3

1.6K 133 2
                                    

        "Buset brey muka lo kenapa tuh pada lebam-lebam?" Tanya Haikal saat melihat Rey masuk ke dalam kelas. "Lo percaya kalo gue bilang semalem tawuran?" Tanya Reyhan pada sahabatnya. "Ya nggak dong. Lo kan besprend gue. Kalo mau tawuran juga pasti kabar-kabar. Ya nggak? Oh lho pasti habis dirampok? Lo lawan nih pasti? Mereka bonyok nggak?" Tanya Haikal sambil menatap setiap inci wajah Reyhan. "I miss you so much....." Ujar Reyhan tiba-tiba sambil memeluk tubuh Haikal. "Eh buset, lo kesambet apaan nyet? Jadi ngeri sendiri gue lihat lu." Ujar Haikal saat tubuh Reyhan memeluknya dari samping.

        "Sorry, gue udah lama nggak dapet pelukan hangat dari keluarga. Jadi gue asal meluk lo. Gue kira lo bakal nerima, ternyata lo risih ya Kal? Sorry ya...." "Eh anak bujang astaga. Kagak, gue kagak risih kok. Lo boleh peluk gue kapanpun lo mau. Lo bisa anggap gue sebagai abang sekalian temen lo Rey." Jawab Haikal yang gelagapan karena tingkah aneh Reyhan secara tiba-tiba.









Flashback

       "Berhenti lo!!!" Teriak seseorang yang jaraknya tak terlalu jauh dari posisi Reyhan berdiri. Orang itu berjalan mendekat ke arah Rey, sedangkan remaja itu masih terpaku diam di tempat. "Lo adeknya Vino kan?" Tanya orang itu tiba-tiba. "Lo siapa?" Tanya Reyhan. Tanpa aba-aba, tiba-tiba orang itu memukul Rey tepat di bagian perut.

"Akh....."

       "Bangun lo!!! Dasar lemah....hajar dia" Ujar orang itu pada anak buahnya. Tanpa menunggu lebih lama, Reyhan berdiri dengan tegap. Pertarungan tidak dapat dihindarkan. Ia melawan sekitar lima belas orang yang hendak ingin menghajarnya dengan membabi buta. Sebisa mungkin ia menghindar. Ia bersyukur setidaknya kemampuan bela diri yang pernah dipelajarinya semasa kecil tidak hilang begitu saja.











BUGH!!!

"Akh......"









BUGH!!!

"Akh....."








BUGH!!!

"Akh....."





        "Hey siapa di sana?" Perkelahian terhenti ketika seorang laki-laki paruh baya menghampiri mereka. "Kita pergi.....urusan gue belum selesai sama Vino termasuk lo!!!"








        "Nak kamu baik-baik saja?" Tanya laki-laki paruh baya yang ketampanannya tidak termakan oleh usia. "S-saya baik-baik saja paman. Terima kasih....." Jawab Reyhan dengan suara yang sangat lirih. "Keadaanmu sepertinya parah nak. Ikutlah denganku. Aku akan mengobatimu...." Ujar orang itu. "Tidak usah paman, a-aku akan pulang saja ke rumah." Jawab Reyhan sambil memasukkan peralatan sekolahnya yang berserakan.


       "Lihatlah tubuhmu nak. Kita harus segera mengobatinya. Aku janji, jika setelah selesai, aku akan mengantarmu pulang. Kenalkan namaku David. Ini kartu identitasku. Apa sekarang kau bisa mempercayaiku?" Tanya David. "Baiklah. Maaf telah merepotkan paman." Ujar Reyhan sambil membungkukkan tubuhnya. "Tidak perlu berterima kasih, ini sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang dokter. Mari....." Ajak David pada Reyhan untuk singgah di rumahnya terlebih dahulu guna mengobati luka remaja itu.

Flashback end


        "Btw Kal. Lo kok bisa satu tahun lebih tua dari gue tapi kita sekelas? Pasti lo nggak-" "Gue nggak pernah nggak naik kelas nyet. Dikira gue beg* banget apa. Jangan asal ngomong tuh mulut." Sela Haikal sambil memasukkan roti kedalam mulutnya. "Kok bisa?" Tanya Reyhan yang penasaran. "Gue telat masuk Sekolah Dasar." Jawab Haikal. "Telat?" "Dulu bokap sama nyokap gue cerai waktu gue mau masuk Sekolah Dasar. Mereka sibuk sama urusan perceraian sampai ngabain keberadaan gue di sisi mereka. Sampai satu tahun berlalu, gue cuma main di rumah mulu. Belajarpun dulu sendiri. Untung anak bibi gue udah kelas tiga Sekolah Dasar waktu itu. Jadi buku kelas satu sama dua dia, bibi kasih ke gue." Jawab Haikal sambil menerawang ke masa lalunya.

PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang