Semoga Tidak

193 19 2
                                    

Ayasa Pov

Aku masih tidak mau keluar kamar ataupun keluar rumah. Sengaja aku izin sekolah dengan alasan sakit. Padahal badanku sehat dan tak ada sakit sedikitpun. Alhamdulillah bunda selalu baik dan mengizinkanku untuk istirahat di rumah hari ini.

"Mau bubur? Bunda buatin" Tanya bunda.

Aku tersenyum dan menggeleng. Aku tidak suka bubur kecuali bubur buatan ayah yang sudah lama tak pernah lagi ku rasa.

"Kamu jarang sakit nanti takutnya sakitnya lama. Makan bubur dikit ya, bunda buatin dulu nanti bunda suapin" Ucap bunda.

Aku merasa bersalah sekali karenaku bunda harus repot, padahal aku hanya berbohong.

Siang Hari

Maisa Pov

Sudah satu jam lebih aku, Mas Rian dan Zayid menunggu ditempat ini. Kata Zayid anak itu makan siang disini.

"Nah nah itu anak laki-laki yang sama dia kemaren" Tunjuk Zayid ketika ada seorang anak laki-laki berhenti didepan warung.

"Ayok cepat" Ajak Mas Rian.

Kami bergegas menghampiri anak laki-laki itu sebelum dia masuk warung. Dia datang sendiri dan tak terlihat teman yang bersamanya.

"Maaf dek boleh kami bicara?" Tanya Mas Rian.

Anak itu nampak kebingungan karena kami bertiga mendatangi nya.

"Ada apa Ren?" Seorang ibu-ibu keluar dari warung.

"Gak tau ini siapa" Ucap anak itu.

Anak ini terlihat sedikit cuek dan tidak sopan. Tampak dari cara bicaranya dan caranya menatap kami. Sebenarnya aku paling malas berurusan dengan orang songong, tapi demi mendapatkan informasi tentang Ayasa aku harus bertanya dengannya.

"Maaf bapak ibu saya Rian, ini istri saya Maisa dan ini adik ipar saya Zayid. Maksud kedatangan kami kesini ada yang mau ditanyakan ke anak ini. Apa ini anak ibu?" Jelas Mas Rian.

"Gak lah, Mak gua di rumah" Astaghfirullah nyolot banget nih anak.

"Huss! Mulut kamu yang sopan ngomong ke orang tua" Bentak ibu itu ke anak laki-laki ini.

"Hm saya cuma mau nanya sama kamu, gak nyita waktu kamu banyak kok. Kemaren saya lewat sini ketemu kamu sama anak perempuan, nah kami mau nanya dimana rumah anak perempuan itu" Zayid angkat bicara.

"Siapa? Asya?" Tanya anak itu.

Kami sepandangan karena nama anak itu bukan Ayasa tapi Asya. Perasaanku menjadi sedikit kecewa karena dari nama saja sudah beda, pastinya itu bukan anak yang aku cari.

"Jadi nama anak itu Asya? Boleh kami tau rumahnya dimana?" Tanya Mas Rian masih sabar.

"Kagak punya rumah dia" Jawab anak ini seenaknya.

"Saya sama suami dan adik ipar saya sudah cukup sabar ya dari tadi bertanya baik-baik ke kamu. Tolong hargai kalau orang lain berbicara, ini masalah penting tentang anak kami." Ucapku mulai geram.

"Maaf ibu, dan bapak-bapak Rendi ini memang begini kurang sopan sama orang. Saya tau Asya, dia sering makan disini kadang bareng temannya, Rendi atau sendiri. Asya tinggal di panti asuhan Putih Melati diujung sana. Dia bukan gak punya rumah, tapi memang tinggal di panti" Jawab ibu ini.

Tidak ambil pusing aku langsung mengajak Mas Rian dan Zayid ke mobil.

"Ini kali ya?" Ucap Zayid.

"Iya ini betul" Sahutku.

Kami buru-buru turun dan masuk ke panti untuk menemui pengurus panti.

Ayasa Pov

Karena merasa bosan didalam kamar aku berjalan keluar sekitar halaman panti. Tempat favoritku sejak datang ke sini adalah bagian samping panti yang dekat kolam. Tempat ini sedikit tersembunyi dari depan karena dikelilingi pohon-pohon bunga pucuk merah yang berjajar.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang