Desya mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya. Ia memejamkan matanya berpura-pura tidur.
Arsen membuka pintu kamar Bella, dan menemukan dua orang yang tertidur dengan selimut yang membungkus tubuh keduanya.
Ia melangkah mendekati Bella. Menduduki dirinya di samping gadis itu lalu mengelus rambutnya.Arsen mengernyitkan dahi ketika tangannya tak sengaja bersentuhan dengan kulit Bella. Ia menyentuh kening Bella. Rasa panas dapat Arsen rasakan. Ia menghela nafas, tangannya beralih mengecek suhu tubuh Desya. Untungnya Desya baik-baik saja.
Arsen segera menyiapkan sebuah baskom yang berisikan air dan juga sebuah kain. Ia mengompres Bella dengan telaten. Karena kelelahan Arsen akhirnya ketiduran dengan posisi bersandar di kepala ranjang.
Desya membuka sedikit matanya. Dengan hati-hati Desya bangun, ia juga ikut bersandar di kepala ranjang. Desya memperhatikan Arsen yang terlihat sangat tampan meskipun tertidur. Sudah beberapa menit terlewati namun Desya tak bosan untuk terus menatap wajah Arsen.
Entah keberanian dari mana. Desya mengangkat tangannya, telapak tangannya mendarat di pipi Arsen. Desya mengusapnya pelan, begitu lembut seperti kulit bayi. Tak berselang lama tiba-tiba tangan Desya langsung di cengkram dengan kuat. Arsen membuka matanya menatap sang pelaku dengan tajam.
"Saya tidak suka jika ada yang mengusik waktu istirahat saya! Apalagi dengan beraninya menyentuh-nyentuh saya, paham!" ucapnya penuh penekanan. Desya hanya menatap Arsen sayu.
"Cih! Kamu pikir saya akan luluh jika ditatap seperti itu? Tidak! Saya sudah tau taktik murahan yang kamu gunakan." Arsen menghempas kasar tangan Desya.
Arsen beranjak meninggalkan kamar. Sebelum menutup pintu ia mengucapkan sesuatu.
"Saya titip Bella, saya tau kalau yang terjadi padanya akibat ulah kamu. Bukankah saya sudah bilang kalau kamu hanya akan menjadi pengaruh buruk untuknya. Kamu tidak mau mendengar ucapan saya karena itu kamu yang harus bertanggung jawab." ucapnya tajam.
Desya terkekeh, "Ya, Desya tau. Tapi disini yang jadi pengaruh buruk bukan Desya tapi om,"
Arsen tersenyum sinis, "Percaya diri sekali."
Arsen menutup pintu dengan kencang. Hal itu membuat tidur Bella sedikit terusik, ia menggeliat pelan. Desya langsung menenangkannya, menepuk-nepuk punggung Bella.
Desya rela bergadang hanya untuk mengurus Bella. Menenangkannya ketika tiba-tiba terusik atau terbangun, dan mengganti kompressan setiap saat.
***
Desya memaksakan matanya agar terbuka. Matanya masih terasa berat karena ia hanya tidur selama dua jam. Ia melirik jam di dinding, sudah pukul lima pagi. Desya juga membangunkan Bella, menyuruhnya untuk berwudhu. Mereka harus melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.
Desya membuka gorden agar cahaya matahari masuk. Ia melirik Bella yang tertidur kembali. Melangkahkan kakinya menuju Bella lalu mengecek suhu tubuhnya. Desya tersenyum, sudah lumayan membaik.
Desya berjalan menuju dapur. Ia memutuskan untuk membuat sarapan. Mengecek bahan-bahan yang tersedia di kulkas lalu mulai memasak menu yang menurutnya simpel. Desya mencicipi kuah soup yang telah ia buat. Dirasa sudah pas, ia menghidangkan soup tersebut di atas meja pantry dan juga beberapa alat makan.
Tak berselang lama Arsen berjalan menuju dapur. Melirik sekilas ke arah Desya. Ia mengambil segelas air putih lalu meminumnya hingga tandas. Desya mematung, entah kenapa ia merasa segan pada Arsen. Ketika Arsen hendak beranjak meninggalkan dapur. Desya mencegahnya.
"Jangan pergi dulu om. Kita sarapan, Desya mau bangunin Bella dulu." ucap Desya. Suaranya agak parau mungkin efek karena bergadang.
Arsen hanya memperhatikan tangannya yang Desya sentuh. Desya langsung tersadar, ia langsung melepas cekalannya. Takut Arsen marah, Desya langsung pergi menuju kamar Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Impian
Teen FictionBerbagai cara ia lakukan, berharap sang duda akan luluh. Namun, ketika dirinya sudah menyerah karena tidak tahan dengan sikap yang sang duda lakukan kepadanya. Sang duda dengan terang-terangan malah memperjuangkannya. Padahal dirinyalah yang meminta...