Langkah Terakhir

182 13 2
                                    

Ayasa Pov

Aku sudah lumayan menjauh dari rumah sakit. Aku tidak mau jika pihak rumah sakit tau umurku yang sebenarnya aku akan dapat masalah.

"Eh kamu gak papa dek?" Tanya seorang ibu-ibu yang kebetulan duduk di halte ini juga.

"Gak papa Bu cuma pusing aja" Tulisku dibuku.

Ibu ini kira-kira berumur sama dengan ibuku. Wajahnya juga masih keliatan muda dan cantik.

"Bener gak papa? Mau saya antarkan ke rumah sakit?" Tawarnya.

"Eh tidak perlu Bu, saya baik-baik aja kok. Terima kasih sebelumnya" Tolakku halus agar ibu ini tak menyinggung.

"Kamu udah makan?" Tanya nya lagi.

"Sudah Bu" Bohongku.

Tapi memang aku tidak lapar. Mungkin karena tadi sudah minum susu jadi aku tidak lapar.

"Hmm. Rumah kamu dimana? Saya antar pulang mau?" Tawarnya lagi.

"Maaf Bu saya tinggal di panti dan gak punya rumah" Jawabku.

"Hah? Jadi sekarang mau pulang ke panti? Saya ikut boleh?" Tanya nya.

Ibu ini kenapa seperti ingin sekali ikut denganku. Aku jujur agak risih dari tadi ditanya-tanya. Tapi tidak sopan juga kalau misalkan tidak melayani.

"Maaf Bu saya gak pulang ke panti. Saya udah gak tinggal di panti" Jawabku.

Ibu itu terdiam dan menatapku dengan tatapan iba. Aku tidak menghiraukan tatapannya dan fokus dengan sakit kepalaku.

"Maaf Bu saya terlambat tadi ada macet" Ucap seorang bapak-bapak yang berpakaian supir pada si ibu.

"Iya gak papa pak" Jawab ibu ini.

"Ikut saya aja yuk, kamu gak tau kan mau pulang ke mana. Kebetulan saya tinggal cuma sama suami saya, anak saya baru beberapa bulan yang lalu meninggal dunia. Sepertinya kamu seusia anak saya dan kebetulan juga anak saya juga perempuan" Jelasnya.

Pantas saja dia dari tadi banyak tanya padaku rupanya dia ingat anaknya karena melihatku. Astaghfirullah aku sudah berpikiran buruk.

"Gak papa Bu saya nunggu bis aja" Tolakku.

"Nunggu bis kamu mau kemana?" Selidik ibu itu.

Aku terdiam karena memang aku tidak tau kemana tujuanku.

"Ayok ikut aja, saya bukan orang jahat kok" Dia menggandeng tanganku.

Tangannya sama lembutnya dengan tangan ibu. Aku memberanikan diri untuk membalas genggaman tangannya. Dia menoleh dan tersenyum padaku.

Tapi belum sempat aku masuk mobil kepalaku sudah pusing. Aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

Rian Pov

Hampir lagi tadi kami akan bertemu dengan Ayasa, tapi takdir belum merestui kami bertemu.

"Udah Mai kita kembali ke ruangan Alisa saja siapa tau dia sudah bangun" Ajakku ke Maisa.

Maisa sangat sedih karena sudah 3 kali kami mendapat harapan palsu. Anak yang sudah lama kami cari selalu hampir bertemu tapi tidak jadi.

Kamar rawat Alisa

Zayid disana duduk disofa sambil memainkan hp nya. Aku melihat ke ranjang Alisa, dia masih belum sadar.

"Alisa yang kuat ya sayang, ibu sama yah ada disini untuk Alisa" Ucap Maisa mengelus kepala Alisa.

"Duduk dulu yuk kamu dari tadi belum istirahat" Ajakku ke Maisa.

Dia menurut dan duduk disofa seberang Zayid.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang