Extra Part

2K 49 3
                                    

Bumikan saja segala ikhtiarmu, dan biarkan langit yang menulis semua perjuanganmu. Allah yang maha mengetahui segalanya, mendengar setiap bisikan Do'a-Do'amu.

°~°

DUA TAHUN KEMUDIAN

Malam hari yang indah dihiasi cahaya bintang, bulan bersinar begitu terang menerangi bumi. Angin malam menyapa dedaunan dengan merdu, ditambah keheningan yang membuat suasana terasa tentram.

Tapi tidak dengan hati, dan perasaan Shafa. Dua tahun telah dia lalui tanpa kehadiran sahabatnya, sahabat yang begitu berarti dalam hidupnya.

"Ra! Aku kangen banget sama kamu, hiks." Sambil menangis, Shafa terus memandangi foto Ara yang dia pegang

"Sudah dua tahun kamu pergi, hari-hari pun sudah aku lalui tanpa kamu, rasanya ada yang hilang. Karena dari dulu, kalau tidak bersama kamu, aku mau sama siapa?" tambah Shafa, seraya mengelus foto sahabatnya itu

Shafa tersenyum tipis, "Tapi Qodarullah, hampanya hidupku setelah kepergianmu, diganti dengan hadirnya lelaki yang begitu tulus mencintaiku. Lelaki yang telah kamu pilihkan untukku, begitu menjaga amanahnya dengan baik. Dia menjagaku, menemani setiap hariku, dan memberikan kesan terbaik dalam hidupku. Makasih, ya? Bahkan saat kamu akan pergipun kamu masih memikirkanku."

Shafa mengelus perutnya, "Lihat deh Ra, dari pernikahanku dengan Mas Andre, kini aku sedang mengandung anak pertamaku. Padahal dulu kita sudah merencanakan tentang ini, kamu sering bercanda kalau nanti aku sudah menikah dan mengandung, kamu akan mengelus perutku, dalam bentuk bersyukurnya kamu. Agar nanti kalau anakku lahir, biar mirip kamu." Shafa tertawa kecil sambil menghapus air matanya

"Nah sekarang aku wakilkan saja pakai foto kamu, ya?" Dengan penuh cinta, Shafa menempelkan foto Ara, pada perutnya yang mulai terlihat besar itu

"Semoga, nanti ketika kamu lahir, baik, cantik, dan sabarnya, mirip kaya tante, ya? Karena kalau mirip mamah kamu, nantinya banyak ngomel, cerewet lagi." Ujar Shafa, sambil menirukan gaya bicaranya Ara

Shafa kembali memandangi foto sahabatnya itu, "Kamu bahagia di syurga, ya! Aku sering main kok ke rumah kamu, tapi cuma seminggu sekali setiap hari jum'at. Tapi insyaallah, nanti kalau anak aku udah lahir, dan udah cukup besar, aku ajak dia ke rumahmu, dan memperkenalkan kamu padanya."

Andre yang melihat Shafa tengah berdiri didepan jendela kamarnya, mencoba menghampiri istrinya itu, "Sayang! Kamu kenapa? Lagi kangen sama Ara, ya?"

Shafa menatap Andre lekat, "Iya, karena rasanya setiap hari pun aku kangen Ara terus."

"Wajar kok, Ara kan sahabat terbaik kamu. Kita do'akan saja, semoga Ara berada ditempat terindah disisinya. Insyaallah, nanti kalau kamu sudah melahirkan, dan anak kita sudah cukup besar, kita ziarah ke makam Ara sambil membawa anak kita." Ujar Andre lembut

"Iya, mas. Aku cuma kangen aja, gak terasa udah dua tahun lamanya Ara pergi. Karenakan dari dulu pun, masa kuliah yang awalnya aku sering dikucilkan, kadang kena bully, tapi hanya Ara yang mau berteman denganku, dan mau menyayangi, dan menemani aku hingga aku sukses seperti sekarang. Ara itu penyemangat terbaik dalam hidupku, Ara begitu memberikan kesan-kesan positif bagiku, hiks."

Andre menghadapkan tubuh Shafa hingga berhadapan dengannya, tangannya menghapus air mata yang membahasi pipi istrinya itu, "Udah ya, hapus air mata kamu! Sekarang Ara sudah tenang disana, dan kamu pun sedang mengandung. Jadi kamu harus bisa menjaga kesehatan kamu, dan harus tetap bahagia. Aku janji, aku akan selalu menemani kamu, dan akan selalu mencintaimu hingga akhir,"

Ikhlasku Merelakanmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang