Bersamaan dengan momen dimana aku masih deg-deg an dengan typing an Viera tadi, kak Dilla masuk kamar.Terlihat sekali dari tatapan yang diberikan kak Dilla bahwa dia menganggapku gila.
“kenapa lu? Gua pulang lho ini, lu ga nyambut?” Tanya Dilla sebentar kemudian keluar dari kamar ku dan menutup pintu sedangkan keadaan ku saat ini masih syok.
Sebenarnya ada 2 hal yang membuatku syok detik ini.
Yang pertama karena Viera langsung read dan merespon pesanku tadi, dan yang kedua karena perubahan kak Dilla yang mendadak minta diperhatikan.
“sejak kapan kak Dilla minta disambut? Sejak kapan kak Dilla nutup kamar setelah keluar?”
Dua pertanyaan itu cukup mengusikku.Namun aku mengacuhkan perubahan kak Dilla tadi dan kembali menatap hp
XAVIERA is typing…Aku menelan ludahku secara sadar dan mulai meramal jawaban apa yang akan diucapkan Viera.
Namun otak ku menawarkan ide cemerlang.
Kenapa tidak kutinggal saja hp nya sembari menunggu Viera offline, kemudian barulah kubaca balasan dari Viera.Dan sambil menunggu aku akan turun kebawah meminta pajak ke kak Dilla. Buat yang belum tau di keluarga ku ini makanan sering disebut pajak.
“Kak Dillah mana pajaknya?” Ucapku cengengesan sambil mengulurkan tangan.
“dih main pajak pajak aja. Nyambut gua aja belom lu” jawab Dilla sangar dan langsung kembali fokus ke hpnya.
Aku melongo beberapa detik setelah melihat respon Dilla karena dia belum pernah minta disambut atau di respon seperti ini.
“malah pelanga-pelongo. Peluk lah sini orang gua kakak lu” timpal Dilla membuat mulutku terbuka semakin lebar.
“kak Dilla kerasukan apa?” tanyaku dengan wajah kebingungan
“ish orang minta dipeluk juga” balas kak Dilla dan matanya mulai berkaca-kaca.Aku pun langsung memeluk kak Dilla. Jujur kak Dilla belum pernah nangis di depanku apalagi merengek minta dipeluk.
Saat ku peluk kak Dilla, air matanya sudah tidak terbendung lagi namun aku tidak banyak bicara, cukup diam dan mendengarkan.
Sebenarnya memang dari awal aku agak curiga karena malam ini bukan jadwal pulang kak Dilla dan jarang sekali Dilla pulang larut malam begini.
Apalagi ditambah sikapnya yang aneh sejak datang tadi.“tadi siang kak Dilla lagi mau nugas ke caffe. Eh malah ketemu Kevin lagi minum sama cewe lain yang aku gakenal” curhat kak Dilla membuatku prihatin namun sayangnya aku bukanlah orang yang handal diajak curhat.
Aku hanya bisa mengelus punggung Dilla dan menyuruhnya untuk bersabar dan memelankan suara nangisnya karena ini juga sudah larut malam dan mengganggu yang sudah tidur.
Namun aku berusaha meladeni kak Dilla.
“mungkin bang Vin lagi kerja kelompok juga kak. Kan kita gabole asal tuduh juga, kecuali kak Dilla emang udah nanya ke kevin nya. Udah nanya belom?” tanyaku dibalas gelengan dari Dilla.
Bagiku wajar karena aku pun juga pasti begitu jika mengalamai hal serupa.
Jauh sebelum kita berpikir jernih pasti pikiran jahat yang lebih dulu menguasai isi kepala kita.Tiba-tiba saat aku sedang meladeni kak Dilla yang menangis terus sejak 10 menit yang lalu, ada Acil membuka pintu kamar membuatku kaget, namun Acil juga kaget.
“gua kira setan anjir nangis tengah malem. Lu ngapain sih berduaan pelukan gitu? Masih sedarah inget gaboleh pacaran” ucap Acil merusak suasana.
“lu ego yang kayak setan. Step nya kagak kedengeran. By the way lu tidur lagi gih, gua sama kak Dilla abis lose streak ML ini makanya nangis Dilla” ucapku asal.
![](https://img.wattpad.com/cover/303676022-288-k437161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
hati & logika
Romansacerita ini tentang perjalanan bagaimana sebuah pasangan yang tidak disatukan oleh hati atau pun logika, tetapi takdir yang menyatukan mereka. karena menurut sudut pandang hati dan logika, mereka tidak akan pernah bisa bersatu.