"Papa, lihat.....Rey punya mainan baru....."
"Ya ampun nak, buang ulatnya. Darimana kamu mendapatkan ulat itu?"
"Lucu pa...."
"Iya lucu, tapi buang dulu ya...."
"Rey, ulatnya kamu taruh mana?"
"Kak No, ulatnya di buang sama papa hiks....."
"Jadi kamu yang kasih ulat ke adek?"
"Kata Rey lucu pa, ya udah Vino kasih deh...."
"Tapi itu bahaya nak....."
"Bukan ulat bulu pa...."
"Bahaya buat ulatnya kak. Adikmu itu suka banget geprek ulatnya pakai sandal dia."
"REY, LEPASIN ULATNYA DEK!!!"
"Astaga...."
"Rey....ngelamun malem-malem. Awas kalo kesambet paman nggak tanggungjawab." Ujar David sambil terkekeh pelan. "Rey nggak ngelamun kok. Orang cuman lihat pemandangan dari atas sini aja." Jawab Rey bohong.
"Paman tahu kamu bohong Rey. Kamu masih keinget kejadian tadi?" Tanya David pelan. Ia menanyakan ini pada Reyhan. Pasalnya, ia sebagai orang asing pun bisa merasakan sakit yang mungkin dirasakan Reyhan. Salah satu orang yang ia sayang tega membohongi dirinya.
"Kalo butuh teman cerita, paman ada disini. Kamu bisa keluarin segala keluh kesah kamu ke paman." Ujar David sambil mengusap pelan pucuk kepala Reyhan.
"Hiks.....hiks......"
Reyhan terisak pelan. Kepalanya menunduk ke bawah. Ia malu jika sampai David melihatnya dalam keadaan menangis. David sedikit terkejut ketika mendengar isak tangis Reyhan. Ia dengan cepat membawa tubuh Reyhan ke dalam pelukan hangatnya.
Setelah kurang lebih satu jam menangis, Reyhan kini terlelap dalam pelukan David. Dengan hati-hati, David membawa Reyhan masuk ke dalam kamar. Dan menidurkannya di atas ranjang yang cukup luas di kamar tamu.
"Paman akan selalu ada untukmu nak....."
__________________________________________
"Dia terlihat sangat tampan Tania. Sayang sekali kemarin aku tidak bisa menemui kalian ketika berkunjung kemari. Aku bangga padanya. Banyak prestasi yang diraihnya bukan? Aku sempat mencari tahu tentang masa lalu Saga." Ujar Demian pada menantunya. Matanya tak berhenti kagum ketika melihat Saga berada tepat di samping dirinya.
"Saga, panggil aku opa seperti yang lainnya. Kau cucuku mulai sekarang. Dan Jay, ingat jangan sampai kau menyakiti cucuku ini. Jika tidak, akan ku cabut saham ku di perusahaanmu." "Aku anak papa, kenapa lebih membela Saga pa?" Jay mengucapkannya dengan nada yang dibuat imut."Papa itu terdengar menjijikkan." Keluh Vino saat mendengar suara ayahnya yang berubah 180 derajat. "Kau ini, bisa-bisanya meledek papamu seperti itu....." Balas Jay sambil menatap sinis ke arah Vino.
"Oh ya Dion, bagaimana perkembangan perusahaan yang baru saja kau dirikan nak?" Tanya Demian pada putra sulung Jay. "Cukup baik opa." Jawab Dion singkat. "Aku senang mendengarnya. Oh ya Jay memberitahuku bahwa kalian akan berlibur bersama ke luar negeri. Apa opa bisa ikut?" "Tentu saja, bintang utama kita kan opa Demian Adhitama." Ujar Vino dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...