Pergi

389 22 4
                                    

Sinta Pov

Aysa memandangku dan Mas Robi. Aku tau apa maksudnya dan ku berikan hp ku padanya.

"Aku mau pulang ke rumah mama boleh?" Tulisnya di hp.

Ku perlihatkan tulisan itu ke Maisa dan Rian serta keluarganya.

"Rumah kamu bersama kami Sa. Ayasa gak rindu ayah? Gak rindu ibu? Alisa? Maliq? Kakek nenek? Dan anti?" Tanya Rian.

"Aku pulang sama papa ya, boleh?" Tulis Aysa lagi di hp.

Maisa tiba-tiba lari dari dan keluar. Aku mengejarnya dengan lari pelan.

"Mai" Panggilku ke Maisa yang terduduk dikursi luar.

"Aku gagal jadi ibu Sin, anakku sendiri tidak mau pulang bersamaku" Ucap Maisa.

"Mai, aku sebelumnya minta maaf ya aku bukan mau merampas anak kamu." Ucapku.

"Aku mengerti Sin, mungkin Ayasa lebih nyaman bersama kamu dan kamu pun sangat menyayangi nya. Berbeda denganku, aku selalu membuatnya sedih dan meneteskan air mata" Ucap Maisa lagi.

"Aku akan coba bujuk Aysa untuk pulang bersama kalian. Bagaimanapun juga Aysa itu anak kamu dan Rian, aku dan Mas Robi tidak ada hak atasnya" Ucapku sambil menepuk pelan pundak Maisa.

"Terima kasih Sin. Kalau pun Ayasa tidak mau pulang bersamaku dan Mas Rian, bolehkah aku minta tolong sesuatu?" Tanya nya padaku.

"Apa Mai? Akan ku bantu jika aku mampu"

"Kalau Ayasa lebih memilih tinggal bersama kalian, aku minta kamu menjaga dan menyayanginya seperti anak sendiri. Aku titip Ayasa ke kamu dan Robi. Aku akan selalu datang untuk mengunjungi Ayasa. Boleh?" Tanya Maisa sambil menatapku penuh harap.

"Aku akan bujuk dulu agar dia mau pulang bersama kalian. Jika dia tidak mau aku tidak keberatan untuk membawanya pulang dan tinggal bersamaku. Aku juga sangat menyayangi nya, aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri" Ucapku ke Maisa.

Dia sedikit tersenyum dan menghapus air matanya. Maisa kemudian mengajakku untuk kembali masuk ke dalam ruangan Aysa.

"Kalian pulang saja, aku anak haram dan anak tidak tau diri. Sekarang aku sudah cacat nanti kalian malu punya anak seperti ku. Selagi aku normal saja kalian membenciku apalagi sekarang. Aku sudah bahagia dengan keadaanku sekarang. Aku tidak mau membuat malu keluarga kalian. Aku sudah tidak sempurna dan itu akan membuat kalian malu" Tulis Ayasa di hp Mas Robi.

Aku terkejut melihat apa yang dia tulis. Dia dengan wajah datar tanpa ekspresi kemudian mengembalikan hp Mas Robi.

"Aysa jangan ngomong begitu nak. Mereka ini keluarga Aysa. Coba Aysa pikir kalau bukan karena ada nenek kakek tidak ada ayah Aysa. Dan kalau tidak ada ayah dan ibu Aysa juga tidak ada Aysa. Aysa pulang bersama ayah ibu Aysa ya nak" Pujukku padanya.

Sebenarnya hatikupun sakit untuk mengatakan ini. Tapi mau bagaimana pun dia bukan hak ku.

Aysa menatapku dan ku berikan hpku.

"Kalau mama dan papa juga tidak mau aku tinggal bersama kalian tidak masalah. Aku bisa hidup sendiri dan mengurus diriku sendiri. Aku sudah terbiasa sendiri dan tanpa siapapun mengasihi. Terima kasih sudah sudi melahirkan anak haram yang bawa sial ini. Terima kasih sudah memberi tumpangan hidup selama ini. Untuk mama papa terima kasih setidaknya aku pernah merasa punya orang tua" Tulisnya.

Aku melihat ke arah Maisa, dia berusaha menahan tangis dengan memegang erat tangan Rian. Sedangkan ibu dari Rian sudah menangis dikursi seberang.

"Aysa jangan ngomong begitu nak. Papa sama mama gak larang Aysa untuk tinggal bersama kami" Ucap Mas Robi membujuknya.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang