Justru, bagian terindah dari pertemuan, adalah ketika bertemu dengan orang yang tepat. Disaat hanya Do'a yang menjadi penguat semuanya, selama Allah masih merahasiakannya perihal jodoh.
...
Ara yang sudah selesai dengan semua pekerjaannya, meng-istirahatkan diri duduk di kursi kamarnya.
Ara mengambil sesuatu dari dalam lacinya, terlihat sebuah kotak kecil, yang berisikan gelang berbentuk bulan."Andai aku masih memakai gelang ini, mungkin kamu sudah menyadari siapa aku. Tapi sayangnya, gelang ini sudah terlalu kecil untuk aku pakai." Air mata mulai mengalir dipipi mungil Ara
"Dengan cara apa, aku harus memperkenalkan siapa aku?"
Ara terus memandangi gelang itu, diapun berjalan ke balkon kamarnya dan menatap ke arah langit.
"Bulan, dan bintang tidak hadir malam ini, tapi gelang ini selalu menjadi perantara rinduku padamu." Lirih Ara
Tok Tok Tok!
"Ara, sayang!" Seru Liza, Bundanya AraAra yang mendengar suara Bundanya, langsung menghapus air matanya dan bergegas membukakan pintu kamarnya.
"Shafa?" ujar Ara saat melihat Shafa yang bersama bundanya
"Hai, Ra." Lirih Shafa seraya tersenyum ke arah Ara
"Kamu gak pernah berubah ya, Fa." Batin Ara
"Yasudah, Bunda turun dulu."
Setelah Liza pergi, Ara pun mengajak Shafa kedalam kamar.
"Aku kan udah bilang, aku gak papa." Ujar Ara yang mengerti betul kekhawatiran Shafa
"Ini, yang membuat aku khawatir. Udah jelas-jelas pak Ilham bilang kamu sakit, dan kamu bilang gak papa? Ya, gimana aku gak khawatir. Pasti kamu ada apa-apa, cerita sini!" balas Shafa
"Kamu emang gak pernah berubah ya, Fa. Selalu memahami, apa yang orang lain tidak pahami tentang aku,"
Shafa tersenyum seraya menghapus sisa air mata Ara di pipinya, "Kamu habis nangis, ya? Kamu ke inget Arif lagi? Gelang pemberian dia aja, kamu pegang terus,"
"Aku bukan hanya ingat dia saja, Fa. Aku juga rindu, semua Do'aku selama ini sudah terjawab," Mata tak bisa bohong, air mata itu kembali mengalir di pipi manis Ara
"Maksud kamu apa, Ra?"
"Aku sudah ketemu sama Arif, Fa."
"Serius? Dimana? Terus kalian udah saling dekat lagikan?"
Ara hanya menggeleng pelan, dan menatap kembali gelang yang dia pegang.
"Maksud kamu apa?"
Dengan tangisan yang semakin berderai, Ara menatap manik mata Shafa, "Seseorang yang aku cari selama ini, ternyata Pak Ilham, Fa."
"Apa?" Shafa yang mendengar pernyataan Ara pun merasa kaget
"Tadi selesai aku meeting sama pak Ilham, aku diajak mampir ke rumahnya, karena pak Ilham harus mengambil barang yang ketinggalan. Saat aku melihat seisi rumahnya, aku mendapati satu pigura yang ternyata foto Arif waktu kecil." Jelas Ara
"Dengan rasa penasaran, aku bertanya apa itu foto pak Ilham, dan dia jawab iya. Tapi pak Ilham seakan tak mengingat apapun, entah dia mengenalku, atau dia sudah melupakan semuanya. Disaat aku sibuk mencari, dan setia menunggu, dia seakan lupa dengan janji dia dulu." Tambah Ara
Shafa langsung memeluk Ara, dan menghapus air matanya, "Kamu tidak pernah tahu, apa yang dilalui pak Ilham selama ini. Mungkin dia juga mencari kamu, hanya saja dia tidak mengenalimu versi dewasa. Seperti kamu, bisa saja Pak Ilham juga berpikiran kamu tidak mencarinya, padahal kamu berjuang mencari dia selama ini. Yang pada akhirnya, Allah mempertemukan kalian dengan cara yang tidak terduga. Jadi, kamu harus optimis! Kamu harus bisa memulainya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlasku Merelakanmu (END)
SpiritualKamu tidak perlu khawatirkan Do'aku. Karena saat aku tahu bahagiamu adalah dia, semuanya sudah menjadi kerelaan yang sudah aku ikhlaskan🥀 _ Bagaimana rasanya jika kita terus terfokus pada satu nama, yang selalu menjadi aamiin paling serius disetiap...