Rastra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal. Ia tahu kondisi dimana dan dengan siapa dia mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas normal. Kalau dia mengemudikan mobilnya di atas kecepatan normal bisa-bisa cewek yang sekarang duduk di sampingnya ini akan jaga jarak aman dengan Rastra. Tidak. Tidak akan terjadi. Cukup satu kesalahan tentang ketidaksengajaan pelemparan bola basket itu.
Atmosfer keheningan tercipta di dalam mobil. Tak ada yang bersuara. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya suara musik yang mengalun, mendayu dayu memenuhi ruangan kosong di mobil itu.
Bitha membuang mukanya ke arah jendela mobil, mulutnya sedikit membuka mengikuti lagu yang di putar di mobil itu.
"sedikit cemas, banyak rindunya"
"tau lagunya?" akhirnya Rastra membuka mulutnya.
Merasa di tanya, Bitha menengokkan kepalanya ke arah Rastra
"tau banget"
"suka payung teduh?"
Bitha mengangguk pelan.
"oh ya? Sama dong. Suka yang mana?" Rastra tampak antusias. Karena perlu di ketahui, sang bad boy ini suka dengan lagu lagu nya payung teduh. Lagunya membuat hati menjadi damai.
"kalo suka sih semuanya, tapi yang favorit ya tadi"
Rastra mangut mangut.
"mau di ulang lagi?"
"bolehh"
Rastra memutar lagu payung teduh berjudul-untuk perempuan yang sedang dalam pelukan itu sekali lagi.
Dan mereka berdua bernyanyi bersama
"Di malam hari... menuju pagi... sedikit cemas banyak rindunya..."
Bitha dan Rastra saling berpandangan, detik kemudian mereka tertawa pelan.
"tapi gue gak nyangka lho kalo lo suka musik aliran agak-agak syahdu"
Rastra terkekeh pelan
"gak banyak yang tau sih, orang mah kebanyakan liat saya cuma dari luarnya aja"
"nyindir nih ceritanya?"
Lagi. Entah sudah berapa kali Bitha melihat senyum Rastra selalu tercetak di wajahnya.
"enggak, kamu beda. Gak kayak mereka"
"kok gitu?"
"ya beda aja"
"kan lo belum pernah kenal gue, kenapa lo bisa nyimpulin kaya gitu?"
"ya makanya kenalan, biar saya tau gimana kamu, mau gak?" Rastra tersenyum
"apaan sih?" Bitha tersenyum, ia memalingkan mukanya ke jendela. Menutupi mukanya yang sekarang sudah semerah udang rebus.
"mau anterin saya dulu gak?"
Bitha diam.
"tapi kamu harus ikut, soalnya kita udah sampe di tempatnya. Kamu saya tanya gitu aja jawabnya lama, apalagi nanti saya tembak? Bisa-bisa saya keburu ambil sama orang lain"
Blush!
Entah. Untuk kesekian kalinya Bitha blushing gara-gara perkataannya Rastra.
Rastra turun dari mobil, meninggalkan Bitha yang masih bengong. Tapi kemudian Bitha tersadar, ia cepat-cepat ikut turun dari mobil dan mengekori Rastra.
Ternyata Rastra memasuki Sebuah supermarket kecil di pinggir jalan. Bitha mengekori Rastra dari belakang. Rastra berkata kepada salah satu pelayan di sana, pelayan tersebut menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN
Teen Fiction(ON GOING) Awalnya hidup Bitha baik-baik saja. Mulus seperti jalan tol.Tak pernah ada sesuatu yang mengusik hidupnya selama ini. Dia di besarkan di keluarga yang berkecukupan. Mempunyai orang tua yang senantiasa mendukungnya dan kakak laki-laki yan...