1 Bulan kemudian
"Saga ayo sarapan bersama....." Panggil Vino saat melihat Sagara berjalan menuruni tangga. "Maaf bang, Saga ada rapat pagi. Ma, pa semuanya Saga pamit dulu ke sekolah." Pamit Saga yang sedang terburu-buru untuk segera berangkat ke sekolah.
"Saga tunggu....."
"Kenapa ma?" Tanya Saga pada Tania. "Kebetulan Reyhan juga harus berangkat pagi sekali. Kamu bisakan berangkat bareng Reyhan?" Tanya Tania. "Itu benar. Maaf ya nak. Bukannya papa nggak mau anter kamu, tapi lebih baik kamu berangkat bareng Saga, kalian juga satu sekolahan...." Ujar Jay pada Reyhan. Sedangkan yang diajak bicara melirik sekilas pada Saga. "Tap-" "Iya bisa ma." Sela Saga saat Reyhan ingin menolak.
"Ya udah, Rey berangkat sama kak Saga ya. Bekal kalian udah mama masukin ke dalam tas. Dan Rey, ingat jangan lupa minum vitaminnya. Kalo badannya ngerasa nggak enak, langsung ke UKS. Bilang ke Haikal, atau kak Saga, mama, papa dan yang lain ya." Pesan Tania sebelum Saga dan Reyhan berangkat menuju sekolah. "Iya ma. Terima kasih. Rey ber-" "Sama kak Saga berangkat dulu." Sela Sagara saat Rey belum sempat menyelesaikan ucapannya. "Hati-hati di jalan ya nak." "Iya ma...."
__________________________________________
"Turun...." "Belum sampai." Rey menggeram kesal pada sosok remaja yang saat ini sedang berada tepat di depannya. "Pegangan yang bener. Gue mau ngebut. Jatuh bukan tanggungjawab gue." Ujar Sagara tiba-tiba. Saat Rey hendak protes, tiba-tiba Saga menarik gas motornya dengan kecepatan sangat tinggi sehingga menyebabkan Rey hampir saja terjatuh jika tidak langsung memeluk pinggang ramping Sagara.
Plak.....
"Kalo nyetir tuh mbok ya dipikir to mas Saga anaknya mama Tania. Lo bawa dua nyawa di satu motor. Untung aja gue langsung pegangan kalo kagak udah see you dada ma dunia." Ujar Reyhan saat Saga menurunkan kecepatan laju motornya.
"Diem bisa?" Tanya Saga dingin. "Kagak!!! Orang nyawa gue aja hampir melayang gara-gara lo, enak aja nyuruh diem. Turun gih, ogah gue naik motor bareng lo lagi. Berasa kayak uji nyali bareng malaikat maut." Jawab Rey sambil menepuk pelan bahu Saga. Ia bermaksud meminta Saga untuk memberhentikan motornya di pinggir jalan. Namun hasil yang Rey dapat malah sebaliknya. Saga kembali menaikkan kecepatan laju motornya. Dan hal yang baru saja terjadi, kini terulang kembali pada Rey. Remaja itu sudah berkali-kali menyumpah serapahi Saga. Sedangkan pelaku yang menyebabkan Rey emosi di pagi hari hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
__________________________________________
"Gila lo berangkat ma tuh orang? Tanya Haikal saat mendengar cerita sahabatnya. " Terpaksa. Kagak ada kendaraan di rumah. Papa juga nyuruh gue berangkat ma dia. Tapi kalo lain kali di paksa berangkat ma dia lagi, ogah gue. Dah kapok." Ujar Reyhan. "Lha emangnya kenapa?" Tanya Haikal. "Asal lo tahu aja. Dia kalo udah naik motor, cosplaynya jadi malaikat maut. Gue masih pengen hidup. Masih mau nyari pesangon buat di akhirat nanti." Jawab Reyhan sambil mencomot salah satu gorengan di hadapan Haikal.
Namun saat akan memasukkan gorengan tersebut ke dalam mulutnya, tiba-tiba ada tangan yang menghentikannya. Saga. Pemuda itu entah sejak kapan berada di sana, yang jelas dengan secepat kilat ia merebut gorengan yang ada di tangan adik tirinya itu.
"Astaga lo lagi. Btw lo kalo mau makan gorengan beli dong. Anaknya holkay kok makan gorengan gratisan. Itu gorengan gue hadiah dari Haikal. Cepet kembaliin. Perut gue udah laper." Ujar Reyhan yang kesal dengan tingkah anak dari Tania. "Makan bekal dari mama." Ujar Saga singkat. "Nanti!" Balas Reyhan sambil berusaha mengambil alih gorengan di tangan Saga. Namun apa daya tingginya yang hanya sebahu Saga. Ia gagal, selalu gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...