Special Chapter - Cemburu

132 19 8
                                    

Kim Yoojung mematikan layar ponselnya dan mendesah. Sepasang manik matanya yang bulat menatap keluar jendela kaca mobil dengan tatapan sendu. Ini sudah berapa hari. Suasana hatinya semendung langit di musim dingin. Karena lelah? Tentu, ia telah menyelesaikan banyak photoshoot untuk iklan beberapa brand-nya hampir setiap hari selama seminggu terakhir. Tapi kelelahan saja tidak akan membuatnya galau seperti ini. Ada hal lain yang menganggu pikirannya.

"Kau lelah?"

Suara disebelahnya membuat Yoojung menoleh lalu tersenyum simpul. Penata rias nya bertanya khawatir.

Yoojung menggeleng. "Aku agak lapar," katanya berdusta.

Penata riasnya tersenyum dengan jawaban Yoojung lalu mengeluarkan jeli dari tasnya. Makanan ringan yang selalu dimakan Yoojung sebagai camilan di sela jadwal kerjanya yang padat.

Yoojung meraih dua bungkus panjang jeli rasa jeruk dan anggur yang disodorkan penata riasnya lalu berterimakasih. Ia kemudian kembali menatap keluar jendela mobil sambil memakan jelinya. Entah kenapa jeli itu terasa tidak terlalu enak sekarang.

---

"Untuk beberapa hari ini aku akan sibuk sekali, jadi kita mungkin tidak bisa saling bertemu."

Itu kata Hyoseop saat mereka terakhir kali bertemu di rumah pemuda itu seminggu yang lalu.

"Iya, gak apa-apa."

Yoojung paham. Pacarnya itu memang sedang sibuk-sibuknya karena jadwal syuting dramanya yang sedang tayang. Jadi ia tidak mempermasalahkan waktu kebersamaan mereka yang berkurang.

Mereka baru menjalin hubungan selama tiga bulan, jadi wajar jika mereka membutuhkan banyak penyesuian dalam hubungan mereka. Dan Yoojung memang tipe pacar yang selalu pengertian. Tapi bukan itu masalahnya. Yang membuat Yoojung berubah menjadi tidak pengertian adalah karena sejak seminggu yang lalu Hyoseop tidak menghubunginya sekalipun. Tidak menelpon, tidak mengirimkan chat apalagi bertemu. Pemuda itu seperti menghilang.

Kesal, Yoojung pernah ingin menghubungi manajer Hyoseop untuk mengetahui keadaan kekasihnya itu. Tetapi Yoojung mengurungkan niatnya tersebut. Takut Hyoseop merasa dikekang oleh Yoojung jika ia terlalu ikut campur urusan pekerjaannya.

Jadi disinilah Yoojung. Menatap layar ponselnya yang mati dengan tatapan nanar.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Nama Hyoseop muncul di layar ponselnya yang tiba-tiba menyala.

Yoojung dengan agak terkejut meraih benda persegi yang sejak tadi ia pelototi itu lalu menekan tombol untuk menerima panggilan.

"Halo?"

"Yoojung-ah,"

Suara itu. Suara berat yang dirindukannya.

"Kamu lagi dimana?"

Yoojung tak langsung menjawab. Ia menatap sekitarnya dengan agak ragu.

"Di gedung agensi," katanya. Ia memang berada di gedung agensi karena ada rapat proyek baru. Tetapi rapat itu sudah selesai sejak sejam yang lalu. Karena malas pulang dan tidak tahu harus kemana, Yoojung memilih mengurung diri di ruang rapat yang kosong sambil menatap ponselnya sejak tadi.

"Kebetulan aku lagi disekitar sana. Bisa ketemu?"

Ada sebongkah es yang mencair di hati Yoojung. Gadis itu akhirnya bisa tersenyum.

"Iya," katanya ringan.

"Tunggu sebentar ya. Lima belas menit lagi aku sampai."

Telpon kemudian ditutup. Dengan perasaan senang, Yoojung berjalan keluar ruangan rapat menuju basemen tempat mereka berjanji bertemu.

"Lovers of The Red Sky"  - behind storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang