D I | 04

10K 459 5
                                    

"Gimana Bel? Masakan gue enakkan?" Desya memperhatikan Bella yang sedang memakan sesuap rendang buatan dirinya.

"Wah gila! Resto padang mah lewat Des sama masakan lo,"

Desya tersenyum bangga, "Yoi, gue kan calon emak tiri lo Bel, jadi gausah diragukan lagi."

"Dih! Pede banget,"

Desya yang melihat Bella hendak menambah rendang lagi, dirinya buru-buru menarik rantang yang berisikan rendang tersebut.

"Eitss, udah Bel. Lo udah nambah tiga kali, entar om Arsen gak kebagian lagi," ucap Desya sambil menutup rantangnya.

"Pelit banget sih lo Des. Gue kan masih laper," Bella mengerucutkan bibirnya.

"Sok imut banget anjir, geli gue liatnya. Lagian lo porsi makan kayak kuli tapi badan spek orang korea,"

Bella menghentakkan kakinya ke lantai, "Gak jelas lo! Udah ah bete gue," Bella langsung pergi menuju kamarnya.

"Buset kayak bocah TK,"

***

"Masih ngambek?" tanya Desya. Pasalnya dari tadi Bella hanya fokus pada ponselnya.

"Siapa juga yang ngambek,"

"Siipi jigi ying ngimbik, muka lo gabisa boong Bel."

"Nih, sebagai gantinya, gue bikinin lo martabak mie," Desya menyodorkan piring yang berisikan makanan favorite Bella.

"Ck! apaan sih gue gak mau," Bella menyingkirkan piring tersebut.

"Yakin? Yaudah, gue makan aja."

Bella yang melihat Desya hendak melahap martabak mie miliknya, dirinya langsung merebutnya dengan cepat.

"Katanya gak mau," ucap Desya ketika melihat Bella yang langsung memakan martabak mie dengan rakus.

"Uhukk uhukk,"

"Ck! Pelan-pelan napa. Keselek kan jadinya," Desya langsung menyodorkan gelas yang berisikan air minum. Bella langsung menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

"Hehehe, makasih Desya sayang,"

"Iyaaaa, sama-sama anakku sayang,"

Bella bergidik, "Apaan sih anjir, geli gue."

"Loh, kenapa? Emang bener kok, bentar lagi lo bakalan jadi anak gue," ucap Desya dengan pedenya.

"Iyain biar cepet,"

Ketika Bella sudah menghabiskan martabak mienya. Bella merebahkan dirinya dikasur empuk miliknya.

"Des tidur yuk gue ngantuk nih," ajak Bella.

"Lo duluan aja, gue masih pengen main hp,"

"Ck! Pelukkkkkk," Bella merentangkan tangannya dengan bibir yang melengkung kebawah.

"Iya-iya," Desya menaruh ponselnya diatas nakas lalu merebahkan dirinya di sebelah Bella dan langsung dipeluk erat olehnya. Ini sudah menjadi kebiasaan Bella jika tertidur harus memeluk sesuatu. Biasanya Bella akan memeluk guling namun kalau ada Desya, Bella memeluk dirinya.

"Gue ngerasa kayak punya anak tau gak," Desya terkekeh geli, dirinya memandang Bella yang sudah tertidur di dalam pelukannya. Tangannya dengan perlahan mengelus lembut rambut panjang milik Bella.

***

"Eh, om udah pulang ya?" tanya Desya ketika melihat Arsen yang sedang berkutat dengan laptopnya di ruang tamu.

"Kalau saya belum pulang, tidak mungkin saya berada disini." jawab Arsen namun masih fokus pada laptopnya.

Desya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe, bener sih. Om udah makan belum? Desya udah buatin makanan spesial buat om,"

"Saya sudah makan diluar,"

Desya berubah menjadi murung. "Yahhh, om gamau cobain rendang buatan Desya gitu?" tanyanya.

Arsen menatap Desya dengan datar. "Tidak tertarik,"

Desya yang mendengarnya hanya tersenyum kecut, "Yaudah deh, Desya aja yang makan,"

Desya langsung berjalan menuju ruang makan. Alisnya mengernyit bingung ketika melihat rantangnya namun di dalamnya tidak ada rendang bahkan bumbunya pun hanya tersisa sedikit.

Desya buru-buru menghampiri Arsen. "Om makan rendang buatan Desya kan?" Desya bertanya sambil menyunggingkan senyum yang manis.

"Tidak, bukan saya." Arsen menjawab dengan cool. Sebenernya dirinya lah yang memakan rendang buatan Desya, namun dirinya terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Desya memperhatikan mata Arsen lekat-lekat untuk mencari kebenaran. Tapi yang Desya temukan ialah sebuah kebohongan. Arsen yang ditatap seperti itu hanya berdehem untuk meredakan kegugupannya.

"Om gausah bohong, Desya seneng kok, om makan rendang buatan Desya."

"Sudah saya bilang bukan saya, mungkin bibi yang makan."

"Bibi udah pulang om bahkan ketika Desya masak pun gaada bibi,"

Desya menopang wajahnya menggunakan tangannya.

"Gimana om? Desya udah cocok jadi istri om belum?" Desya mengedipkan matanya lalu beranjak dan meninggalkan Arsen yang mematung di sana.

Arsen mengacak rambutnya, "Shit!"


Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang