🐵:
Yaelah bu, bucin banget sama bokap gue ye. Bokap gue ga bisa sama hal yang dingin-dingin kalau kena hujan atau makan es pasti langsung demam. Udah dulu ya Des gue ada kelas sekarang.

Desya:
Okeyy makasihh Bella sayang. Inget belajar yang rajin jangan bengong mulu kalau dikelas.

Bella🐵:
Ck! Iya Desya sayangggg....

***

"Woy! Bella!" Desya berteriak lalu berlari menghampiri Bella yang baru saja keluar dari kelasnya.

"Apaan sih, budeg juga gue lama-lama," Bella mendengus sebal.

Desya memamerkan deretan gigi pepsodentnya. "Sorry, katanya tadi lo mau ngasih tau alamat kantor bokap lo." ucap Desya.

"Oh, iya, sorry gue lupa." Bella mengeluarkan satu kertas dari tasnya, lalu memberikannya kepada Desya.

"Tuh, disitu ada alamat kantor bokap gue."

"Udah yah, gue mau pergi dulu. Babayy Desya sayang." lanjutnya.

Desya menghiraukan ucapan Bella. Ia membuka lipatan kertas tersebut.

"Jln. Doang jadian kagak," Desya membaca nama alamat yang tertera dalam kertas tersebut.

"Emang ada nama jalan yang begini? Kok kayak sindiran," gumamnya.

***

"Ehem, tumben nih gaada angin gaada hujan kamu tiba-tiba masak gini. Biasanya kalau disuruh ada aja alasannya," Alina memperhatikan Desya yang sedang memasak sambil menonton tutorial video di internet.

"Eh, bunda. Iya nih bund, Desya lagi latihan jadi calon istri yang baik."

"Dih! Istri-istri. Belajar dulu yang bener! Umur masih 19 tahun sok-sok an mau nikah, emang ada yang mau?"

"Ih! Bunda, kalau anaknya ngelakuin hal positif tuh di dukung dong, bukan malah diejek. Lagian kan Desya cantik, pinter, tidak sombong dan rajin menabung, pokoknya idaman banget deh."

Alina menoyor kepala Desya, "Iya, idaman bapak-bapak di depan komplek,"

"Amit-amit jabang bayi. Bunda yang bener dong! Masa anak bunda satu-satunya yang cantik ini di bilang idaman bapak-bapak, mana perutnya buncit udah gitu rambutnya botak lagi, ewhh." Desya bergidik ngeri.

"Bunda sana aja deh! Jangan disini, ganggu banget." usir Desya.

"Dasar! Emang anak durhaka kamu tuh," Alina pergi meninggalkan Desya sendirian di dapur.

Setelah melihat Alina pergi, Desya malah meninju-ninju angin untuk melampiaskan emosinya.

"Ganti bunda bisa gak sih?"

***

Heyooo! Ayam combekk.

Maaf buat kalian yang selalu nungguin updatetan, meskipun gaada sih.

Alasannya biasalah, problem sekolah ketika daring. Banyak tugas, tidak apa-apa saya kuat kok karena selalu minum kukubima energi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang