Semua orang memiliki kebiasaan masing-masing begitu juga dengan diriku ini.
Aku mempunyai kebiasaan saat bangun pagi langsung mengambil segelas air putih bahkan sebelum melangkah ke kamar mandi, entah kenapa jika aku tidak minum saat awal bangun seperti tidak punya suara.
Kak Dilla punya kebiasaan pagi yang agak aneh yaitu foto selfie lewat cermin dan Acil selalu memulai hari dengan menyapa si Boy kucing kesayangan keluarga.
Tidak hanya kebiasaan secara personal yang unik di keluarga ku namun juga kebiasaan keluarga.Selalu terbiasa melakukan hal yang mendadak, sama seperti halnya yang terjadi pagi ini. Tiba-tiba kami disuruh berkemas karena secara tiba-tiba papah di pindah tempat bekerjanya dari Tangerang selatan ke bandung. Cukup jauh menurutku namun sudah terbiasa karena memang keluargaku sejak dulu sudah menjadi keluarga yang gerilya.
Dulu aku lahir di padang, kemudian pindah ke Jakarta, pindah lagi ke Semarang saat kelas 6 dan kelas 9 pindah lagi ke Tangerang selatan, dan sekarang saat aku menginjak kelas 12 lagi lagi pindah ke Bandung.
Jujur aku berharap memiliki kehidupan baru di Bandung. Berharap memiliki banyak teman, berharap tidak menjadi aku yang sekarang ini, yang kerjaan nya hanya rebahan, dengerin lagu, nonton, foya-foya.Aku juga berharap memiliki circle yang tidak toxic seperti circle yang sekarang ini namun entahlah, aku hanya bisa berharap tidak lebih dan tidak kurang, sisanya hanya takdir yang bisa menentukan seperti apa ke depannya.
Apakah aku akan menjadi sampah masyarakat? Apakah justru akan menjadi berlian untuk masyarakat? Aku tidak tahu dan aku tidak terlalu memikirkan nya karena dengan tidak memikirkan itu justru aku semakin bersemangat.
“edgaaarr udah siap-siap belom?” tanya mamahku dari lantai bawah.
“iya mah bentar, lagi packing ini sama Acil” jawabku singkat karena masih sibuk memilah-milah barang mana yang akan dibawa dan akan disumbangkan.
“kak dapet salam dari Ella” ucap Acil sambil senyam-senyum sendiri memandangi layar hpnya membuatku menggeleg-geleng heran.
“masih kelas 10 udah bucin” cibirku tak mendapat respon apapun dari Acil yang sedang kangen-kangenan.
Ada beberapa faktor yang membuat seisi rumah ini setuju untuk pindah ke Bandung.Yang pertama adalah papah yang memang harus terpaksa karena pekerjaan nya.
Yang kedua adalah alasan mamah yang mengikuti ‘darling’ nya dan katanya juga bonus memiliki banyak destinasi wisata jika ingin liburan.
Kemudian alasan Acil yaitu menjadi semakin dekat dengan Ella karena kebetulan Ella adalah orang Bandung aslinya, ia kenal dengan Acil pertama kali dari game dan ternyata satu sekolah tetapi beberapa bulan lalu ada hal yang membuat Ella harus balik ke Bandung.Alasan kak Dilla? Entahlah aku juga tidak terlalu kepikiran karena dia juga hari ini tidak pindah ke rumah tetapi malah pindah ke kost-kost an di daerah kampusnya.
Dan yang terakhir adalah alasanku sendiri menyetujui perpindahan rumah ini. Aku sendiri tidak tau kenapa setuju namun hanya ingin menemukan Susana baru dan teman baru.
“adek bawa barangnya yang penting-penting aja ya” teriak mamah dari ruang tengah bawah.
“iyaa mah, tapi yang ga aku bawa di apain? Dibuang?” tanyaku masih ragu untuk membuang barang-barang kesayanganku.Terkadang memang ada barang yang sudah tidak berguna lagi seperti kaos yang kekecilan, dll.
Namun aku tidak tega membuang barang-barang bekas karena biasanya masing-masing barang yang kumiliki memiliki jasa atau sejarahnya tersendiri, berat rasanya membuang atau menyumbangkan kepada orang lain baju yang ku gunakan saat juara nasional matematika.
“ya enggaklah ganteng. Nanti yang gamau dipake kita sumbangin, yangsusah dibawa nanti pake jasa pindahan, ibu udah nyewa seharian” jawab ibuku membuatku sumringah karena tidak perlu lagi memilah-milah barang berharga.
Satu-satunya hal tersisa yang mengganggu pikiranku sejak tadi adalah si Boy.
![](https://img.wattpad.com/cover/303676022-288-k437161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
hati & logika
Romantikcerita ini tentang perjalanan bagaimana sebuah pasangan yang tidak disatukan oleh hati atau pun logika, tetapi takdir yang menyatukan mereka. karena menurut sudut pandang hati dan logika, mereka tidak akan pernah bisa bersatu.