Hidden [LIMA]

642 38 0
                                    

Hari menjelang malam, lalu lintas jalanan kota Yogyakarta mulai memadat. Orang-orang baru saja pulang dari kerjanya. Di pinggiran jalanan kota yang penuh hiruk pikuk suara kendaaran, terdapat sebuah gedung yang tinggi menjulang di antara gedung-gedung lainnya. Gedung itu tampak kosong, usang, hampa. Seperti tidak berpenghuni. Di gedung itu terdapat sebuah rooftop yang menjadi markas besar beberapa gerombolan anak dengan seragam putih abu-abu nya.

Di sudut bagian rooftop, terdapat seorang cowok yang tengah memejamkan matanya. Di antara jari telunjuk dan jari tengahnya terselip sebatang rokok. Batangan rokok itu hanya tinggal setengahnya. Bahkan ada yang satu batang yang di selipkan di telingannya. Entah sudah bungkus keberapa yang berhasil di hisapnya sore itu. Ditemani semilirnya angin sore, cowok itu tampak menikmati zat berbahaya yang di hisapnya, lalu di kepulkannya asap itu hingga membumbung tinggi ke udara. Hanya dengan itu dia bisa melupakan segalanya. Hanya dengan itu dia bisa lari dari masalah yang menantinya.

"tra" Sobat Rastra yang di ketahui bernama Julian, tapi Rastra menganti dengan nama panggilan juju itu menghampiri Rastra.

"hmm?" Rastra hanya bergumam ketika ada salah satu sobat yang memanggilnya.

"lo mau abis berapa bungkus?"

Cowok itu hanya mengangkat bahunya sesaat.

"udah bungkus ke lima, lo mau mati?"
"bodo amat" jawab Rastra acuh.

Memang di antara keempat sahabatnya, yaitu Julian, Arvin (kelasX MIIA 1) Vino (kelas XII Ipa3) dan Nata(kelas XI IPS 2) memang Julian lah yang paling perduli dengan Rastra. Julian yang paling mengerti Rastra. Julian yang bisa menenangkan Rastra, dan rumah Julianlah yang selalu menjadi tempat pelariannya saat dia sedang kalap.

"kok gue bosen ya?" Arvin ikut duduk di samping Julian

"dasar lo kaya cewek kerjaannya bosenan" Semprot Julian asal.

"elo kali yang kayak cewek, kerjaannya nempel ama deket-deket mulu sama Rastra"

"biarin, babang Rastra kan bebeb gue, iya kan tra?" Julian bergelayut manja di lengan Rastra.

"ih, apaan sih lo, jijik deh ju" Rastra yang tadinya memejamkan mata refleks langsung membuka matanya, mengubah posisinya yang tadi tiduran menjadi duduk. Ia menatap Julian dengan tatapan sulit di artikan.
"gini nih kelamaan jomblo jadinya homo" Nata nyaut

"abis ini jadi kan?" Vino yang ada di sudut rooftop melangkah menghampiri sahabat-sahabatnya.

"jadilah" Saut Arvin cepat

"kemana?" Rastra mematikan puntung rokoknya. Lalu pandangannya beralih ke Vino yang duduk di depannya.

"elah biasa, sok gak tau lo"

"biasa kemana?" Rastra mengerutkan keningnya samar.

"lha emang biasanya lo kemana?"

"gue? Emmm, gue kan biasanya ke masjid kalo gak ke mushola" Jawab Rastra dengan tampang polosnya

"elah, belagak alim lo, sholat aja gak pernah lo, "

Rastra hanya nyengir kuda "tapi kapan ya terakhir gue sholat?"

"ya gak tau lah"

"wahai temanku, sesungguhnya kamu berdosa besar telah meninggalkan sholat" Nata yang memang paling rajin soal ibadah, mulai mengeluarkan ceramahnya

"tuh di ceramahi sama ustad Nata"

"yahh, dosa gue banyak dong ya? Wahh mesti tobat nih gue"

"nanti gue ajarin caranya tobat"

"bener lho ta, biar dosa gue gak nambah banyak, eh pertanyaan gue tadi belum lo jawab Vin, emang ntar malem mau kemana?"

"biasa, club lah" Jawab Vino enteng.

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang