Tepat pukul 07:01 aku dan Acil sampai di depan gerbang dan satpam sudah menutup gerbang lebih cepat dari yang kukira.
Namun 1 hal yang kudapat saat sekolah disini ada image ‘mahal’ karena bisa dilihat dari gedungnya saja sudah berbau-bau kemewahan.
Bagiku ini sesuatu yang baru karena sebelum-sebelumnya aku selalu sekolah di sekolah negeri biasa. Namun aku tau pasti ada alasan mengapa orangtuaku tidak memasukkanku ke sekolah negeri lagi, mungkin salah satunya adalah karena aku terkena Kasus waktu itu.
Aku dan Acil sudah menunggu kurang lebih 10 menit, barulah setelah itu gerbang dibuka dan muncul lah seorang guru bernama pak Agus.Dengan tampilan nya, sekilas aku dan Acil langsung bisa menebak bahwa guru itu adalah guru BK. Telihat jelas dari kumisnya yang modis dan agak tebal, kemudian membawawa penggaris, lengkap dengan batu akik yang dipelihara dan diternak di jari-jemarinya dan menggunakan seragam yang sangat rapih dan lengkap.
Aku dan Acil pun langsung berusaha memohon, mengatakan alasan, dan meminta izin untuk masuk sebelum tangan kami merah-merah namun guru itu malah ketawa.
“hahaha kalian pikir saya galak ya? Memang banyak yang bilang begitu saat pertama kali ketemu saya tapi tenang kok saya baik” ucap dia kemudian langsung mempersilakan masuk membuatku dan Acil saling menatap dan tersenyum kemudian langsung memasuki sekolah.
Aku dan Acil pada awalnya sempat kesusahan saaat mencari kelas karena sekolah ini besar.Aku tidak tahu bagaimana dengan Acil, sepertinya dia akan salah masuk kelas di hari pertama. Persis seperti saat dia memasuki SMP.
Saat aku sedang mencari-cari kelas 12 IPS tiba-tiba ada keributan di kantin membuatku penasaran dan mengecek kesana.
Rupanya sedang ada yang berkelahi dan hal itu justru membuatku semakin penasaran karena di negeri hal itu tidak terjadi atau bisa dikatakan jarang terjadi.
Baru saja aku ingin melihat pertarungan dengan jarak yang lebih dekat tiba-tiba ada suara pluit membuat seluruh siswa di kantin yang ingin menonton menjadi kehilangan seleranya.
“PRIIIITTT! Bubar… bubar… masuk kelas” ucap pak Agus kepada seluruh siswa termasuk diriku namun aku justru malah mendekat menghampiri pak Agus membuat tatapan pak Agus semakin lama semakin melotot.
“kamu ngapain disini? Ga denger kata bapak apa? Masuk kelas!!” ucap pak Agus tegas namun aku masih tidak ingin masuk kelas.
“saya gatau pak kelas saya dimana” balasku polos membuat pak Agus tertawa renyah.
“bilang dong dari tadi. Kelas berapa kamu? Tanya pak Agus dengan tangan di pinggang seperti foto-foto pahlawan dalam film.
“kelas 12 IPS pak” jawabku sopan.
Jujur diawal-awal mungkin aku akan berusaha sesopan mungkin karena aku harus tau guru mana yang baik, ber pengaruh, ber koneksi, ataupun memiliki fisik yang kuat. Begitu juga sebaliknya.
“oohh… kamu anak pindahan ya makanya gatau? Kelas 12 diatas sana” ucap pak Agus sambil menunjuk kelas paling pojok.
“oiya makasih pak” balasku sopan kemudian jalan menuju kelas
Aku tahu alasan kenapa kelas 12 ditaruh di lantai 3 yang merupakan lantai tertinggi di sekolah sebelum rooftop.Alasannya tentu saja agar murid kelas 12 tidak ikut bermain-main dibawah atau di lapangan karena kelas 12 harus fokus menyiapkann diri menuju jenjang dunia perkuliahan dan kebanyakan pengalaman yang sudah ada jika sudah kelas 12 rasa malas di dalam dirinya lebih tinggi ketimbang kelas 11&10.
Aku berhenti didepan pintu kelas.
“dari luar aja udah rame banget” batinku sambil menelan ludah. Kemudian aku mendorog gagang pintu kelas dan seketika semua tatapan tertuju kepadaku dan semua menjadi hening. Hal inilah yang paling kubenci ketika menjadi murid baru, suasana mencekam.Hal ini bisa saja membunuhku jika bertahan hingga 1 pekan. Aku langung memilih bangku, berusaha tidak memedulikan tatapan seisi kelas namun tetap saja meresahkan.
Akhirnya aku mengambil tempat duduk namun perlakuan mereka tetap menatapku seperti anak kecil melihat sapi idul adha yang baru datang.
Karena aku merasa resah akhirnya aku buka suara untuk pertama kali nya di kelas ini.
“apa? Kenapa ngeliat gua kayak liat beruang? Salken gua Edgar, murid pindahan” ucapku agak malas dan langsung memakai headset dan tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
hati & logika
Romancecerita ini tentang perjalanan bagaimana sebuah pasangan yang tidak disatukan oleh hati atau pun logika, tetapi takdir yang menyatukan mereka. karena menurut sudut pandang hati dan logika, mereka tidak akan pernah bisa bersatu.