9

1.1K 114 5
                                    

     


     Sesampainya di rumah sakit, Saga disuguhkan dengan pemandangan sepasang laki-laki dan perempuan yang saling menguatkan satu sama lain. Langkahnya ia percepat hingga sampai tepat di depan ruangan yang kabarnya tempat dimana Reyhan ditangani oleh dokter.

      Sejak tadi ia tidak berhenti merapalkan doa untuk kesembuhan adiknya. Ia berharap Tuhan tidak akan membawa adiknya itu pergi jauh darinya.



Tak lama setelah Saga sampai, dokter keluar dari ruangan.




"Dengan keluarga pasien?"



     "Ehm s-saya dok. Saya kakaknya. B-bagaimana kondisi adik saya dok?" Tanya Saga gugup saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan di mana Reyhan dirawat.

     Dokter menatap ke arah Saga, Kinan dan David secara bergantian. David merangkul pelan bahu Kinan guna membantu wanita itu berdiri. Mereka siap mendengarkan pernyataan yang akan diberikan dokter tentang kondisi Reyhan.

      "Alhamdulillah pasien sudah sadar. Keadaannya juga tidak separah saat ia dibawa ke rumah sakit. Tapi untuk kedepannya, kami masih harus memeriksa perkembangan kesehatan dari pasien. Jika kalian ingin menjenguk, kami persilahkan." Dokter menjelaskan bagaimana keadaan Reyhan saat ini. Namun pandangannya terus saja tertuju ke arah Saga.

     "Terima kasih dokter Eunwoo." Ujar David pada dokter di depannya. "Sama-sama. Jika ada sesuatu yang terjadi, langsung panggil aku Kinan." Ujar dokter Eunwoo pada Kinan yang berdiri tepat di sebelah David. "Terima kasih sekali lagi." "Tidak perlu berterima kasih pada sahabat sendiri. Kalau begitu aku pamit terlebih dahulu." Pamit dokter Eunwoo.










_________________________________________



     

      "Rey....."  Saga tertegun ketika melihat kondisi adik tirinya. Wajah yang penuh dengan lebam dan jangan lupakan infus yang menempel pada tangan mungil milik adiknya.



      "L-lo kok bisa tahu gue di sini?" Reyhan terkejut ketika sosok Saga lah yang ia lihat pertama kali saat pintu ruangannya dibuka.


       "Gue berhak tahu. Dan lo, kenapa bisa sampai kayak gini???" Aura dingin tiba-tiba menyelimuti antara Saga dan Reyhan. David dan Kinan yang melihatnya berusaha mencari cara agar kedua kakak adik itu bisa akur kembali. Kedua insan itu tidak tahu bahwa sepasang kakak adik di hadapan mereka tidak pernah akur selama ini.



      "Ehm Rey, gimana kondisi kamu? Ada yang sakit nggak?" David berusaha untuk mengisi keheningan di ruangan tersebut.
Sedangkan Saga hanya menatap dingin ke arah Reyhan. Kinan mendekat ke arah Reyhan. Wanita itu menyibak rambut Reyhan yang menutupi penglihatan remaja itu.


       "A-aku baik-baik saja paman. Nggak ada yang sakit kok. Besok juga pasti udah sembuh." Rey mencoba tersenyum ke arah semua orang. Walaupun senyumnya terkesan kikuk terutama bagi Saga.


       "Nama kamu siapa nak?" Kinan kini menatap Saga yang berada lumayan jauh dari mereka bertiga. "Nama saya Saga. Kakak Reyhan." Remaja itu memberi penekan pada kalimat terakhir. Sedangkan Reyhan hanya menatap kesal ke arah Saga. Sejak kapan Reyhan menganggap Saga sebagai kakaknya? Itu tidak akan pernah terjadi. Pikir Reyhan.


      "Ah kamu kakaknya Rey. Perkenalkan, nama saya David dan ini teman saya Kinan. Kami yang membawa Reyhan ke rumah sakit. Maaf tidak sempat mengabari keluarga kalian terlebih dahulu. Saya terlalu khawatir saat melihat kondisi Reyhan beberapa saat yang lalu." David meminta maaf karena telah lancang membawa Reyhan tanpa mengabari keluarga dari remaja itu.









PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang