EPISODE 12

0 0 0
                                        

Aku pun langsung mencari tempat ternyaman untuk membaca pesan dari Mutia itu, tidak lupa cuci tangan dahulu. Entah kenapa rasanya deg-deg an seperti sedang menonton final eropa dimana tim kesayangan kita bermain disana.

*whatssapp view

XAVIERA: hhhhh
XAVIERA: apasi gar
XAVIERA: udh mlm juga
XAVIERA: GA LUCU NGEPRANK TENGAH MALEM GINI
ME: Lu nganggep gua bercanda?!
ME: Nih gua kasih pantun biar lu yakin
ME: Beli buku isinya tebal, abistu beli paku
XAVIERA: CAKEPPP
Me: Edgar Putra Winata
XAVIERA: CAKEP
XAVIERA: EH
Me: WKWKWK
VIERA: ih tuhkan cmn bcnd
Me: ga ga ini seius ih, yaudah ulang
Me: beli buku isinya tebal, abitu beli paku
Me: Ini serius bukan gombal, mau ga jadi pacar aku?
XAVIERA: Ih apaan sih lu gar ☹
Me: Kenapaa siih? Tinggal bilang mau apa enggak
Me: Lu gamau?
XAVIERA: Dih ga gituu
Me: Berarti mau kan?
XAVIERA: HA? GUA BLM BILANG MAU APA ENGGA LHO
Me: Yak an td lu ditanya gamau bilangnya engga, lawan nya gamau berarti mau lah
XAVIERA: KOK BS LGSG MENYIMPULKAN GITU YA
Me: WKWK
Me: Gimana Raa?
XAVIERA: Au ah bodo, vc aja mls gw jwb nya klo via chat gini.

3 detik kemudian dering telefon ku berbunyi dan aku langsung mengangkat nya.

“halo Ra, dengan saya Edgar. Ada yang bisa dibantu?” tanyaku dengan suara tenang, walaupun sedikit memaksa kan diri karena dari dalam diriku sudah tidak karuan suasana nya.

“mau” ucap Viera singkat, pelan dan setelah itu tidak ada suara apa-apa lagi.

“hah? Mau apa?” tanyaku pelanga-pelongo karena aku memang orangnya gampang lupa ditambah kondisi yang mencengangkan seperti ini.

“ih bego. Tadi lu nawarin gua apa” jawab Viera agak emosi.

“hah? Emangnya gua nawarin apa? Martabak? Kayaknya ga nawarin apa-apa dah” ucapku masih lupa dan ling-lung karena Viera hanya menjawab ‘mau’ saja

“nyebelin lu emang, gua tuh malu ngulang kata-kata lu. Udah ah males” balas Viera.

“oohh.. yang tadi gua tanyain?” tanyaku teringat tiba-tiba.

“iya” jawab Viera singkat.

“tadi apa jawaban lu?” tanyaku agak memancing Viera.

“iiyaa” jawab Viera yang sudah agak terpancing.

“iya apa? Iya gak mau?” tanyaku masih berusaha meledek.

“GAUSA BACOT BISA GASI GAR?” Tanya Viera yang sudah sukses ku buat salting.

“hahaha gua kan cuman nanya. Iya apa? Iya mau apa iya engga” balasku tak mau kalah.

“iya mauu lah” jawab Viera yang wajahnya sudah memerah, tidak terkondisikan isi hatinya saat ini mungkin.

“mau jadi apa? Supir gua?” tanyaku masih senang melihat reaksi salting dari Viera.

“mau jadi pacarlu” jawab Viera malu-malu.

“hah apa? Apa? Gak kedengeran” balasku yang sudah tidak karuan juga sebenarnya kondisi isi hatinya, hanya saja momen-momen seperti ini membuatku candu.

“Ih nyebelin sumpah. IYA EDGAR SAAYANG AKU MAU JADI PACAR KAMU… PUAS?” jawab Viera membuatku terbahak kemudian tersenyum simpul, namun sebenarnya hatiku juga sudah menjerit tidak kuasa jika momen seperti ini terus berlanjut.

“besok aku jemput ya Ra, biar keliatan official gitu” ucapku karena tidak ada topik selain itu di kepala ku sekarang ini.

“iya tapi aku berangkatnya pagi hehe” jawab Viera cengengesan.

“yauda gapapa biar aku makin rajin” balasku mengakhiri sesi vc malam itu. aku baru pertama kali merasakan sensasi ini. Sensasi yang sulit dijelaskan. Sensasi yang katanya bisa membuat seorang manusia menjadi kelihatan bodoh.

Dan pada malam ini… aku tidak bisa tidur hingga Fajar terbit kembali. Entah karena apa. Yang pasti… suara Viera tadi dan cengengesan nya masih terngiang-ngiang di kepala ku.
*****

hati & logikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang