Maaf

286 21 2
                                    

Rian Pov

Alisa teriak dari kamar mandi dapur. Aku dan Maisa bergegas menghampirinya. Alisa terduduk dilantai kamar mandi sambil menangis. Rupanya ia terpeleset dan terjatuh.

"Sakit ayah" Rintihnya padaku.

"Ayok bangun kita bersihin badan Alisa ini nanti masuk angin" Maisa membantu Alisa berdiri.

"Sakit bu, kaki Alisa sakit" Alisa masih merintih dan Maisa yang melihat Alisa terus menangis ingin menggendongnya.

"Biar mas yang gendong" Langsung ku ambil Alisa dari gendongan Maisa.

"Bawa ke kamar kita aja mas" Maisa berjalan didepanku.

Ku letakkan Alisa diatas ranjang dan ku periksa kakinya apa ada lebam atau terkilir.

"Sakit ayah" Alisa terus merintih dan tak berhenti menangis.

"Gimana mas kakinya gak papa kan? Apa perlu kita ke rumah sakit?" Tanya Maisa yang juga panik.

"Ini sepertinya terkilir sayang, gak perlu dibawa ke rumah sakit. Nanti mas telepon tukang urut biar kakinya diurut" Kataku.

"Yakin gak papa gak dibawa ke rumah sakit? Aku khawatir mas nanti kaki Alisa kenapa-napa" Maisa ikut menangis karena melihat Alisa yang tak berhenti menangis.

Andai saja saat Ayasa terluka Maisa juga menangis seperti itu.

Ayasa Pov

Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke sekolah dan pastinya kalian semua tau alasanku untuk berangkat lebih pagi.

Aku tidak mau ibu dan ayah bertengkar pagi-pagi karena diriku. Lebih baik sebisa mungkin aku menjauh dari mereka.

"Sa ke kantin yuk jajan" Ajak Tasya temanku.

"Sa gak lapar Sya, juga Sa mau ngerjain pr yang tadi bu guru kasih biar nanti di rumah gak perlu ngerjain lagi" Tolak ku.

"Gak lapar apa gak ada uang jajan?" Tanya Tasya lagi.

Aku terdiam saja, memang betul yang Tasya katakan. Aku tidak punya uang jajan karena memang aku tidak pernah minta ke orangtuaku. Kalian tau sendiri bagaimana sikap ibuku padaku, dan untuk ayah dia tidak tau kalau selama ini aku tidak pernah dikasih uang jajan sama ibu.

"Ayok aku yang traktir" Aku mengikuti saja langkah Tasya karena dia menarik tanganku.

"Bi Mia ayamnya 2 ya sama es susu 1. Sa minumnya apa?" Tanya Tasya.

"Air putih aja Sya" Tasya mengangguk.

"Sama air mineral 1 bik, terima kasih ya. Aku sama Ayasa duduknya disana" Aku mengikuti Tasya lagi menuju tempat duduk kami.

Kami menghabiskan makanan kami dan bergegas kembali ke kelas untuk berganti pakaian. Mata pelajaran selanjutnya adalah olahraga.

"Hari ini kita ambil nilai lari jarak pendek ya, semua bersiap diujung sana nanti yang namanya bapak sebutkan maju" Aku dan Tasya mengambil tempat menunggu didekat bawah pohon agar lebih teduh, soalnya aku takut mimisan kalau berlama-lama ditempat panas.

"Baik absen selanjutnya Anastasya Yolanda Putri" Tasya maju duluan dan bersiap mengambil posisi start.

Setelah absen Tasya adalah absenku. Aku berdiri untuk siap maju.

"Ayasa Ariana Fatonah" Aku maju ke tempat start dan mulai mengambil posisi.

Setelah lari aku kembali lagi ke tempat kami duduk berteduh tadi. Rasanya sangat lelah sekali padahal hanya lari sebentar dan gak terlalu jauh.

Cukup lama kami menunggu semua murid mengambil nilai satu persatu. Setelah semua selesai kami dikumpulkan kembali dilapangan yang tempatnya sedikit panas.

Aku berusaha menahan agar tak pusing dan mimisan.

Yes! Aku berhasil kali ini.

"Ayasa, Anastasya, Vini dan Rika setelah mata pelajaran ini temui bapak diruang guru ya. Untuk semuanya boleh kembali ke kelas dan berganti pakaian.

Aku dan Tasya sepandangan tak mengerti kenapa kami disuruh menghadap ke ruang guru.

"Assalamualaikum pak, maaf kami tadi ganti baju dulu" Kataku saat memasuki ruangan Pak Indani.

"Waalaikumussalam, ayo kalian duduk dulu sini" Kami berempat duduk dikursi yang ada diruangan ini.

"Hem jadi begini, 1 minggu lagi akan ada lomba lari sprint estafet (lari jarak pendek). Bapak baru dapat informasi dari bagian kesiswaan jadi bapak memilih kalian ber4 untuk. Bapak lomba ini. Bapak harap kalian bisa maksimal nanti diperlombaan walaupun hanya ada waktu 1 minggu untuk berlatih" Jelas Pak Indani.

"Kenapa kami ber4 pak? Kan ada yang cowok-cowok, masa kami cewek-cewek yang ikut" Sahut Vini.

"Karena ini lombanya khusus untuk yang perempuan, kalau yang laki-laki juga bapak masih akan memilih kalian ber4 karena kalian larinya paling cepat semua" Jawabnya.

"Jadi kapan kami mulai latihannya pak?" Tanyaku.

"Mulai besok sepulang sekolah, gak lama kok cuma 1 jam" Kami mengangguk tanda mengerti dan kemudian kami pamit untuk kembali ke kelas.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang