"Apa yang telah kau lakukan pada cucu kita mas?! Kau melukai cucuku.....k-kau membuat cucuku menderita......." Ujar Clathria di tengah isakannya sembari menatap nanar sang suami yang kini sedang berlutut tepat di hadapannya.
"M-maaf....." Lirih Andrian pelan. Sejak tadi ia hanya menundukkan kepala tanpa berani mengangkatnya.
Semua sedang menunggu seorang berjas putih keluar dari ruangan dengan membawa kabar baik.
"JANGAN PERNAH MENYENTUHKU!!!" Tegas Ratna ketika Demian mencoba untuk menggenggam tangannya. Matanya menatap tajam pada suaminya. Seolah memancarkan permusuhan.
Ratna, wanita itu telah menyaksikan bagaimana suaminya selalu menghukum Reyhan ketika ada permasalahan yang pria itu hadapi. Selalu dan selalu menyalahkan Reyhan. Anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Bahkan tangisan Reyhan masih teringat jelas dalam ingatan Ratna. Disaat ia hanya bisa memandang dari jauh Reyhan ketika disiksa oleh Demian.
"Aku tidak akan lagi membiarkanmu menyakiti cucuku. Dan jangan harap kau bisa menemuinya lagi. Kau! Pergi dari sini." Tegas Ratna sembari mendorong tubuh Demian agar menjauh.
"T-tidak......tolong jangan lakukan ini padaku Ratna.....R-Reyhan juga cucuku....Izinkan aku bertemu dengannya. Meskipun hanya sekali....aku mohon....." Pinta Demian sembari bersujud tepat di kaki sang istri. Ratna hanya terdiam melihat apa yang di lakukan Demian. Ia masih sadar bahwa laki-laki itu adalah suaminya dan dirinya juga memiliki status sebagai istri laki-laki itu. Melihat yang kini dilakukan oleh Demian, membuat Ratna menjadi merasa bersalah. Bagaimanapun tidak seharusnya laki-laki yang berstatus sebagai suaminya bersujud di kakinya.
Belum sempat Ratna mengatakan sesuatu, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok yang sejak tadi mereka tunggu. Pria dengan jas putih yang melekat di tubuhnya.
"Pasien atas nama Reyhan Gionino Adhitama membutuhkan darah untuk cuci darah secepatnya." Ujar pria berjas putih itu dengan nametag "Wira".
"Cuci darah dok? A-apa maksudnya???" Eunwoo segera mendekat ke arah dokter Wira. Menanyakan apa yang barusan pria itu katakan.
"Pasien tidak bisa bertahan dengan satu ginjal yang sudah rusak." Jawab dokter Wira sembari menghela nafas pelan.
Semua terhenyak ketika mendengar jawaban dokter Wira. Satu ginjal? Bukankah ini seperti lelucon yang tidak menyenangkan. Sungguh Jay tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Wira. Ini hanya lelucon. Tapi jika dipikirkan lagi, tidak mungkin juga pria itu akan bercanda di situasi yang sangat genting. Nyawa seseorang menjadi taruhannya.
"Aku mohon jangan bercanda Wir, katakan yang sejujurnya tentang kondisi anakku!!!" Jay menatap tajam teman sekolahnya dulu. Sedangkan Wira menatap Jay dengan tatapan lemah.
"Aku tidak bercanda Jay. Kondisi anakmu sudah parah. Kita membutuhkan darah secepatnya agar kesempatan yang kita punya tidak akan hilang." Jawab Wira pelan.
"Kesempatan???" Beo Kinan yang sedari tadi mengamati percakapan antara dokter Wira dan Jay.
"Nyawa Reyhan menjadi taruhan. Jika kita terlambat, maka bukan kesembuhan yang Reyhan bisa dapatkan, melainkan kemat-"
BUGH!!!
BUGH!!!
BUGH!!!
"Hentikan Jay!!!" Tegas Jeffrey pada adiknya yang kini tengah menghajar salah satu dokter rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...