Berita Bahagia Untuk Mereka

325 21 0
                                    

Maisa Pov

Hari ini sejak dari tadi pagi sampailah sekarang sore hari, aku tidak bisa mengontrol emosiku. Padahal aku sedang tidak datang bulan. Aku selalu ingin marah ketika melihat wajah anak itu. Ditambah lagi tadi pagi dia sok baik nyiapin cokelat hangat untuk sarapan.

"Zayid! Kamu ada pasien gak?" Tanya ku ke Zayid yang baru akan masuk ke klinik.

"Gak ada Mai, ini baru mau buka klinik. Kenapa?" Tanya nya balik.

"Bisa tolong cek aku dulu? Badan aku gak enak dari kemaren meriang" Kataku.

"Lah kenapa gak minta Rian cek? Nanti dia cemburu habislah aku Mai" Jawab Zayid.

"Eh gak papa dia juga masih beli sarapan diluar, ayoklah Zay" Pujuk ku ke dia.

"Mai, kamu sama Rian gak lagi diem-dieman kan?" Tanya Zayid.

"Eh Mai kenapa ada disini? Kenapa gak bareng aja tadi?" Rian tiba-tiba saja datang.

"Nah ini suami mu udah ada, aku masuk dulu ya Mai" Zayid masuk ke dalam ruangannya.

"Mai kenapa disini? Gak masuk kerja?" Tanya Mas Rian.

"Gak papa. Udah dulu aku mau ke ruanganku" Aku ingin pergi tapi tanganku ditahannya.

Dia menggandengku masuk ke dalam ruangannya. Dia mendudukkan ku diranjang periksa dan mulai memeriksaku.

"Kenapa senyum-senyum gak jelas gitu?" Tanya ku padanya setelah dia memeriksaku tadi.

"Gak papa kok" Jawabnya.

Makin penasaran saja aku dengan jawaban yang keluar dari mulutnya. Tidak bisakah dia sehari saja tidak main-main denganku.

"Ngomong ada apa? Jangan buat mood aku buruk pagi-pagi ini" Ketusku.

"Wah ketusnya ibu, hem baby kalau nanti udah lahir jangan ketus seperti ibu ya" Dia mengelus perutku.

"Eh apaan coba elus-elus terus bilang baby pula" Ku tepis tangannya dari perutku.

"Alah ibu masa ayah mau pegang anak ayah gak boleh. Ayah pegang sebentar aja kok" Dia kembali meletakkan tangannya ke perutku.

"Jawab pertanyaan aku ini. Aku hamil kah?" Langsung ku tanyakan intinya.

Dia tak menjawab tapi dia tersenyum dan mengangguk. Aku tak percaya dititipkan kembali amanah dari Allah swt.

Rian langsung memeluk ku dan menciumi keningku serta mengucapkan terima kasih padaku.

"Udah malu nanti Zayid denger" Aku melepaskan pelukannya.

"Aku bahagia sayang. Terima kasih sudah mau mengandung anak mas" Aku mengangguk dan tersenyum.

"Maaf dokter Rian ada pasien" Kata Rosa asistennya.

"Ya udah Mai mau kerja dulu, mas juga kerja yang rajin jangan ganjen. Kalau sampai Mai tau mas ganjen, tunggu nanti di rumah ya" Gertak ku padanya.

"Eh eleh tunggu apaan. Oke deh mas tunggu" Dia jawab dengan main-main.

"Mai gak main-main mas" Kata ku padanya sambil menaikkan satu alisku yang tandanya aku sedang serius.

"Siap bu bos" Setelah dia mengatakan itu aku pergi menuju kantorku yang memang satu gedung dengan kliniknya.

Kantor Maisa

Hari ini lumayan buat lelah. Berkas-berkas yang aku kerjakan tadi malam pun banyak yang masih salah isinya. Kepalaku terasa sedikit pusing dan berdenyut. Mungkin ini efek belum makan dan sedang hamil pula.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang