Aku melihat seseorang menggunakan jersey bertuliskan nama “JUNA”.
Hal itu mengingatkanku pada seseorang. Aku mulai memperhatikan gerak-gerik orang ber jersey “JUNA” itu dan semakin lama kuperhatikan aku semakin yakin bahwa itu adalah Juna teman SD ku.
Terlihat sekali dari gerak-gerik dan gaya nya yang hampir tidak berubah sejak SD dulu.
Aku memutuskan untuk menghampirinya ketika sparing sudah selesai…
“Juna!” panggilku teriak sambil berlari kearahnya. Namun sepertinya dia sudah lupa denganku, bisa terlihat dari pandangan kosongnya yang mengarah kepadaku seperti seseorang idola ketika didatangi fans nya.Namun aku tidak peduli dan terus melangkah, memberikan tangan untuk berjabat dan Juna hanya menyalami nya kemudian mengucapkan nama nya bak seseorang yang baru pertama kali bertemu.
“gua Juna” ucpanya polos tanpa penambahan kata apapun.
“iya gua tau lu Juna. Gua kan Edgar, temen SD lu. Lu inget ga?” balasku masih berusaha membuat agar Juna kembali ingat denganku namun ekspresi yang ditunjukkan justru ekspresi orang yang semakin kebingungan.Hal itu membuatku memundurkan langkah, kemudian langsung berjalan keluar lapangan menahan malu. Sepanjang jalan aku mengumpat bagaimana bisa dia melupakanku setelah janji bertahun-tahun lalu.
“apa gua yang salah orang yak?” tanyaku kepada diri sendiri sambil berjalan menuju kembali ke kelas namun pertanyaan itu langsung dijawab oleh batinku.
“mana mungkin orang dari gerak-geriknya sama, mukanya mirip. Ah paling gua dilupain lagi kayak biasa” ucapku sambil menggaruk-garuk rambut yang tidak gatal.
“DOORR” teriak orang yang mengagetkanku tepat didepan posisi ku berdiri saat ini membuatku mengumpat.
“anjii apaansih” ucapku galak namun aku baru menyadari bahwa itu adalah perempuan sok asik yang di kantin tadi, Xaviera.
“hayoo dilupain siapa… kok nge gas sih gitu doang? Pasti abis putus sama pacar yaa” Tanya Viera sambil cengar-cengir menginterogasi ku.Aku hanya membalasnya dengan dengusan kemudian kembali berjalan melewatinya membuat Viera melotot tak terima diperlakukan seperti ini.
“dih sok cool luu!!” teriak Viera sambil jalan cepat mengejarku dengan hentakan ala-ala cewek ngambek. Kemudian tiba-tiba iblis di otakku membisikkan sebuah ide iseng yang cukup menarik untuk dipraktikkan. Saat Viera sudah mendekat akupun mulai melakukan aksi yang dibisikkan oleh iblis yang bersemayam didalam diriku ini.
Aku berbalik badan dan meletakkan kaki kiriku di belakang kaki Viera. Kemudian kudorong tubuhnya Viera persis seperti adegan membanting orang dalam bela diri namun aku menahan punggung Viera dengan tanganku karena aku takut menjadi fatal.Anehnya aku dan Viera justru melamun saling memandang. Semakin lama semakin terasa seperti sedang mode slow motion. Semakin lama semakin terasa hembusan nafas Viera. Semakin lama wajahku dan wajah Viera semakin mendekat seperti ingin berkenalan.
Untungnya beberapa detik kemudian ada bel sekolah yang mengingatkan.
“KRIINGG” bel masuk kelas jam kedua berbunyi membuat aku dan Viera kembali berdiri normal dan langsung menjauh dengan suasana agak canggung.Sembari berjalan aku tidak bisa menahan malu begitupun dengan Viera, bisa dilihat dari wajahnya yang mulai berubah warna menjadi kemerahan.
Sepanjang perjalanan menuju kelas kami tidak bicara sama sekali, bahkan untuk saling tatap saja tidak ada. Entahlah yang tadi terjadi seperti diluar sekenario ku.
“IBLIS SIALAN” batinku sambil berusaha sok cool dan tegar disamping Viera.
Di kelas aku hampir tidak bisa melupakan adegan ‘slow motion’ tadi.Bahkan saat aku dipanggil guru aku tidak mendengar dan malah melamun. Alhasil kepalaku terkena spidol yang dilemparkan guru di kelas saat itu.
Sepanjang jam pelajaran aku juga tidak bisa menyimak dengan baik. Entahlah jantungku mungkin saat ini sedang jedag-jedug. Sampai akhirnya pelajaran selesai dan aku memutuskan untuk mengambil airpods dari ranselku untuk mendengarkan lagu.
Sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagiku, menggunakan metode menenangkan diri dengan cara menengarkan lagu.Namun saat aku ingin mengambil airpods ada tangan yang menahanku. Saat kulihat itu ternyata orang itu adalah Viera, entah apa niatnya mendatangiku saat ini. Seharusnya dia trauma.
“lu ngapain tadi hah? Modus banget lu. awas lu ya gua tandain” ucapnya sambil mengacak-acak mejaku kemudian berbalik kabur.
“cih modal bacot doang. Jangan sok keras luu!!” gumamku namun nampaknya Viera mendengar itu karena ia sempat memberhentikan langkahnya sejenak, kemudian kembali beranjak pergi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
hati & logika
Romancecerita ini tentang perjalanan bagaimana sebuah pasangan yang tidak disatukan oleh hati atau pun logika, tetapi takdir yang menyatukan mereka. karena menurut sudut pandang hati dan logika, mereka tidak akan pernah bisa bersatu.