Rasanya terlalu sulit, untuk memaksakan melepas genggaman, untuk sekedar melepas semua rasa benci.
___
Nessy masih termenung didepan TV, dia masih memikirkan bagaimana caranya untuk mencari keberadaan papah kandungnya.
Tiara menggeleng pelan, saat melihat TV menyala, tapi pandangan Nessy terus menunduk sambil memeluk bantal.
"Ini gunanya TV dinyalain buat apa? Kalau yang nontonnya malah sibuk merenung," ujar Tiara. Nessy yang mulai menyadari kedatangan Tiara, langsung duduk sigap dan tersenyum kecil
"Eh, mamah. Kenapa, mah?" tanya Nessy
"Kamu yang kenapa, kok malah melamun depan TV?"
"Mmm, mah. Mamah beneran gak tahu sedikitpun, tentang keberadaan papah?"
Tiara terdiam, dia mengelus puncak kepala putrinya itu, "Sayang! Kamu pasti mulai kepikiran tentang pernikahan kamu, yang harus ditemani wali, ya? Mamah sudah memikirkan semuanya, mamah juga udah coba menghubungi setiap nomor teman papah kamu, tapi dari beberapa nomer yang mamah hubungi, gak ada yang tahu keberadaan papah kamu dimana. Kamu tenang aja, mamah masih berusaha kok," ujar Tiara menjelaskan
"Ternyata mamah udah peduliin ini dari dulu, makasih ya, mah. Tapi setelah ini, mamah gak usah repot-repot, ya! Biar Nessy aja yang cari. Nessy gak mau kalau mamah harus berhubungan lagi sama papah, Nessy gak mau kalau nanti papah nyakitin mamah lagi,"
"Udah, kamu jangan berpikir kejauhan. Mamah udah berdamai dengan semuanya, mamah juga udah melepas semua rasa benci yang pernah mamah tanamkan pada papahmu. Ada didekat kamu saja, udah membuat mamah bahagia, hanya kamu satu-satunya penyemangat buat mamah. Makanya, mamah akan melakukan apapun untuk Kebahagiaan kamu,"
"Yaudah, kalau gitu Nessy bantu cari ya, mah. Nessy juga cuma mau minta restu, dan suruh papah buat hadir dipernikahan aku doang. Untuk selebihnya, biarkan papah kembali dengan kesibukannya dengan keluarga barunya. Makasih ya mah, udah banyak mengajari Nessy rasa sabar, rasa mengikhlaskan, dan pentingnya memaafkan,"
"Ini baru anak mamah yang paling cantik, harus tetap kuat!" Tiara pun mencium kening Nessy, dan langsung memeluk putrinya itu
...
Saat Shafa, dan Ara hendak pulang, tiba-tiba Andre menghampiri mereka, yang masih di Parkiran.
"Hai, Ra! Fa!" Sapa Andre
"Pak Andre, lagi ngapain disini?" tanya Ara
"Oh, tadi aku habis ketemu Ilham," balas Andre
"Ra! Aku ke mobil duluan, ya." Shafa berlalu begitu saja meninggalkan Ara
Secara tiba-tiba, Shafa melajukan mobilnya, "Shafaaa! Kok aku ditinggal, sih." Teriak Ara
"Nyebelin banget sih, Shafa. Gak ada akhlak, awas ya, kamu." Batin Ara
"Yaudah, kamu pulang bareng aku aja Ra," ajak Andre
"Gak usah, pak. Nanti aku naik Taxi aja,"
"Daripada naik Taxi, harus nunggu dulu, mending sama aku aja." Ajak Andre lagi
"Sebenarnya, aku gak mau terus-terusan memberikan peluang untuk Pak Andre. Tapi aku juga gak enak, kalau harus nolak." Batin Ara
"Ara!" Andre melambaikan tangannya, didepan wajah Ara
Ara yang melamun, sontak terkejut, "Iya, kenapa pak?"
"Gimana, mau gak?"
"Iya pak, aku ikut sama pak Andre. Sebelumnya, maaf udah sering ngerepotin pak Andre,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlasku Merelakanmu (END)
EspiritualKamu tidak perlu khawatirkan Do'aku. Karena saat aku tahu bahagiamu adalah dia, semuanya sudah menjadi kerelaan yang sudah aku ikhlaskan🥀 _ Bagaimana rasanya jika kita terus terfokus pada satu nama, yang selalu menjadi aamiin paling serius disetiap...