Semenjak sebulan lebih menempati rumah baru, aku merasa suasana rumah saat ini berbeda dari suasana rumah sebelumnya.
Acil yang lebih suka pergi membuat suasana rumah menjadi sepi, ayah yang mulai membuka kafe dan sibuk dengan bisnisnya, sedangkan mamah yang hampir tiap malam minta jalan-jalan walaupun hanya mengitari daerah sekitar rumah.
Sedangkan di sisi lain ada kak Dilla yang belum pernah balik sejak perpindahan rumah kemarin namun malam ini tiba-tiba ia meminta balik.
Anehnya kak Dilla balik dengan sifat yang tidak biasa atau bisa dibilnag berubah menurutku.Sekarang kak Dilla lebih sering terbuka dengan orang rumah dan tidak jutek lagi, jujur aku tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini namun mau tidak mau aku harus terbiasa.
Segala hal yang berubah dalam hidupku, aku selalu tidak siap walaupun hal itu baik bagiku.
Sama halnya seperti keadaan sekolah.
Sudah sebulan lebih aku di sekolah dan aku terkejut mendapat banyak teman yang tidak memanfaatkan orang, bertemu teman yang selalu saling men support walaupun hal yang kami gemari berbeda-beda dan bisa dibilang sangat bertolak belakang.Dan hari ini aku dikejutkan dengan guruku bu Amel. Biasanya bu Amel tampil biasa saja dan bisa dibilang agak galak namun entah kenapa hari ini sedang baik sekali. Make up nya yang biasanya tidak dipakai di depan kelas kali ini hadir di wajah bu Amel membuat siswa-siswa di kelasku fokus menatap ke depan kelas pagi ini.
“oke jadi ada yang bisa jawab nomer 5?” Tanya bu Amel sambil menunjuk soal di papan tulis menggunakan pengaris kayu yang biasanya digunakan untuk memukuli para murid-murid berandal.“saya bu” ucap Gio membuat kami semua ragu dengan jawaban yang akan diucapkan Gio.
“ya silakan Gio. Nanti ibu kasih nilai tambahan” ucap bu Amel santai.“hah? Ibu mau sama saya?” jawab Gio membuat seisi kelas berdecak malas dan langsung menyoraki. Terlihat jelas di wajah bu Amel, tatapan ingin marah tetapi sedang berusaha bersabar.
“jangan gajelas napa yo. Gua kirain lu jadi pinter anjir” kata Danu yang sebenarnya sebelas dua belas dengan sobatnya si Gio membuat kami hanya memandangi Danu dengan tatapan datar.
“apasi? Kenapaa kenapa? Ngeliat gua gitu amet” ucap Danu si paling ambyar tapi tidak pernah mengaku.
“Ngacaa!” ucap murid-murid lainnya serentak.
Aku tidak kuat menahan tawa melihatny.
Kemudian bu Amel menengahi sebelum kelas kami menjadi semakin tidak jelas yang biasanya akan berakhir tidak belajar.
“hana tau jawaban nya?” Tanya bu Amel.
“iya bu jadi itu kan A kali B sama dengan x kan. Nah kita kan udah tau x sama B nya berarti kita tingggal cari A nya pake cara A sama dengan B dibagi X” jawab Hana menjelaskan.Dan jawaban Hana tersebut sekaligus menjadi penutup untuk mengakhiri kelas pagi ini.
“yes istirahat. Makasii yaa Hana cantik udah mau jawab” ucap Gio yang selalu menggoda siswa-siswi cantik di sini.Namun dibalik genitnya Gio, ia adalah siswa paling setia kawan no.1 di sekolah ini katanya.
“gausa ganggu cewe gua” balas Rey anak Mipa yang bisa membuat perempuan seambis Hana menaruh hati padanya. Ia sukses membuat Gio terbungkam.
“iya iya ampun mas. Buset pawangnya dateng nu” ucap Gio mengadu ke sahabatnya berharap diberi belas kasih.
“mampus hahaha” tetapi justru kata-kata itu yang keluar dari mulut Danu.
“se cantik-cantik nya Hana masih cantikan Hinata iya ga ngab?” ucap Adit sambil bangga membusungkan dadanya kepada sohibnya sendiri yaitu Key.
“apasih orang gua cewe” jawab Key ketus.
“apasih lu wibu” balas Gio dan Danu.
“haloo, liat deh ini kelas gua yang tiap hati ramee” teriak Tasya sambil live ig. Tasya dan Naya memang paling rajin live IG.Tiap ada waktu luang mereka akan live, dan gembelnya lagi setiap mereka live IG yang mereka pamerkan selalu cowo-cowo ganteng di kelas ini agar views nya banyak.
Mereka berdua juga teman dekat Viera namun bukan berarti mereka tidak dekat dengan Hana karena bisa dibilang hampir semua murid di kelas ini saling dekat.
Akupun sudah mulai agak malas dengan keadaan kelas yang sudah tidak terkondisikan dan berencana hengkang ke kantin untuk membeli minuman dan indomie.Namun aku tidak sadar ada yang mengikuti dari belakang, aku baru sadar ketika orang itu meleng dan menabrak tubuhku yang sedang berhenti berjalan, membuat aku berbalik badan.
Dan ternyata orang itu adalah Viera.
“ngapain lo kesini? Nanti kena mental lagi” ucapku sambil tertawa sedikit mengingat kejadian itu.
“ya terserah gua kali. kan kaki juga kaki gua napa elu yang sewot. Lagian lu ngapain ngalangin jalan gua hah?” balas Viera sok galak.Aku tidak memedulikan nya kemudian kembali berjalan.
Kemudian aku melihat lewat jam tangan, dan lagi-lagi orang itu membuntuti ku. Aku pun akhirnya berbelok ke arah toilet pria membuat Viera berhenti mengikutiku.
“idih kabur. Tenang gua masih normal, gabakal ngikutin ampe ke toilet” ucap Viera percaya diri sekali karena mengira aku sudah masuk ke toilet,padahal aku mengupingnya dari toilet dan berusaha menahan tawa mendengarnya.Beberapa detik kemudian Akupun melangkahkan kaki keluar dan tertawa-tawa tidak jelas.
Terlihat sekali dari wajah Viera dia sedang malu tidak karuan.
“gimana tadi gimana? Hahaha” tanyaku sambil meledek. Viera hanya diam menahan malu, mungkin untuk menahan malu saja susah jika aku didalam kondisi seperti dia.
Namun aku berbelas kasihan sehingga aku memutuskan untuk berhenti tertawa.
“kenapa sih lu ngikutin?” tanyaku agak serius.
“engga siapa juga yang mau ngikutin lu” jawab Viera membuatku menganga kaget. Yang membuatku kaget adalah setelah tadi ketauan mengikuti sekarang dia masih berusaha bersandiwara lagi.
“oo gituu oke… hhmm jadi kalo gua ke pelaminan lu gamau ikut?” Tanya ku meledek sukses membuat Viera malu.
“yauda gua ngaku iya gua ngikutin lu. Gua sebenernya mau tau aja lu biasanya kemana, trus lu orangnya gimana. Ngerokok apa engga soalnya gua gasuka cowo perokok” ucap Viera masih sama seperti Viera yang sebelumnya yaitu ceplas ceplos.
“oohh itu. Sini gua jawab semua pertanyaan lu, sekarang ikut gua dulu” ucapku sambil menarik tangannya tapi sepertinya Viera masih agak trauma dengan otak isengku jadi dia segera melepaskan tangan nya.
“mau dibawa kemana gua?” Tanya Viera berhenti mengikuti langkahku.
“ke tempat makan favorit gua lah Katanya mau tau gua biasanya ngapain” jawabku kemudian Viera hanya membalas dengan oh iya sambil cengengesan.Aku pun mengajak Viera ke warung makan favoritku di Alexandria. Cukup memesan Indomie dan gorengan kemudian dibungkus dan dibawa ke rooftop untuk dimakan disana.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
hati & logika
Romancecerita ini tentang perjalanan bagaimana sebuah pasangan yang tidak disatukan oleh hati atau pun logika, tetapi takdir yang menyatukan mereka. karena menurut sudut pandang hati dan logika, mereka tidak akan pernah bisa bersatu.