43 - Heart Crisis

1K 161 62
                                    

Selamat kalian menang, cerita ini aku lanjutkan. 😃

Melihat notice di IG dari coment lope-lope itu, walau cuma sekedar itu yang mereka perlihatkan, cukup buatku yakin bahwa ikatan chemistry diantara mereka masih ada. 😌 Jadi ya... Masih bisa juga lah aku ikut tarik lagi energinya kesini.

---Selamat Membaca---

***


"Setelah kami tiba di bandara, aku dan Jodi langsung mencari penginapan ditempat ini. Tempat yang jauh dari keramaian lalu lalang manusia. Karena perasaanku merasa yakin bahwa orang-orang yang memegang saham ayah adalah orang-orang yang licik." curah John atau Jenny mengawali ceritanya.

Jihane membisu mendengarkan, posisinya perlahan duduk di satu kursi disana, sedangkan John tetap dalam posisinya berdiri.

"Setelah itu, dimalam harinya aku di undang mereka untuk bertemu secara pribadi di suatu tempat, sebuah alamat tempat tinggal salah satu dari mereka. Aku menerima undangan itu, dan aku juga Jodi pergi kesana. Namun... dijalan... ada segerombolan berandal menyerang kami tiba-tiba. Mereka mengeroyok. Mereka mendorong dan melempari aku dengan besi yang aku ingat... mereka memukuli aku, mereka memukuli Jodi, mereka merebut berkas itu dariku, mereka memaksaku untuk meminum alkohol sebanyak mungkin dan mereka menyemburku. Mereka memecahkan botol dari alkohol itu dan menodongkan pecahannya ke wajahku sayang..." John meradang. "Mereka menggoreskan potongan beling itu ke muka aku beberapa kali." parau suaranya seraya mengingat-ngingat ditiap detail peristiwa itu diantara ingat dan lupa.

Airmata melintas kembali dari wajah Jihane, ia ikut merasakan sakit untuk suaminya, Jihane menunduk pekat dan ia masih belum mau untuk angkat suara disana.

"Ada beberapa orang datang untuk membantu kami dan ikut menyerang gerombolan itu. Jodi dan orang-orang baik itu mengejar mereka. Dan aku, yang aku ingat aku terkapar dijalanan, badanku sakit sekali, wajahku berdarah, kepalaku pusing, dan setelah itu tak ada yang aku ingat lagi..." John menunduk, bibirnya menjadi kelu seakan tak ingin melanjutkannya lagi.

"Lalu?" tanya pelan Jihane yang bersuara kini, karena yang dia juga ingin tahu adalah sebuah alasan perubahan dari wujud suaminya tersebut.

Jenny terdiam, wajahnya semakin menunduk.

"Lalu...?" lontar Jihane yang terdengar meninggi.

"Baiklah..." jawab John mengangguk pasrah. "Malam itu aku ditolong oleh seorang perempuan, dan dipapah kesuatu tempat. Dia mengobati luka-luka diwajahku ini. Kepalaku begitu pening saat itu dan yang aku ingat jika wanita yang tengah mengobati aku itu adalah kamu Amelia..." tatapan ke khawatiran ada pada Jenny untuk Jihane.

"Apa yang terjadi?" isi kepala Jihane mulai kacau disana. "Lanjutkan!!" Bentak Jihane.

Jenny memelas duduk sambil meraih jemari istrinya namun Jihane menggeser tangannya tak mau untuk disentuh, ia kaku bersama paras yang juga hanya ingin angkuh menahan kekecewaan dari ungkapan yang akan terdengar buruk dari suaminya nanti.

"Perempuan itu, perempuan itu menyentuhku Jihane..." Jenny merunduk lagi. "Dia menyentuhku, dan aku, aku juga menyentuhnya... Maafkan aku!" Jenny menangis disana. "Aku kira itu kamu Sayang... Aku melakukannya! "Aku disentuh wanita lain... Maafkan aku sayangku." jawab pelan John Haque seiring menoleh dan menatap amat resah kepada duduk istrinya.

Jihane mematung, wujudnya sungguh terdiam mendengar kalimat buruk tersebut seakan disengat aliran listrik yang bertegangan tinggi.

Jenny berlutut dihadapannya, kepalanya menunduk kembali meminta ampunan.

Mine's Just Yours |EnD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang