14 - B'cause I ❤ U

2.3K 204 93
                                    

***

Menatap John dari atas hingga bawah seiring dua bola mata Jihane basah lagi menitikan airmata menerima kenyataan itu. "Kenapa kamu tipu aku?" lirihnya pelan.

John tak menjawab, tatapan sayunya hanya melihat kepiluan sang kekasih disebrangnya berdiri.

"John, mengapa kamu bohongin akuu??" tanya Jihane lagi yang meninggi disuaranya bersama sikap yang terlihat membingung disana.

Masih diam belum mau menjawab, pandangan John semakin berkaca menatapi Jihane.

"Jawab!!! Atau aku tembak kamu John!!" Jihane merekat gigi seperti kesal tapi kemudian menangis lagi, Jihane terlihat putus asa sekali.

"Jihane Sayang..." John mulai berucap dalam serak begitu merasa iba pada kekasih tersayangnya.

"Jangan panggil aku Sayang lagi!! Jawab pertanyaanku, kenapa kamu bohongin aku???" semakin terisak lagi, John pun ikut menangis.

"Please Jihane maafin aku. Aku gak bermaksud bohongin kamu Sayang..." roman John memelas mohonkan maaf.

"Sudah kubilang jangan panggil aku Sayang!!! Tolong jawab tanya aku!! Punyamu itu laki-laki atau perempuan John??!!" semakin gema berteriak dan menodongkan tembakannya, Jihane menangis kencang sungguh tak ingin berdamai.

John mengepit dan mendengus. "Aku tak bermaksud menipu kamu Jihane!! Dari awal kita bertemu kau yang lebih dulu tarik aku kedalam hidup kamu Jihane ingatt?? Kau mau tau punyaku apa namanya kan?? Ya!! Punyaku perempuan Jihane puass??? Mau bunuh aku?? silahkan Jihane, bunuh aku, tembak aku Jihane, sekarang!!" John pun meledak marah. "Aku udah gak punya siapapun lagi dimuka bumi ini! Ibuku, kakakku, ayahku semuanya sudah pergi ninggalin aku! Tak ada artinya lagi aku hidup di dunia ini, tak ada artinya lagi Jihane..." wajah John menunduk lagi semakin terisak dan tersedu mengingat keluarganya. "Ayo Jihane bunuh aku, bunuh aku Jihane!!!" hentak John kembali bersama pandangan yang memejam kencang tak lain menunggu letusan dari tembakan Jihane.

Jihane semakin merekat digiginya juga semakin kencang disuara tangisnya namun lempar, senjatanya itu dibuang bersama gegas langkahnya menuju John yang terpejam kencang, Jihane langsung memeluk tubuh John. "Aku benci kamu John..." rangkul payahnya dengan rasa yang campur aduk dalam hati, bagaimanapun dia mencintai John.

Roman yang terpejam pasrah itu kembali terbuka dan heran mengapa Jihane malah memeluknya bukannya menembaknya. "Jihane..." ucap pelan di bibirnya.

Jihane tersedu-sedu seiring rangkulan lengannya semakin erat ditubuh John.

"Kamu tak jadi bunuh aku??" tanya serak John, Jihane bergeleng cepat diatas dadanya yang malah rangkulannya semakin kencang saja.

"Jihane, jangan kenceng-kenceng, disini ada lukanya..." meraba dadanya sendiri dan kemudian John menyilang tangan ditubuh Jihane menahan rasa sakitnya.

Lepas merangkul terlalu erat satu tangan Jihane meraba pelan dada yang John raba tadi diluar kemejanya nan berlumuran darah itu. Wajah Jihane mendongak menatap John yang juga berwajah penuh luka dan darah, Jihane meringis lagi sambil meraba wajah John yang terlihat pucat.

"Jihane kamu gak jadi tembak aku?" lontar parau John lagi.

"Diam bodoh!!" ketus Jihane. "Panggil aku Sayang lagi!" merangkul kembali pada John, Jihane yang tak henti tersedu-sedu dirongga lehernya.

John tersenyum lirih dan mengecup kening Jihane disana. "Sayang..." belai lembut John.

Mereka saling mencintai, sehebat apapun prahara diantara mereka, dua manusia ini takan sanggup saling terpisah dan saling terlepas selama mereka masih hidup di alam fana yang kejam ini.

Mine's Just Yours |EnD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang