Pulang atau Menghilang?

189 14 2
                                    

Ayasa Pov

Aku kesal dengan diriku sendiri karena sudah melanggar janji yang ku buat. Tapi kalau saat itu aku tak buka mulut pasti Mba Kayra akan merusak rumah tangga mama papa.

Mba Kayra sudah diamankan pihak kepolisian atas tindakan pencemaran nama baik. Papa yang melaporkannya, awalnya mama tidak mau melaporkan dan mau melepas Mba Kayra tapi diam-diam papa yang melaporkan.

"Mas Alhamdulillah ya berkat adanya Aysa di rumah kita, sekarang suasana rumah menjadi tenang dan Alhamdulillah juga aku hamil lagi. Padahal dulu kita selalu usaha untuk kasih Ica adik ya" Ucap mama ke papa.

Aku sering tak sengaja mendengar obrolan mereka.

"Iya sayang mas juga sangat bersyukur dengan adanya Aysa rumah tangga kita juga terselamatkan dari Kayra yang licik" Sahut papa.

"Hm mas, bagaimana kalau kita kembalikan Aysa ke orang tuanya? Aku merasa berdosa memisahkan dia dari orang tuanya" Ucap mama.

Aku terkejut mendengar ucapan mama. Apa setelah mama tau dia akan punya anak lagi dia tidak membutuhkan ku? Aku tidak menunggu lama dan langsung mengemasi barang-barang yang aku bawa dari panti saja.

Sinta Pov

Aku dan Mas Robi tengah duduk santai sambil berbincang. Kami sangat bersyukur dengan anugerah yang baru saja kami dapatkan sekarang.

"Mas Alhamdulillah ya berkat adanya Aysa di rumah kita, sekarang suasana rumah menjadi tenang dan Alhamdulillah juga aku hamil lagi. Padahal dulu kita selalu usaha untuk kasih Ica adik ya" Ucapku ke Mas Robi.

"Iya sayang mas juga sangat bersyukur dengan adanya Aysa rumah tangga kita juga terselamatkan dari Kayra yang licik" Jawabnya.

"Hm mas, bagaimana kalau kita kembalikan Aysa ke orang tuanya? Aku merasa berdosa memisahkan dia dari orang tuanya" Ucapku.

Aku bukan bermaksud membuang Aysa karena aku sudah hamil. Aku merasa bersalah dan berdosa karena memisahkan dia dari kedua orang tuanya.

"Kamu yakin?" Tanya Mas Robi padaku.

"Iya mas aku yakin. Kasian juga kan temen kamu mas, aku udah pernah ngerasain rasanya kehilangan anak. Pastinya temanmu itu juga merasakan hal yang sama denganku" Ucapku ke Mas Robi.

"Kalau itu udah jadi keputusan kamu nanti siang kita temui Maisa dan keluarganya. Sekalian kita meminta maaf ke mereka atas keselahan yang kita buat." Ucap Mas Robi.

Aku sebenarnya berat melepas Aysa. Aku sudah terlanjut menyayangi Aysa. Dia sudah ku anggap seperti anakku sendiri. Tapi bagaimanapun pasti Maisa sangat merindukan anaknya juga.

Siang

Aku mengetok pintu kamar Aysa bermaksud mengajaknya makan siang sekalian memberitahukan tentang maksud kami ingin mengembalikannya ke keluarganya.

Aysa tak kunjung membukan pintu. Sudah lebih dari 20 menit aku mengetuk.

"Maaf Bu, Nak Aysa tadi keluar sekitar jam 11an. Bawa tasnya yang pertama kali dia datang ke sini" Ucap Bi Ijah.

Jangan-jangan Aysa mengetahui kalau aku dan Mas Robi ingin mengembalikannya? Apa dia marah dan kecewa pada kami?

"Makasih bi" Aku buru-buru memberitahu Mas Robi.

Ternyata terlambat. Maisa dan suaminya sudah berada di rumah kami. Padahal tadi janjinya jam 2 setelah makan siang.

"Maaf lama menunggu" Ucapku.

Aku duduk disamping Mas Robi dengan hati-hati.

"Maaf Maisa dan Rian sebelumnya untuk hal ini. Saya dan istri sudah berbuat kesalahan yang sangat besar, kami menyembunyikan anak kandung kalian." Ucap Mas Robi.

"Ta tapi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Aysa tidak ada dikamarnya dia sudah pergi sekitar jam 11 tadi. Aku rasa dia kecewa pada kami karena buang dia setelah kami tau kehamilan ku" Jelasku tak ingin menyembunyikan lagi.

Maisa Pov

Batin seorang ibu memang tidak pernah salah. Betul dugaan dan perasaanku kalau Ayasa memang bersama Robi dan istrinya. Aku agak kecewa dengan mereka kenapa tidak jujur dari awal aku bertanya.

Sekarang aku dapat berita lagi kalau Ayasa kabur kembali dari rumah Robi.

"Tidak Sin, ini semua kesalahanku. Aku yang dulu tidak menginginkannya dan mengusirnya. Dia mungkin kecewa dengan kalian sebab kalian akan mengembalikan dia padaku, orang yang sangat di benci" Ucapku.

"Maksudnya?" Tanya Robi.

"Kamu pasti tau Rob kejadian 15 tahun yang lalu saat aku diperkosa. Aku dulu menganggap kalau Ayasa itu adalah anak hasil bajingan-bajingan itu, tapi aku salah. Aku baru menyadari dia anakku dan Mas Rian setelah dia pergi dari ku. Mungkin dia tidak akan mau lagi bertemu denganku" Jelasku.

Kejadianku dulu sudah menjadi rahasia umum. Semua tau kalau dulu aku sempat diculik dan diperkosa.

"Astaghfirullah. Maafin aku Mai, sekarang kamu tenang dulu dan kita cari Aysa sama-sama" Sinta mengusap pundakku.

Ayasa rupanya mengganti-ganti namanya disetiap tempat dia tinggal. Di panti dia menggunakan nama Asya, disini dia menggunakan nama Aysa. Mungkin dengan mengganti nama dia pikir kami tidak akan mengenali.

Aku setuju dengan perkataan Sinta untuk mencari Ayasa bersama. Karena bagaimanapun Sinta lah yang tau wajah Ayasa sekarang, aku dan Mas Rian hanya melihat dari foto saja.

"Aku kemaren ketemu disini" Ucap Sinta.

Kami berhenti disebuah halte bis dan kemudian kami berempat turun.

Ayasa Pov

Tega sekali mama mau mengembalikan ku pada ayah dan ibu. Aku sudah mengingkari satu janjiku dan aku tidak mau mengingkari janjiku yang lain.

Aku berjalan menuju halte dimana aku bertemu mama waktu itu. Aku bermaksud untuk kabur ke kota lain lagi. Berbekal uang saku yang selalu mama dan papa berikan aku rasa cukup untuk ku sampai ke kota lain.

"Itu Aysa!" Aku kaget mendengar sebuah suara memanggilku.

Aku liat disana ada mama, papa dan juga ayah ibu.

Aku berlari sekuat tenaga menuju rumah-rumah warga yang tak jauh dari halte. Rumah-rumah disini berdempetan jadi banyak space untuk bersembunyi.

"Ayasa! Ini ibu, Ayasa maafin ibu" Suara ibu memanggilku.

"Aysa! Mama ini nak. Maafin mama Aysa" Teriak mama.

"Ayasa anak ayah, ayah rindu" Itu suara ayah.

*Aysa keluar lah nak kami semua menyayangi mu" Terakhir aku dengar suara papa.

Aku tetap diam ditempatku bersembunyi. Aku berharap mereka tidak bisa menemukanku disini. Aku ingin menjauh dari mereka. Aku tidak mau menjadi beban mereka.

Setelah ku rasa mereka sudah tidak ada, aku segera keluar dan berlari kembali menuju halte.

"Aysa!" Teriak papa.

Rupanya mereka masih berada disekitar sini. Aku kembali berlari sekuat tenaga menuju jalan raya.

"Tinnnnnn!!!!"  Suara klakson bus yang menabrakku.

Pandanganku kelam dan aku mendengar ramai yang bergerumul. Ada suara ibu dan mama juga diantara orang itu.

Bolehkah Aku Berada Di Antara Kalian Bu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang