Rian Pov
Setelah kejadian tadi malam Kia dan orang tuanya mendatangi rumah mencari Maisa dan Ayasa semua menjadi berbeda. Semua orang menjadi lebih diam dan fokus dengan diri masing-masing. Apa lagi Ayasa, dia bahkan lebih menjadi pendiam dibandingkan biasanya. Dia yang biasa kalau ditanya Alisa atau papa menjawab, ini tidak dia hanya diam bahkan tak menatap mereka.
Maisa masih belum begitu pulih, aku masih menyuruhnya beristirahat di kamar. Kami juga belum pulang ke rumah sendiri sebab aku khawatir meninggalkan Maisa sendiri jika di rumah kami.
"Mai masih gak enak badan Ri?" Tanya papa.
"Iya pa masih pusing sama pucat aja, ini Ri mau antar sarapan ke kamar sekalian mau pamit sarapan di kamar sama Maisa" Jawabku.
"Ayasa, Alisa, berangkat nanti tunggu ayah bentar ya. Jangan berangkat duluan, ayah sebentar aja nemenin ibu sarapan" Alisa menjawab dengan mengangguk karena dia sedang mengunyah sedangkan Ayasa tak menggubris sedikit pun.
Di kamar
"Sayang sarapan dulu yuk" Maisa masih tidur rupanya, padahal sesudah sholat subuh tadi masih bangun.
"Entar aja lah mas aku masih ngantuk, masih kliyengan juga mau bangun" Jawabnya.
"Eh gak boleh entar-entaran. Ayo aku bantu bangun ya" Aku bantu dia untuk duduk.
"Mau aku suapin apa suap sendiri?" Tanyaku.
"Aku masih punya tangan sendiri mas" Jawab Maisa. Dia kemudian memakan makanannya.
Selesai sarapan Maisa kembali baringan karena mungkin memang badannya masih gak enak. Aku sudah memberikan obat untuk dia dan janinnya, semoga saja nanti dia cepat pulih.
"Kalau gitu mas pamit kerja sambil antar anak-anak sekolah ya" Pamitku ke Maisa.
"Hati-hati dijalan" Dia mengambil tanganku dan meciumnya.
"Kamu kalau ada apa-apa cepat hubungi aku ya, atau gak panggil Naisa nanti dia akan bantu kamu" Pesanku.
"Iya pak dokter, bisa buruan gak perginya? Entar aku muntah ini lama-lama dengerin ceramah pagi kamu" Gerutu Maisa. Aku tertawa kecil karena aku suka dengan wajahnya jika ia merajuk ataupun mengomel.
"Come on girls kita berangkat" Panggilku ke anak-anak.
"Kakak gak ada ayah" Kata Alisa menghampiri ku.
"Lah tadi bukannya masih sarapan bareng kan?" Tanyaku.
"Iya tadi sudah cuci piring kakak ke kamar, Alisa kira mau ambil tas terus nunggu bareng-bareng disini. Tapi pas Alisa cari-cari kakak udah gak ada" Jelas Alisa.
Aku sebenarnya ada rasa kesal dan rasa kasihan juga dengan Ayasa. Kesal sebab dia tak pernah menuruti kalau aku ingin mengantarnya sekolah dan sedih karena dia merasa tersisih, sebab Maisa dan mama tak menyukainya.
Aku tau Maisa masih teringat kejadian itu dan bila dia melihat Ayasa dia mengingatnya kembali. Padahal, Ayasa adalah anaknya dan aku bukan anak orang-orang itu. Tapi Maisa tetap beranggapan Ayasa anak yang tak dia harapkan.
"Ya udah ayok ayah antar Alisa aja" Alisa menurut dan masuk ke dalam mobil.
Setelah mengantar Alisa aku berencana menemui guru Ayasa untuk menanyai bagaimana perkembangan Ayasa selama di sekolah.
Sekolah Alisa
"Alisa jangan nakal ya, baik-baik sekolahnya dan jangan repotin bu guru" Pesanku ke Alisa.
"Siap ayah, Alisa janji akan jadi good girl" Jawabnya. Ku usap kepalanya karena bangga memiliki anak seperti Alisa ini, dia penurut dan walaupun kadang-kadang berlebih manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu?
Cerita PendekCerita sudah direvisi guys! Ayok baca🤗