Sekalipun masih ada sedikit harapan, rasanya aku sudah tidak bisa lagi untuk menggapainya.
___
Setelah Shalat subuh, Ilham ketiduran ditempat shalatnya. Jam sudah menunjukan pukul 07:15, bahkan cahaya matahari pun sudah mulai masuk menembus jendelanya.
Rahma yang menyadari Ilham belum terlihat, mencoba mencarinya ke kamar, "Ilham udah berangkat, atau emang masih dikamar sih." Ujar Rahma, diapun membuka pintu kamar putranya itu
"Ya Allah, Ham. Ternyata kamu masih tidur, mana tidurnya ditempat shalat."
Rahma berjongkok, dan mengelus kepala putranya itu, "Kamu pasti kecapean, sampe ketiduran gini habis shalat subuh. Apa mamah, sama papah salah ya, menjadikan kamu pemimpin perusahaan. Tapi kamu emang satu-satunya penerus dikeluarga kita, tapi mamah, sama papah yakin kamu pasti bisa."
Rahma tersenyum, dan mencoba membangunkan Ilham, "Ilham! Sayang!"
Ilham menggeliat, "Hmm."
"Bangun, sayang! Udah siang." Ujar Rahma
Ilham bangun dari tidurnya, dia mengucek-ngucek matanya pelan, "Mamah, Ilham ketiduran ya, mah."
"Iya, sayang. Mamah pikir kamu udah berangkat dari pagi, ternyata masih tidur,"
"Sekarang jam berapa, mah?"
Rahma menggeleng pelan, dan berjalan membuka gorden jendela kamar Ilham. Sinar matahari menembus, membuat Ilham menutup wajahnya dengan tangannya, "Silau, mah."
"Matahari aja udah terang gini."
Ilham dengan segera mengambil Handphonenya, dan melihat jam yang tertera dilayar Handphonenya, "Ya Allah mah, ini udah siang. Hari ini Ilham ada meeting,"
"Loh, mana mamah tahu. Kamu sih, gak biasanya ketiduran gini,"
"Iya, semalam Ilham begadang nyelesain pekerjaan buat meeting hari ini,"
"Yaudah, kamu cepat siap-siap! Nanti mamah siapin sarapan,"
"Gak usah, mah. Nanti Ilham makan di Restoran aja, sekalian meeting,"
"Yaudah, cepat siap-siap! Mamah keluar dulu,"
"Iya, mah. Makasih udah bangunin Ilham,"
"Iya, sama-sama."
...
Ara, dan Shafa tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba Dewi masuk kedalam ruangan kerja Ara, dan memberikan berkas sedikit kasar.
"Ini berkas dari pak Ilham, tolong kamu kerjakan!"
"Apa Kak Dewi gak pernah diajarkan attitude yang baik?" Saut Shafa
Dewi berjalan menuju meja Shafa, dan menyilangkan kedua tangannya didada, "Si pembela mulai bersuara. Dengar ya! Mau gue kasar sekalipun, itu bukan urusan loe." Balas Dewi sinis
Shafa mulai tersurut emosi, dia berdiri dan menatap tajam kedua mata Dewi, "Bukan urusanku? Jelas urusankulah. Kamu tiba-tiba masuk tanpa permisi, dan kemudian memberikan berkas dengan kasar pada Ara. Apa itu sopan, kak Dewi yang SOK SENIOR!" Ujar Shafa, dengan penuh penekanan diakhir kalimat
"Ngelunjak ni bawahan, ya terserah gue lah."
Shafa yang mulai geram, akhirnya menarik Dewi keluar ruangannya, "Mending sekarang Kak Dewi kaluar! Jangan ganggu kita yang lagi sibuk kerja,"
Dewi Melepaskan tangannya dari pegangan Shafa, "Lepasin tangan gue! Apasih, maen tarik-tarik aja,"
"Yaudah, kalau gak mau dikasarin silahkan keluar sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlasku Merelakanmu (END)
SpiritualKamu tidak perlu khawatirkan Do'aku. Karena saat aku tahu bahagiamu adalah dia, semuanya sudah menjadi kerelaan yang sudah aku ikhlaskan🥀 _ Bagaimana rasanya jika kita terus terfokus pada satu nama, yang selalu menjadi aamiin paling serius disetiap...