38 - Cravings Extra

1.4K 152 61
                                    

***

"Mama tak hentinya bersyukur sekali, masalah berat yang menimpa anak dan mantu kita kemarin bisa cepat selesai akhirnya ya Pah." gumam tenang Ibu Juliana tengah mengobrol santai bersama sang suami yakni Jenderal Chedid di taman belakang mereka, sambil mereguk teh hangat di sore hari petang.

"Iya Mah. Udara nafas Papa udah terasa lega lagi sekarang. Dan Papa tak hentinya juga berharap, semoga Jihane dan John benar-benar akan mulai bisa besikap dewasa mulai saat ini... dalam menghadapi segala permasalahan apapun.

"Mama juga berharap begitu. Kandungan Jiji makin lama akan makin membesar, dan itu moga aja akan jadi kunci rambu pengerem dari sifat kekanak-kanakan mereka Pah."

Sang jenderal manggut-manggut setuju di kursinya seraya menyeruput air hangat dari cangkir di tangan. "Tapi John kemaren cuman diam aja ya Mah, masih gak sudi maafin Mr.Jorden Roland ketika keluarga dari Jerman itu datang ke sini meminta maaf."

"Biarin aja Pah. Kita pahami dulu mental sakit hatinya John ketika difitnah dan disalahkan dari segala arah di waktu itu. Wajar bila John masih bersikap angkuh pada keluarganya Jasmine." seraya menghembuskan nafas lega sang ibu. "Syukurlah... mereka sudah bertolak kembali ke negara mereka. John dan Jihane tak boleh lagi ada yang ganggu dan mereka harus selalu bahagia mulai sekarang." lajut tegasnya.

Sunggingan ada pada Jenderal Chedid sambil bergeleng di wajah. "Iya, saking gak boleh diganggunya telpon Papa gak diangkat-angkat dari kemarin Mah! Padahal Papa cuma mau nanyain kabar aja ke mereka." agak gondok deh sang jenderal sudah dicuekin anak dan mantunya.

"Hehehe mungkin mereka gak punya waktu buat liat handphone kali Pah..." ngekeh sang ibu mengerling mata sambil mengusap lengan suaminya. "Mereka sibuk bulan madu terus kayaknya Pah..." lanjut tawanya, bergeleng-geleng lagi, Jenderal Chedid ikut pula mengekeh kembali.

"Hampir tiga hari loh Mah mereka sembunyi dari kita semua hahaha. Mudah-mudahan aja kerja keras mereka ini akan membuahkan hasil yang memuaskan ya Mah. Jihane kelak melahirkan cucu kita yang lucu juga sehat. Papa udah gak sabar Mah pengen liat anak mereka lahir ke dunia ini! Pasti deh anak mereka bakal mirip sama Papa." menepuk-nepuk ujung dadanya bangga.

"Lho kok mirip Papa? Ya mirip Jihane sama John lah ayah ibunya Pah..." Ibu Juliana pun makin renyah menertawai candaan suaminya itu.

"Ya bisa jadi dong Mah... Jihane kan mirip sama Papa. Boleh dong berharap sedikit kalo anaknya bakal mirip juga sama Papa heheh..."

"Iya boleh lah... Tapi Mama boleh juga dong ikut berharap kalau gitu, moga cucu kita bisa mirip juga sama Mama, secara Jihane kan matanya sama kayak Mama." rebutan deh kedua orang tua ini dan mereka terus bercengkrama santai hingga langit petang itu terlihat berangsur menggelap.

***

Larut malam menjelang. Tergulir arah menuju apartemen nomer 206 tak lain kediaman duo bucin yang masih mengisi lembur saja di dalam kamar tidur mereka.

Kelelahan ada pada Jihane Amelia Chedid, sementara kewalahan ada pada paras si ganteng John Haque... atas kondisi dara istrinya dari hari ke hari terasa seakan membesar saja. Gerayang penjamahannya tak bisa terhenti padahal lelah tak ia pungkiri sudah pula terasa di sekujur tubuhnya, namun hasrat cinta belum mau ia sudahi demi keseksian tubuh istrinya yang selalu menggodai mata dan hati.

"Mmmmuah..." ciuman bersuara sering keluar dari bibir John menyesapi tiap lekuk tubuh sang istri.

"Udah donk Yaaank... Aku udah capek banget pen tiduuur. Besok kan kita harus udah siap pagi-pagi banget!" suara Jihane merengek di dalam dekapan.

"Ya udah Ayank bobo aja sokk... biar aja aku yang lembur sendirian. Aku belum bosen juga nih cumbuin kamunya." seraya terus saja menggerayangi di arah payudara sang istri.

Mine's Just Yours |EnD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang