Rahasia

196 11 4
                                    

Ayasa Pov

Aku sudah mulai home schooling. Guru yang mengajar semuanya ramah dan sangat baik padaku. Aku juga sangat senang mendapat pelajaran dari guru-guru ini walaupun tidak di sekolah.

"Aysa makan dulu!" Ucap Mba Kayra sambil menyodorkan piring padaku.

Aku menerima piring itu. Setiap harinya kalau tidak ada Bi Ijah dan Bi Mirna atau mama papa, Mba Kayra pasti memberikan ku makan hanya dengan lauk tempe atau telur ceplok.

Lain hal kalau ada orang di rumah dia pasti memberikan ku lauk yang banyak dan pura-pura menyayangi ku.

"Kenapa? Gak suka?!" Bentaknya.

Aku hanya diam saja tapi aku tidak mengalihkan pandanganku darinya.

"Jangan sok ngeratu ya kamu disini, kamu cuma dipungut dan gak ada hak dalam rumah ini. Udah bagus anak dia mati eh kamu lagi datang ke sini, nambah kerjaan dan beban aja" Ucapnya.

Aku tetap diam dan menatapnya lekat-lekat. Tiba-tiba ditariknya tanganku dan diseretnya menuju meja makan.

"Makan disini jangan berserakan dan ingat makan dengan cepat!" Bentaknya.

Aku sama sekali tidak menyenggol piring itu dan meninggalkannya. Aku masuk ke kamarku dan menguncinya dari dalam.

Apa-apaan maksa orang kayak gitu, apa dulu Ica juga dia perlakukan begitu? Padahal kerjaannya cuma bantu ngatur jadwal belajar dan makan Ica.

"Dasar anak pungut gak tau diri!" Aku masih mendengar ucapannya dibalik pintu kamar.

Maisa Pov

Polisi sudah mendatangi sekolah Ayasa dan sudah bertemu dengan wali kelasnya. Tapi kata wali kelasnya Ayasa hanya satu minggu bersekolah disini dan setelah itu orangtuanya menariknya kembali.

"Ada informasi tentang orang tua anak ini Bu?" Tanya pak polisi ke guru kesiswaan.

"Maaf bapak untuk apa ya? Kami menjaga privasi siswa dan keluarganya, jadi kami tidak bisa memberikan sembarangan" Jawab si ibu.

"Maaf ibu tapi ini ada orang tua yang mencari anaknya yang sudah lama menghilang. Menurut informasi yang diterima dari anak ibu ini anaknya yang hilang bersekolah disini" Jelas polisi.

"Baiklah kalau jika diperlukan untuk kepentingan ini kami akan memberikan data dari siswa ini. Sebentar bapak dan ibu boleh duduk dulu saya akan mengambil datanya" Ibu itu pergi ke dalam ruangan.

Aku, Mas Rian dan Alisa menunggu dengan gugup diruangan ini. Aku sangat berharap bisa menemui anakku Ayasa.

"Maaf ibu, untuk data-data orangtua anak yang dicari sudah tidak ada. Baru saja tadi pagi orang tuanya menarik semua berkas pendaftaran. Bahkan dari pendaftaran online juga dihapus. Kami hanya bisa memberikan ini" Ibu itu memberikan selembar surat biodata.

Dikertas ini tertulis nama orang tuanya adalah Robi Abqori dan Aprilya Sinta.

"Roby?" Ucapku pelan.

"Kamu kenal?" Bisik Mas Rian.

Aku mencoba mengingat nama itu.

"Saya kenal orang ini pak" Ucapku ke polisi.

Polisi mengikuti arahanku menuju rumah Robi dan Sinta. Ya, Robi ini adalah rekan kerjaku. Kami sesama pengacara yang menangani kasus-kasus perdata.

"Assalamu'alaikum. Selamat siang" Kedua polisi yang mengetuk pintu.

"Waalaikumussalam, cari siapa pak?" Tanya seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu.

"Kami dari pihak kepolisian ingin bertemu dengan Pak Robi dan Ibu Sinta. Apakah mereka ada di rumah?" Tanya pak polisi.

"Wah maaf pak, Bu Sinta dan Pak Robi sedang bekerja. Di rumah hanya ada saya yang bantu beres-beres rumah" Jawabnya.

"Kira-kira jam berapa mereka pulang?" Tanya polisi lagi.

"Gak bisa di kira-kira pak, kadang jam 5 sore, kadang malam atau gak paling cepat jam setengah 5 itu baru pulang. Maaf ada yang bisa saya bantu?" Aku memandang Mas Rian.

Mas Rian mengusap bahuku, dia tau mungkin aku kecewa karena tidak bisa bertemu dengan pemilik rumah.

"Baiklah nanti sore kami akan kembali lagi ke rumah ini. Tolong sampaikan ke Pak Robi dan Bu Sinta untuk kooperatif saat kami datang nanti" Ibu ini mengangguk.

"Ya udah Mai nanti sore kita balik lagi. Atau kamu punya nomor Robi? Kita kontek dari sekarang untuk janjian" Ucap Mas Rian.

Betul juga ucapan Mas Rian kenapa gak kepikiran dari tadi untuk langsung chat ke Robi.

Aku mengeluarkan ponsel dan mencari nomor Robi. Ketika ketemu langsung ku telepon saja.

Robi Pov

Aku dan Sinta tengah kebingungan sekarang. Satu sisi aku tidak mau kehilangan anak kedua kalinya dan disisi lain aku juga kasian ke Maisa karena kehilangan anaknya.

"Yang" Ucapku ke Sinta sambil mengarahkan ponsel.

Tertera nama Maisa disana, dia menelpon ku. Tidak biasanya dia langsung menelpon, biasanya dia akan chat tanya apa aku bisa ditelpon atau tidak. Apa mungkin dia sudah mengetahui kalau anaknya ada padaku?.

"Assalamualaikum Mai" Aku menarik napas dan mengangkat telepon.

"Waalaikumussalam. Robi kamu sedang dimana? Boleh kita bertemu?" Tanya nya langsung.

Sinta gelisah dan terus mondar-mandir didalam ruangan ku.

"Aku lagi di kantor ini Mai ada kasus yang mau diselesaikan. Mau apa ya ketemunya? Bahas kerjaan" Aku bersikap seolah tidak tau.

"Ada hal yang mau ku tanyakan ke kamu" Ucapnya.

"Hah? Tanya apa? Disini saja tanya nanti aku jawab" Ucapku.

"Gak papa Rob, nanti sore aku dan suamiku ke rumah mu ada hal penting yang mau kami tanyakan" Ucapnya.

Aku langsung menatap ke arah Sinta. Sinta terdiam dan menatapku balik. Dia bertanya kenapa aku menatapnya.

"Oh oke jam berapa? Aku belum tau ini lembur atau gimana" Jawabku.

"Jam berapa kamu di rumah tolong kabari aku, ini penting" Ucapnya lagi.

Makin frustasilah aku dibuatnya. Bagaiman kalau dia mengetahui anaknya bersama kami.

"Oh oke baiklah nanti aku chat kamu. Udah dulu ya aku mau lanjut. Assalamualaikum" Langsung ku tutup teleponnya.

"Gawat sayang Maisa mau ke rumah. Kita harus sembunyikan Aysa" Ucapku ke Sinta.

Buru-buru Sinta mengajak ku pulang. Entah apa yang dia rencanakan.

Rumah

Sinta Pov

Aku tidak rela kalau harus kehilangan anak untuk kedua kalinya. Pokoknya Aysa akan tetap bersamaku apapun keadaannya.

"Aysa, sayang" Panggilku didepan pintu kamarnya.

Aysa membuka pintu dan menatapku.

"Ganti baju ya ikut mama, kita mau jalan-jalan. Jangan lama mama tunggu dibawah" Aysa nampak bingung karena tiba-tiba ku ajak pergi.

Tak lupa ku suruh Kayra juga bersiap karena aku tau mulut Kayra ceplas-ceplos. Takut nanti dia keceplosan tentang keberadaan Aysa. Jadi lebih baik ku ajak dia ikut denganku.

Sedangkan Mas Robi ku minta bicara ke Bi Ijah  dan yang lain untuk tutup mulut.

Beberapa menit ku tunggu Aysa. Dia turun bersama dengan Kayra. Dia sangat cantik dan manis, walaupun badannya tinggi tapi wajahnya tetap seperti anak kecil.

"Berangkat yuk. Mas pergi dulu ya" Pamitku ke Mas Robi.

Kami memang sudah sekongkol untuk menyembunyikan Aysa. Aku bertugas membawa Aysa pergi bersembunyi dan Mas Robi yang akan bertemu dengan Maisa.

Robi Pov

"Tok! Tok!"

Aku mendengar suara pintu diketok. Buru-buru ku bersiap untuk menghadapi Maisa.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang