"Banjir!! Banjir!!" Bitha terperanjat dari tidur nyenyaknya, lalu berteriak panik.
"Banjir pale lo!"
Bitha mengerjap ejapkan matanya. Di dapatinya abangnya itu ada disamping tempat tidurnya dengan membawa gayung mandi sambil berkacak pinggang.
"Anjir! Basah nih gue!" Bitha uring-uringan gak jelas ketika menyadari dirinya kini basah kuyup.
"Salah sendiri dibangunin gak bangun-bangun! Dasar kebo! Noh liat jam berapa!?" Gavin menunjuk jam dinding yang terpapang manis di sisi tembok sebelah kanan dengan dagunya.
Bitha menengok ke arah jam dinding. "Elah baru jam setengah 7 juga bawel amat."
Bitha menjawab dengan cuek, tapi kemudian otaknya mencerna apa yang baru dikatakannya, apa yang baru dilihatnya.
"What the!? Anjir! Jam setengah tujuh! Kenapa lo gak bangunin gue sih bang!?"
Bitha heboh. Dia bahkan menyumpah serapahi abangnya yang tidak membangunkannya. Padahal jelas-jelas terbukti Bitha lah yang susah untuk dibangunkan.
"Lo gak tau? Gue sampe ambil ember gue gedor gedorin, gue ambil panci gue pukul pukulin, elo gak bangun-bangun, dan lo masih nyalahin gue?" Gavin menggeleng gelengkan kepalanya dengan wajah tak percaya.
"Brisik lo bang!" Bitha bangkit dari tempat tidurnya, mendorong abangnya yang mengahalangi jalannya sambil berkata "Minggir gue mau mandi!" Bitha langsung lari terbirit birit kayak orang kesetanan menuju kamar mandi.
"Dasar adek gak berfaedah!" Gavin berlalu meninggalkan kamar Bitha.
Karena jam tidak memungkinkan Bitha untuk menjalani ritual mandinya, alhasil ia hanya mandi kilat. pokoknya semua di lakukan dengan kilat.
"Cepetan dek!" Gavin meneriaki adeknya itu dari bawah.
"Elah, iya ini otewe," jawab Bitha tak kalah kencangnya.
dengan terburu buru Bitha menuruni anak tangga dan langsung ngeloyor gitu aja.
"Tha, kamu gak sarapan?"
"Enggak Nda, Bitha makan di kantin aja, assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari bundanya, Bitha langsung menaiki jok belakang motor sport merah milik abangnya.
"Ayo bang! Cepetan bang, jam tujuh kurang 10 nih!"
Bitha yang sudah nangkring di belakang menepuk nepuk pundak abangnya agar segera melajukan motonya.
"Ck sabar, nih baru mau pake helm elah."
"Ayo bang!! Buruan ah!"
"Iya-iya, lagian salah sendiri kebo! Pegangan!"
Bitha menuruti apa yang dikatakan abangnya. Ia tahu bahwa abangnya ini akan mengendarai motor dengan kecepatan di ambang batas normal. Dan benar saja, sepersekian detik, motor sport merah itu meninggalkan halaman rumah Bitha.
Jam 7 tepat Bitha sampai di sekolahnya. Baru saja Bitha turun dari motor abangnya, abangnya itu langsung menancap gas nya tanpa berkata apapun. Ketika ia membalikan badan, didapatinya gerbang sekolah yang tadinya terbuka sedikit itu sekarang benar-benar sempurna terkunci rapat. Pak satpam yang dilihatnya saat Bitha belum turun dari motorpun sudah menghilang.
Bitha mengamati jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam itu menunjukkan pukul 7 lebih satu menit. Yaampun lebih dari satu menit permisah.
"Ini sekolah terlalu tertib! Masa gue lebih satu menit aja gak boleh masuk. Digembok pula gerbangnya. Sumpah satu menit loh? Gak ada toleransi gitu? " Bitha uring-uringan gak jelas di depan gerbang sekolah yang sempurna tertutup manis dengan gembok yang mengait dengan mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN
Teen Fiction(ON GOING) Awalnya hidup Bitha baik-baik saja. Mulus seperti jalan tol.Tak pernah ada sesuatu yang mengusik hidupnya selama ini. Dia di besarkan di keluarga yang berkecukupan. Mempunyai orang tua yang senantiasa mendukungnya dan kakak laki-laki yan...