29 - Can't Move On

1.1K 189 23
                                    

***

John dan Jasmine, dua pasang mata itu saling menatap lekat yang bahkan bola mata John mengercap nan menggisik tak percaya dengan apa yang tengah di lihatnya, dan itu adalah nyata.

"John Haque?" tanya gugup wanita itu lagi dan John menggangguk tapi kemudian menggeleng.

"Aku Jenny." jawab tak ragu John seiring kelopak mata wanita cantik itu menyipit terheran-heran penuh tanya bersama bibir kelunya yang ingin bertanya kembali seraya mendekat namun dicegah sipir.

"Today's visit is over. come again tomorrow." lontar tegas dari mulut sipir.

"It's okay Sir." ucap mengangguk wanita itu berhenti dalam langkahnya namun masih menatap kepada John.

Pandangan John menunduk dan kembali berjalan masuk menuju ruang selnya.

***

Pesawat canggih itu melesat sudah dalam ketinggian puluhan ribu kaki diatas langit sana bersama keberadaan Jihane di dalamnya juga para timnya menuju pulang ke Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesawat canggih itu melesat sudah dalam ketinggian puluhan ribu kaki diatas langit sana bersama keberadaan Jihane di dalamnya juga para timnya menuju pulang ke Indonesia.

Dan bak seperti patung hidup memang, kondisi Jihane yang duduk dikursinya hanya diam bersama pandangan bola mata yang kosong. Kedip demi kedip di parasnya terlihat hampa nan terlalu lelah. Ia tak bisa diajak bicara, ia tak bisa ditanya, ia tidak mau makan apapun hingga kini walau berusaha disuapi oleh Jia... Jihane selalu mengatup dan hanya sedikit sedotan air minum saja yang bisa diterima bibirnya dan itupun atas sodoran demi sodoran terus dari sang asisten.

Atas permintaan John, hewan kecil itupun dapat mereka bawa pula kedalam pesawat meski itu dengan biaya tambahan yang tak sedikit tentunya.

Jihane, upuk mata itu terlihat berair lagi seraya menatap jauh nan kosong ke jendela pesawat disampingnya, entah apa yang tengah dipikirkan namun terlihat jemari tangannya meraba pelan diatas perut yang bahkan menjadi diremasnya. Jihane sudah kehilangan bayi yang begitu diharapkan olenya juga oleh suaminya.

"Aku gagal..." bibirnya berucap pelan yang amat menyesali.

***

Asupan makanan di dalam sel tak bergairah untuk John ambil dan memakannya. Isi pikiran dan hati sangat tidak bisa menjadi tenang memikirkan Jihane yang kata Jay kemarin kondisi Jihane sangat terpuruk bahkan tidak mau makan sedikitpun. Seandainya sekedar dapat berbicara di telpon saja sungguh ia ingin mendengar suara istrinya walau cuma beberapa detik saja itupun sudah bersyukur untuknya.

"Jihane... kamu harus makan sayang... Apalagi perut kamu itu mudah sekali merasa lapar." isaknya lagi sungguh terlihat begitu malang dan putus asa dibaringan dinginnya yang tanpa berselimut di dalam selnya sendirian.

Kata hati John untuk Jihane dimalam ini 😥

Mine's Just Yours |EnD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang