"Eh ngelamun bae lu bocah. Masih pagi, kalo mau ngelamun ntar malem noh." Ujar Haikal saat melihat Rey berjalan ke arahnya. "Diem lu. Banyak cincong ye. Dah buruan berangkat." Jawab Rey sambil membenarkan helm yang dipakainya. "Tuh prajurit ngikut lagi? Nggak bisa apa kehidupan lu seharian tenang-tenang aja? Perang mulu tiap hari. Nggak bosen bawa prajurit?" "Kal gue udah emosi ini. Ayo berangkat, lama-lama gue mutilasi juga lo." Ujar Reyhan yang jengah dengan Haikal. "Astaga dedek sabar kalo kayak gini. Iya ini berangkat kanjeng ratu." Jawab Haikal sambil menyalakan mesin motornya.
Tak lama setelahnya, dua remaja itu berangkat menuju sekolah. "Rey, nanti lo bisa mampir dulu ke rumah gue nggak? Butuh temen curhat nih." Ujar Haikal di tengah-tengah perjalanan. "Kagak bisa, udah kenal gimana bokap gue kan? Bisa sih gue kabur, tapi ntar lo ngikut dihukum bisa berabe. Kapan-kapan aja gimana? Atau nggak ntar deh lo bisa telpon gue sepulang sekolah." Jawab Reyhan tak enak hati pada Haikal. Jujur bukan karena dirinya tidak mau menjadi teman curhat sahabatnya hanya saja jika Haikal ikut terseret dalam masalahnya, akan lebih berbahaya. "Nggak bisa izin dulu Rey?" Tanya Haikal. "Nggak bisa, habis perang dingin ma bokap." Jawab Reyhan dengan santai.
Di sekolah
"Bolos yuk Kal. Males banget nih gue. Pengen jajan di kantin." Ujar Reyhan pada sahabatnya. "Rey, nampak kagak CCTV atas papan tulis? Jangan aneh-aneh. Keluarga lo ngawasin kita sekarang. Dah diem." Bisik Haikal.
"Tapi gue laper Kal. Tadi pagi gue belum sarapan. Jajan yuk. Gue traktir dah." Ujar Rey. "Bodo Rey. Gue capek dibentak mulu sama abang-abang lo." Jawab Haikal. "Dih nggak seru lo. Mending gue jajan ndiri aja kalo gitu." Ujar Reyhan sambil berjalan pelan keluar kelas. "Berani lo mbolos?" "Orang jamkos mending jajan. Anak-anak gue udah laper. Bye." Ujar Rey sambil mengusap perut bayinya.
Di kantin sekolah
"Eh btw tuh orang masih nongkrong di rumah lu?" Tanya Haikal saat menemukan Reyhan sedang menyantap makanannya di kantin. "Lo kira rumah gue warung apa?! Dia masih tinggal dan lo tahu parahnya apa? Bokap nyuruh gue pindah ke kamar tamu." Jawab Reyhan sambil terkekeh kecil. "Lha kok bisa? Bukannya itu kamar udah lo tempatin dari orok ya?"
Flashback
"Rey, kenalkan dia akan menjadi kakakmu. Namanya Sagara Adhitama. Papa dan mama harap kalian bisa menjadi saudara yang akur satu sama lain." Ujar Jay tiba-tiba pada putra bungsunya. Sedangkan anaknya yang lain sudah mengetahui tentang hal ini. Rey begitu terkejut ketika mendengar ucapan ayahnya.
Uhuk....uhukk....
"Maksud papa?" Tanya Rey sambil sekilas melirik remaja yang disebutkan oleh papanya, Sagara. "Papa mau cerita sedikit ya nak. Kamu tahu kan kalo mama sebelum menikah dengan papa berstatus sebagai janda?" Rey menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan ucapan sang ayah. "Dan saat itu kami bilang bahwa mama belum mempunyai anak. Sebenarnya mama kalian sudah memiliki anak nak. Kami terpaksa berbohong pada kalian karena saat itu anak dari mama dibawa paksa oleh mantan suami mama."
"Dan setelah sepuluh tahun berlalu, Sagara berhasil kabur dari penjara yang dibuat ayahnya. Dia menghubungi mama untuk meminta tolong. Papa dan mama sepakat mulai sekarang Sagara akan tinggal disini. Sebagai anak dari papa dan mama, sebagai adik dari abang Dion, abang Vino dan sebagai kakak dari kamu. Dia adalah bagian anggota keluarga kita." Jelas Jay pada Reyhan. Sedangkan remaja yang diajak bicara menatap tak suka pada Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...