Hidden [DUA PULUH TIGA]

14 0 2
                                    

Pagi-pagi sekali, Bitha sudah terlihat di taman belakang rumahnya dengan memegangi selang air sambil sesekali bersenandung. Sudah menjadi sebuah rutinitas minggu paginya Bitha diawali dengan menyirami bunga-bunga mawar merah kesayangannya. Entah kenapa mood nya hari ini terasa bagus. Apa karena dia sudah tahu bahwa hamba Allah itu adalah Rastra? Apa iya perasaan baik ini ditimbulkan karena Rastra?

Bitha menggeleng kepalanya cepat. Ia segera menepis pikiran-pikiran aneh itu dari kepalanya. Sungguh ia heran dengan isi otaknya pagi ini, masih pagi tapi pikirannya ngelantur sampai ke mana-mana.

"Yaampun sayang, itu tanemannya bukannya idup tapi mati karena kebanyakan kamu siram. Tuh liat udah kerendem tu taneman." Teriak Bundanya dari kursi dekat taman belakang.

Bitha membelalakkan matanya. Cepat-cepat ia mematikan kran air agar selang airnya juga mati. Ia menepuk jidatnya sendiri. Hampir saja ia membuat kolam mini di antara tanaman-tanaman bunganya.

Bunda bangkit dari duduknya dan mengampiri Bitha, "Mikirin apa sih?"

"Gak kok Nda,"

Bunda menyenggol bahu Bitha pelan "Alah, mikirin si siapa itu astrea?"

Bitha berpikir sejenak, perasaan ada yang salah gitu dari omongannya bunda.

Sedetik kemudian Bitha terkekeh pelan, "Nda, Rastra Nda bukan astrea. Astrea mah motor atuh, ada-ada aja sih Bunda."

Bunda ikut terkekeh, "Yah maklum Bunda kan suka ganti-ganti nama."

"Mbak, Mbak Bitha," Dari kejauhan ada Bi Siti yang tergopoh-gopoh menenteng sesuatu.

Bitha yang merasa dipanggil segera mendekati Bi Siti.

"Ada apa Bi?"

"Ini Mbak ada sesuatu dari tukang bubur ayam."

Bitha mengerutkan dahinya samar, "Hah bubur ayam? Lha Bitha kan engga pesen bubur ayam Bi?"

"Saya ndak tau Mbak, tapi katanya buat Mbak Bitha,"

"Terus tukang buburnya bilang ga dari siapa?"

"Kata tukang bubur ayamnya Mbak Bitha gausah heran, yang ngasih sama kayak yang semalem ngasih. Kalo ga inget katanya suruh baca surat ini Mbak. Ini bubur ayamnya saya taruh di meja ya Mbak?"

Bitha menerima surat sambil tampak berpikir sebentar, lalu perlahan senyumannya terbit. Bagaimana dia bisa lupa kepada pelaku tukang mie dok dok abal-abal yang membuat mood nya baik sampai detik ini. Tapi kenapa harus bubur ayam? Mungkin saja Rastra tidak tahu kalo dia tidak suka bubur ayam.

"Yauda Bi makasih ya, ini bubur ayamnya buat bibi aja, Bitha gabisa makan bubur ayam. Engga doyan."

"Terima kasih banyak lho Mbak, saya tak ke belakang dulu,"

Bitha menganggukkan kepala. Ia memutuskan untuk mendaratkan pantatnya di kursi taman belakang sambil membolak balikkan sebuah amplop di tangannya. Entah kenapa ia suka cara Rastra memberi sesuatu dengan caranya sendiri.

Di amplop itu tertulis 'Buka surat ini kalo kamu lupa sama saya. Tapi khusus kamu yang saya sayang, meskipun pake kata pura-pura lupa, boleh dibuka. Selamat membaca.'

Sedang apa minggu pagi ini

Saya tadi melihat kucing sedang tidur nyenyak

Saya tadi melihat embun sedang lambat jatuh dari daunnya

Saya tadi melihat anjing sedang jalan-jalan dengan majikannya

Saya tadi melihat Bibi sedang sibuk di dapurnya

Saya tadi melihat tetangga sebelah sedang memandikan mobilnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang