D I | 11

13K 482 12
                                    

"Sudah, saya kenyang," Arsen menolak suapan Desya.

"Sedikit lagi om, dimakan yaa mubazir. Aaaa... ayo, dibuka mulutnya," Arsen terpaksa membuka mulutnya. Sungguh makan ketika sakit sangat tidak enak. Semua makanan terasa hambar.

Desya tersenyum ketika Arsen menghabiskan buburnya meski harus dipaksa, tapi tidak apa-apa setidaknya perut Arsen sudah terisi.

Desya berniat untuk mencuci piring di bawah namun ia urungkan ketika Arsen mencekal tangannya.

"Kenapa om? Desya ke bawah bentar aja, janji deh."

"Gak! Entar kamu ingkar lagi. Sini tidur sama saya," Arsen menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong.

Desya hanya bisa menghela nafas, ia menyimpan nampan yang berisikan mangkok kotor di meja. Desya melangkahkan kakinya menuju laci di samping kasur, ia mencari-cari obat pereda demam.

"Sebelum tidur om harus minum obat dulu ya,"

"Gak mau pait," rengeknya.

"Eh, udah janji loh tadi. Biar cepet sembuh. Emang mau sakit terus?" Arsen menggeleng sebagai jawaban.

"Makanya nurut yaa biar cepet sembuh,"

"Pait," Arsen mengerucutkan bibirnya. Desya yang melihatnya terkekeh geli. Rasanya aneh sekali ketika melihat Arsen dalam mode childish. Pergi kemana sifat aslinya itu? Yang kejam, dingin, dan tidak berperasaan.

"Obatnya rasa strawberry om. Gak mungkin pait,"

"Ayo, dibuka mulutnya..... Aaaa," Desya menyodorkan sendok yang sudah berisi obat. Arsen menerima suapan itu dengan terpaksa, ia menahan rasa yang tidak enak.

"Minum," pintanya.

Desya mengambil segelas air putih di sebelahnya lalu memberikannya pada Arsen. Arsen menerimanya lalu meminumnya hingga tandas.

"Huekk. Apaan katanya rasa strawberry, kok pait banget? Penipuan publik ini mah,"

Desya terkekeh, "Udah-udah, obatnya kan udah ditelen,"

Arsen membaringkan tubuhnya lalu menepuk-nepuk sisi kasur di sebelahnya. Desya yang mengerti isyarat Arsen langsung merebahkan tubuhnya di samping Arsen.

Arsen menarik Desya kedalam pelukannya, ia mencium aroma tubuh Desya dengan rakus. Entah sabun apa yang Desya pakai. Rasanya Arsen ingin sekali memborong semua produknya.

"Emhh, wangi," gumamnya.

"Sttt, tidur yaa," Desya mengusap-ngusap kepala Arsen. Arsen yang merasa nyaman pun langsung tertidur pulas.

Desya memperhatikan wajah Arsen di bawahnya. Wajah damainya ketika tidur menambah kadar ketampanannya. Tangannya terulur untuk menulusuri wajah tampan itu. Dimulai dari alis, mata, hidung, hingga bibir. Desya salfok ketika melihat bibir Arsen yang berwarna pink alami itu. Jari-jarinya mengusap bibir Arsen dengan lembut.

Desya jadi membayangkan bagaimana jika ia bisa merasakan bibir pink itu? Desya menggigit bibirnya sendiri. Detik berikutnya ia langsung tersadar. Desya menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Ah, akibat kebanyakan menonton film romance pikirannya jadi begini.

Karena suasana yang hening, Desya akhirnya menyusul Arsen untuk masuk kedalam mimpinya.

***

"Lah, si Desya kemana? Udah pulang kali yaa, lagian kan ini udah malem,"

"Gue cek aja deh dikamar ayah," Bella melangkahkan kakinya menuju kamar Arsen.

Ceklekk

Suara pintu terbuka. Bella terkejut ketika melihat pemandangan di depannya. Desya dan Arsen sedang tertidur dengan posisi saling berpelukan. Sepertinya ini awal hubungan yang baik. Bella menutup pintu lalu kembali ke kamarnya. Ia tidak ingin mengganggu, biarkan saja mereka bangun dengan sendirinya.

Duda ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang