Rian Pov
Aku memandangi wajah Ayasa anak sulungku yang tertidur damai. Wajahnya sama persis dengan wajah Maisa, tak ada beda antara keduanya. Sedangkan wajah Alisa persis sama dengan wajahku.
Ayasa menggeliat kecil dalam tidurnya dan langsung ku tenangkan dengan mengusap bahunya.
Ayasa adalah anak yang penurut dan tak banyak bertingkah. Hanya saja memang sedari kecilpun dia tidak banyak bicara. Dia hanya berbicara jika perlu dan hanya dengan orang tertentu.
Mama dan Maisa seringkali kesal dan jengkel karena jika mereka berbicara dengan Ayasa dia tidak menjawab. Aku sudah berusaha bertanya padanya kenapa dia terlalu suka diam dibanding berbicara, tapi dia tak menjawab.
Tak lama Ayasa bangun mungkin karena ac kamar belum ku hidupkan.
"Eh Ayasa kepanasan? Ayah hidupin dulu ya acnya" Aku beranjak mengambil remot dan menghidupkan ac.
Ayasa tetap diam saja sama sekali tak menjawab apa yang aku katakan.
"Mau makan? Ayah udah masakin bubur, makan dulu ya udah itu minum obat" Ayasa hanya mengangguk dan inilah yang aku suka darinya, dia tak pernah menolak apapun yang aku katakan.
Aku menyuapinya bubur yang aku buat barusan, dia awalnya hendak makan sendiri tapi ku tahan sebab tangannya masih bengkak.
"Ini salepnya ayah kasih disekitar luka ya biar cepet kempes bengkaknya" Dia tetap diam saja.
Selesai makan dan memberikan salap ke tangan Ayasa aku keluar kamar untuk membiarkan dia istirahat.
"Assalamualaikum ayah!" Alisa pulang bersama dengan Mia.
"Waalaikumussalam, anak ayah udah mandi belum?" Tanyaku ke dia.
"Udah dong tadi mandi di rumah nenek" Jawabnya.
"Baguslah kalau gitu, ayok masuk kamar susun bukunya kalau ada pr kerjain dulu" Alisa juga anak yang penurut tapi sedikit lebih manja.
"Makan apa tadi siang?" Tanya ku ke Maisa.
"Makan orang" Jawabnya.
"Eh galak amat sih ini, kenapa jawabnya gitu sayangku" Maisa membuang mukanya seolah-olah sedang merajuk.
Maisa memang sering merajuk padaku, apalagi kalau aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Alisa pasti dia akan merajuk padaku.
"Aku capek mas mau mandi mau istirahat" Maisa berdiri dan menuju kamar.
Aku mengikutinya dari belakang menuju kamar. Karena aku juga sedikit lelah dan mau istirahat sebentar sebelum waktu sholat ashar.
"Alisa gak paham ini kak, kakak bisa bantuin?" Alisa menyodorkan bukunya ke Ayasa.
"Sini kakak bantuin, tapi kakak gak bisa nulis tangan kakak masih sakit. Kakak ngomong aja Alisa tulis ya" Tanpa ku sadari aku tersenyum mendengar Ayasa berbicara. Suara Ayasa bagaikan hal langkah dalam pendengaranku.
"Ngapain?" Maisa tiba-tiba menepuk bahuku.
"Gak papa, lagi liatin anak-anak belajar. Liat tuh Ayasa mau bicara kalau sama Alisa, dia juga kakak yang baik untuk Alisa" Wajah Maisa langsung berubah saat aku memuji Ayasa.
"Gak usah repot-repot muji dia depan aku mas, udah mau ke kamar gak? Aku mau kunci pintu mau mandi" Aku tidak tau apa yang ada dipikiran Maisa sehingga dia sangat membenci Ayasa, padahal Ayasa sangat menyayangi nya.
"Ayoklah aku mau tiduran sebentar capek banget ini" Aku mengikuti Maisa dari belakang.
Maisa masuk ke dalam kamar mandi dan aku langsung baringan ditempat tidur, tak lama kemudian aku pun tertidur dan tak tau apa yang terjadi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu?
Short StoryCerita sudah direvisi guys! Ayok baca🤗