Angin malam berhembus cukup kencang, membuat tubuh Reyhan sedikit menggigil karena kedinginan. Matanya kini menelisik ke arah jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. Pukul 21.00 malam. Ia menghela nafas pelan. Sungguh hari yang melelahkan.
'Bibi.....bisakah kita bertemu malam ini? Reyhan rindu bibi.....' Pintanya dalam hati.
Langkah Reyhan begitu pelan menyusuri jalan. Menikmati indahnya kota di malam hari meskipun harus merasakan kedinginan.
"Jagung bakar.....Jagung bakar....."
Reyhan melihat penjual jagung bakar yang tak jauh darinya. Ingin sekali ia membeli salah satu jagung bakar penjual itu, namun uang saku miliknya habis tak tersisa hari ini.
Lagi-lagi Reyhan harus menghela nafas pelan. Jarak rumahnya masih cukup jauh. Mungkin setengah jam lagi ia baru bisa sampai di rumah.
"Mau jagung bakar nggak?"
Reyhan sedikit terkejut ketika ada yang menepuk pelan bahu kanannya dari arah belakang.
"K-kak Dion?"
"Kenapa kaget kayak gitu? Sama kakak sendiri aja kaget. Mau nggak jagung bakar? Daritadi ngelihatin penjualnya mulu. Kamu naksir penjualnya apa jagungnya???" Dion memeluk dengan santai bahu sang adik dan menggiring anak itu mendekat ke arah penjual jagung bakar.
"Pak, jagung bakarnya dua ya." Ujar Dion pada si penjual.
Setelah itu, ia mengajak Reyhan untuk duduk di salah satu kursi taman yang kosong.
"Gimana kabarnya dek?" Tanya Dion sambil tersenyum ramah ke arah adiknya.
"K-kabar adek baik-baik aja kok kak. Kalo kabar kak Dion gimana?" Kini giliran Reyhan yang bertanya.
"Kabar kakak baik juga. Sekolah kamu gimana dek? Ada yang bikin nggak nyaman nggak?" Tanya Dion.
"Sekolah Reyhan baik-baik aja kak. Semuanya juga nyaman. Teman-temannya baik, ramah, suka bantu Reyhan kalo Reyhan ada yang susah." Jawab Reyhan pelan.
Dion tersenyum mendengar jawaban adiknya. Ia bersyukur jika sekarang keadaan sang adik lebih baik dengan orang asing daripada bersama keluarganya.
Dion menatap jalanan yang sepi dengan perasaan tenang. Sedangkan Reyhan memilih untuk memainkan jari tangannya dengan pelan.
Entah seberapa banyak kejadian yang telah berlalu hingga membuat Reyhan merasa canggung dengan kakaknya sendiri.
"Ini jagung bakarnya mas...." Ujar penjual jagung memecah keheningan antara Reyhan dan kakaknya.
"Terima kasih pak....." Dion mengambil dua jagung bakar yang diberikan oleh penjual. Reyhan ikut tersenyum ke arah penjual jagung bakar tersebut. Mereka menikmati jagung bakar yang sejak tadi terlihat sangat menggoda lidah mereka untuk merasakan kelezatannya.
Waktu berlalu dengan cepat. Reyhan izin pulang pada Dion. Ia khawatir jika Eunwoo sudah sampai di rumah. Ingatan dimana Jay marah saat ia pulang terlambat, membuat dirinya enggan mengulangi kesalahan yang sama meski bukan Jay lagi yang berhadapan dengannya.
"Kak, terima kasih jagung bakarnya. Lain kali kalo ketemu lagi, gantian Reyhan yang traktir ya. Ehmm.....Rey izin pulang dulu kak." Pamit Reyhan sambil tersenyum ramah ke arah Dion. Sedangkan pria di hadapannya terdiam sejenak. Menatapnya dengan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...