D I | 02

12.2K 562 3
                                    

Desya menggeliat pelan. Perlahan ia membuka matanya, setelah matanya terbuka sempurna, ia melihat sekeliling ruangan lalu melirik kearah jam. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Desya meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena tertidur di sofa selama berjam-jam, ternyata mereka ketiduran setelah mengerjakan tugas. Desya melirik Bella yang masih tertidur pulas di sofa yang lainnya lalu berjalan menghampiri Bella. Desya menepuk-nepuk pipi Bella pelan.

"Bel, bangun."

Bella menggeliat pelan. Dengan malas Bella mendudukkan dirinya lalu mengucek matanya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gue nginep ya, udah malem soalnya." ucap Desya.

Bella hanya berdehem malas dengan mata terpejam.

Ceklekk

Suara pintu terbuka, Desya mengalihkan pandangannya pada pintu. Terlihat Arsen yang baru pulang kerja dengan menenteng kemejanya dan tas kerja miliknya.

Buru-buru Desya berdiri dan merapihkan penampilannya.

"Om," sapa Desya dengan senyum yang manis.

Arsen hanya meliriknya sekilas lalu pergi ke lantai atas. Dirinya tak membalas sapaan Desya.

Desya yang melihatnya hanya menghela nafas. Desya melirik Bella yang tertidur kembali.

"Bel, jangan tidur lagi. Pindah aja ayok, jangan disini." Desya menggoyangkan tubuh Bella, mau tak mau Bella membuka matanya.

Setelah Bella bangun mereka pun membereskan buku-buku, lalu pergi menuju kamar Bella.

***

Desya menggeliat pelan ketika mendengar suara alarm dari ponselnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan. Ketika sudah sepenuhnya sadar, Desya mematikan alarm lalu bersandar pada kepala ranjang.

"Bel, bangun, shalat subuh dulu." Desya menepuk-nepuk pipi Bella, berusaha untuk membangunkan Bella.

Bella menggeliat pelan, "5 menit lagi." pintanya lalu menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

"Kalau lo gak bangun sekarang, gue gabakal kasih lo contekan lagi!" ancam Desya.

"Ck! Iya nih gue bangun" Bella akhirnya bangun setelah mendengar ancaman Desya. Ancaman Desya yang satu ini selalu ampuh.

Dengan mata yang masih terpejam, Bella pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Desya yang melihat kelakuan sahabatnya hanya menggelengkan kepala.

Setelah mereka melaksanakan kewajibannya  sebagai seorang muslim. Desya dan Bella bersiap untuk tidur lagi.

Biasanya Desya langsung melanjutkan aktivitasnya, namun karena semalam ia kelelahan. Desya memutuskan untuk tidur lagi.

***

Desya menggeram dalam tidurnya karena mendengar suara bising dari luar kamar. Dirinya sangat kesal sekarang, karena suara itu tidurnya keganggu.

"Siapa sih! Ganggu banget!" gerutunya.

Karena tak tahan dengan suara bising tersebut, Desya memutuskan untuk bangun lalu mengecek suara apa itu.

Ketika turun ke bawah, Desya mendengar suara bising itu berasal dari arah dapur. Langsung saja ia berjalan menuju dapur untuk mengecek suara tersebut.

Alangkah terkejutnya ia ketika melihat keadaan dapur yang seperti kapal pecah. Alat dapur yang berantakan dan beberapa bahan makanan yang berserakan. Jangan lupakan bahwa pelakunya adalah sang duda idamannya. Dengan celemek yang terpasang di tubuh tegapnya.

"Om! Kenapa berantakan gini. Emang om lagi ngapain sih?" tanyanya.

"Kenapa emang? Ini rumah saya, hak saya juga kalau mau ngapa-ngapain," jawabnya.

"Iya sih, tapikan ini berantakan banget! Nanti siapa yang beresin?" Desya berkacak pinggang.

"Pembantu." jawab Arsen tanpa rasa bersalah.

"Kasian tau om. Bibi udah tua masih disuruh-suruh! Udah ini biar aku urus. Om mandi dulu aja sana," Desya mematikan kompor lalu mendorong Arsen untuk pergi dari dapur.

Arsen yang mendengar ucapan Desya hanya menurut. Ia melepaskan celemek dari tubuhnya lalu pergi menuju lantai atas.

Desya menghembuskan nafas kesal, "Dasar duda! Untung sayang."

Desya pun membereskan kekacauan yang dilakukan Arsen terlebih dahulu lalu membuat sarapan.

Desya memutuskan untuk membuat nasi goreng dengan topping sosis dan telor ceplok diatasnya. Setelah selesai ia menyajikan nasi goreng tersebut ke dalam piring.

Desya pergi menuju lantai atas untuk membangunkan Bella terlebih dahulu.

ceklekk

Desya membuka pintu lalu melihat Bella yang masih tertidur di dalam selimutnya.

"Bel, bangun. Sarapan dulu," Desya membukakan gorden, membiarkan cahaya matahari untuk masuk. Desya menarik selimut yang dikenakan Bella lalu melipatnya.

Bella menggeliat pelan, tidurnya terganggu karena terkena sinar matahari. Bella perlahan membuka matanya.

"Hmm, bentar gue pengen cuci muka dulu," ucap Bella dengan suara khas bangun tidurnya.

"Gue tunggu di bawah. Sekalian suruh bokap lo buat sarapan bareng," ucap Desya.

"Ya," jawab Bella singkat.

***

Kini mereka sudah berkumpul di meja makan. Bella sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya begitu juga dengan Arsen. Rambut yang acak-acakan dan sedikit basah dengan kaos hitam polos dan celana pendek santai miliknya.

Mereka pun mulai menikmati sarapannya. Tak bisa di pungkiri bahwa masakan Desya rasanya sangat enak di lidah mereka walaupun hanya sebuah nasi goreng.

"Gila! Enak banget masakan lo, Des" Bella mengacungkan jempolnya pada Desya.

Desya tersenyum malu "Bisa aja lo Bel," ucapnya.

"Suerr, makanan lo the best banget, Des. Iya kan yah,"

"Hm," Arsen hanya berdehem singkat.

Desya menunduk malu, ia tak menyangka bahwa Arsen menyukai masakannya. Mungkin nanti ia bisa mengirimkan banyak masakan yang ia buat untuk Arsen.

"Berarti Desya udah bisa jadi calon istri yang baik buat om yah,"

Arsen terbatuk setelah mendengar ucapan Desya. Desya yang melihatnya panik.

"Nih, om minum dulu." Desya memberikan gelas yang berisi air minum pada Arsen. Arsen pun langsung meminumnya hingga tandas.

"Makanya kalau makan hati-hati dong om, biar gak keselek lagi." ucap Desya.

"Justru saya keselek gara-gara kamu." batin Arsen.

"Hm," lagi-lagi Arsen hanya berdehem.

"Ham hem ham hem. Udah kayak nisa sabyan aja. Om collab aja sana, kayaknya cocok deh," ucap Desya.

"Udah Des, lo bacot banget sumpah." sahut Bella. Bella sedikit terganggu karena kecerewetan Desya.

Desya melirik Bella sinis lalu memakan satu sendok nasi goreng dengan kesal.

Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang