D I | 17

9.3K 463 63
                                    

"Desya!"

Desya menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik pun ia sudah tahu siapa yang memanggilnya. Namun, bukan kah akan lebih baik jika mereka berjauhan untuk sementara waktu? Bukan, bukan hubungan mereka yang rumit tapi antara Desya dan Arsen.

Desya mempercepat langkah kakinya tak peduli sudah berapa banyak bahu orang-orang yang ia tubruk.

"Des, Desya!"

Bella tak menyerah, ia berlari mengejar Desya. Ia sadar beberapa hari ini Desya menjauhinya. Bella juga sudah tau alasan di balik sikap Desya sekarang. Tapi bukankah yang dilakukannya terlalu egois? Bella sama sekali tidak mengerti hubungan rumit yang terjadi antara Desya dan Ayahnya. Mengapa ia yang terkena imbasnya juga? Padahal hanya Desya yang bisa diandalkan dan mengerti dirinya.

Desya melambaikan tangannya untuk memberhentikan sebuah taksi. Dengan terburu-buru Desya masuk ke kursi penumpang.

"Pak ke komplek mawar jalan melati,"

Tanpa banyak bicara, supir taksi langsung menancap gas meninggalkan gerbang kampus yang masih terlihat ramai.

Sedangkan di sisi lain, Bella mematung menatap taksi yang ditumpangi Desya pergi begitu saja. Desya meliriknya sekilas. Pandangan keduanya sempat ketemu sebentar.

Bella menghela nafas. Sampai kapan mereka akan seperti ini. Ia lelah, kapan game Tom and Jerry ini berakhir?

"No problem, Bel. Masih ada waktu buat lo." lirihnya.

***

Bella menghampiri Desya yang sedang sibuk memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya. Ya, baru saja kelas hari ini berakhir.

"Des, ke kantin yuk! Gue traktir deh, lo seneng kan gue traktir tanpa lo minta," ucap Bella.

Desya tak merespon apa pun ia tetap sibuk membereskan beberapa alat tulis. Ia hanya mempercepat gerakan tangannya.

"Des, lo bilang mau ke kantin bareng gue kan? Kebetulan gue lapar. Mau sekarang gak?" 

Salah satu teman sekelas mereka — Kayla, tiba-tiba menghampiri Desya. Respon yang di berikan Desya cukup membuat Bella sakit hati.

"Yuk! Gue juga lapar nih," Desya menggandeng tangan Kayla lalu membawanya pergi meninggalkan kelas.

Bella menahan air matanya agar tidak keluar. Dirinya sudah terbiasa diabaikan, tapi mengapa jika diabaikan Desya rasanya bisa sesakit ini?

***

Bella mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Desya. Keadaan kantin sangat penuh, Bella sedikit kesulitan. Namun, tak berselang lama akhirnya ia bisa menemukan Desya yang sedang bercanda ria bersama Kayla di salah satu meja. Bella berjalan mendekati mereka berdua.

Bella menarik kursi yang letaknya di samping Desya kemudian menaruh tasnya di atas meja.

"Des, gue gabung ya. Oh ya, gue titip tas bentar. Mau nyari makan dulu," ucap Bella.

Desya tak merespon apapun, ia malah asik mengobrol dengan Kayla. Bella yang merasa diabaikan pun memilih untuk pergi ke salah satu kedai di kantin. Mungkin setelah ini ia akan membujuk Desya.

Kayla menatap punggung Bella yang mulai menjauh dengan malas. Memang hubungan diantara keduanya tak begitu baik.

"Ck! Nyebelin banget tuh anak. Jelas-jelas udah dijauhin masih aja cari muka. Najis!" Kayla memutar bola matanya malas.

Desya mengernyit bingung, "Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan anak papi noh si tingkerbel." jawabnya.

Kayla merubah posisi duduknya menjadi lebih serius.

Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang