Istirahat kedua, geromobolan Bitha langsung menyerbu kantin. Di karenakan jam istirahat pertama mereka di renggut oleh ulangan matematika peminatan yang bikin cacing di perut mereka berdemo, memberontak butub asupan makanan segera.
Gerombolan Bitha yang kurang satu, yaitu Ara karena sedang ada ulangan fisika, memilih tempat duduk di pojokan. Mereka ber empat memesan 4 bakso dan 4 gelas es jeruk. Mereka menyantap bakso itu dengan rakus.
"gilakk!! Tadi soalnya tuh bikin pala gue pusing!"
"ho'oh, ngerihh banget tu soal, lebih serem dari film the conjuring" Vava melebih-lebihkan
"lo kok diem aja sih tha? Lo gak ngerasa kesulitan gitu sama soalnya?"
Bitha yang baru saja mau memasukkan bakso ke dalam mulutnya, langsung di hentikan, memilih menjawab pertanyaan yang di ajukan Nurul.
"menurut gue tadi gak susah susah amat, soalnya yang gue pelajarin keluar semua" jawab Bitha enteng
"kok bisa!? Padahal tadi di sama sekali belum di ajarin loh," Qila heboh.
"soalnya gue tadi kan ke rooftop. Niatnya biar konsen gitu belajarnya, eh taunya ketemu sama Rastra, yaudah deh di situ gue di ajarin cara ngerjain tuh soal yang gak bisa gue kerjain, eh tau nya malah keluar semua yang di ajarin dia" terang Bitha dengan santainya
"apa! Gak salah denger!? Rastra ngajarin elo!?" Vava heboh
"wah, ini kalo ada Ara pasti lebih heboh"
"emang kenapa sih?"
"gak papa, dia tu jarang banget tha mau deket-deket sama cewek, apalagi sampe ngajarin gitu"
"masak?" Bitha tidak percaya
"iyaa, kalo gak percaya nanti tanya aja sama Ara"
"gue kok ngerasa kayaknya si Rastra ada something gitu sama elo"
"something apaan?"
"ya something"
"ngarang lo! Sok tau!"
Di tengah-tengah hebohnya meja pojokan kantin, tiba-tiba ada abang tukang siomay yang menghampiri. Abang itu membawa nampan yang berisi satu piring siomay dan satu gelas jus jambu.
"ini neng siomay sama jus jambunya"
Sontak semua yang ada di meja pojokan itu terdiam. Mereka tidak merasa memesan siomay dan satu gelas jus jambu.
"kita gak mesen siomay sama jus jambu tu bang" Bitha buka mulut
"saya gak tau neng, cuma saya di suruh sama orang buat ngasih ini ke meja pojokan. Terus kata orang yang nyuruh saya, suruh di kasih sama anak baru yang baru masuk ke sekolah ini. Apa di meja ini ada anak baru itu?"
Semua mata kawan-kawannya Bitha tertuju ke arah Bitha. Memberi tatapan tidak mengerti.
"saya bang, tapi siapa yang ngasih ini?"
"wah, sebelumnya maaf nih neng, katanya gak boleh di kasih tau namanya siapa. Oh iya neng ini ada surat buat eneng" abang siomay itu memberikan surat kepada Bitha.
Bitha menerima surat itu dengan kening yang berkerut. Pertanda bingung.
"dari siapa bang?"
Abang tukang siomay itu hanya diam dan tersenyum. Lalu ia berlalu begitu saja meninggalkan Bitha dan kawan-kawannya yang tengah kebingungan. Di amatinya amplop warna merah polos itu. Bitha baru menyadari, bahwa amplop yang di terimanya sama persis seperti yang di berikan oleh sang penjaga koperasi.
"wahh tha, lo ternyata di taksir sama abang tukang siomay"
"lumayan tuh bisa dapet siomay gratis tiap hari" Vava cekikian
"cieee dapet surat dari abang kang simomay" Qila tertawa meledek
"eh tapi, kok kayaknya gue pernah liat tu amlop ya?"
"eh iya, itu kaya amplop yang di terima sama Bitha waktu habis pingsan itu, yang kata nurul dari ibu-ibu penjaga kantin"
"buka aja tha,"
Bitha membuka amplop itu, dan yang ia temukan adalah lipatan kertas. Dia membuka lipatan kertas itu. Di kertas itu tertulis berbaris baris puisi dengan judul pula. Bitha membacanya.
Namamu
Setiap orang punya nama
Kucing peliharaan di rumah saya saja punya nama
Tanaman bunda saya juga punya nama
Mobil kesayangan papa saya juga punya nama
Bahkan mobil saya juga punya nama
Apakah saya boleh memanggilmu cantik?
Apakah boleh saya memanggilmu "my mine"?
Apakah boleh saya memanggimu "sayang"?
Apakah boleh saya memanggilmu manis?
Apakah boleh saya memanggilmu imut?
Apakah saya boleh memanggilmu lucu?
Kalau tidak boleh tak apa
Tapi satu hal, tolong katakan namamu kepada saya.-hamba allah
Bitha mengerutkan keningnya lagi. Bahkan kali ini alisnya ikut menyatu. Surat yang ia terima hari ini sama seperti yang ia terima dua hari yang lalu dari ibu ibu penjaga koperasi.
"isinya apa tha?"
"baca sendiri aja"
Bitha menyerahkan surat itu kepada teman-temannya. Teman-temannya membaca surat yang di berikan Bitha dengan seksama. Seperti sedang membaca soal ujian nasional.
"dari hamba allah? Kok kaya pernah denger ya?"
"kok nama pengirimnya hamba allah, sama kayak surat yang lo terima dari ibu penjaga kopsis"
"tapi ni pengirim puitis ya? Ah beruntung banget sih lo tha dapet surat kaleng kayak gini?"
"iya sih, tapi sebenernya siapa sih yang ngirimin ini? Masak iya abang-abang kang siomay tadi? Kalo dia kenapa surat yang di kasiin sama ibu penjaga kopsis itu juga sama nama pengirimnya. Mengatas namakan hamba allah?"
"ah iya juga ya, jadi bingung gue"
"misterius banget deh"
"Bitha punys secret admirer"
Bitha terdiam. Ia masih mempermasalahkan tentang si pengirim surat kaleng yang ada di tangannya.
"lo bawa surat yang kemaren gak tha?"
"enggak, ada di rumah, kenapa emangnya?"
"cuma mau mastiin aja, siapa tau tulisannya sama kayak surat yang lo terima tempo hari"
"gimana kalo kita nanti ke rumah Bitha?"
"ho'oh, setuju banget gue" vava tampak bersemangat
"elah, bilang aja lo pada mau ketemu sama abang gue, iya kan? Dasar modusan!"
Teman-teman Bitha nyengir.
"eh, Ara di ajak noh, kasian gue, di rumah pasti gabut,"
"gampang nanti gue hubungin dia"
🍭🍭🍭
Jangan lupa vote and comment ya? 😘 salam jomblo!
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN
Teen Fiction(ON GOING) Awalnya hidup Bitha baik-baik saja. Mulus seperti jalan tol.Tak pernah ada sesuatu yang mengusik hidupnya selama ini. Dia di besarkan di keluarga yang berkecukupan. Mempunyai orang tua yang senantiasa mendukungnya dan kakak laki-laki yan...