"Rey pulang....." Ujar Rey saat memasuki rumah. Namun tak ada yang menanggapi ucapan tersebut. "Ma, pa, abang?" Panggil Rey saat kakinya sampai di ruang keluarga.
"Nak Rey sudah pulang?" Tanya salah satu pembantu di rumah Jay. "Eh iya bi. Tumben sepi bi, orang-orang pada kemana ya?" Tanya Reyhan pada bibi pembantu tadi. "Oh tuan besar dan nyonya tadi pergi keluar bersama tuan muda Dion, tuan muda Vino dan tuan muda Saga." Jawab bibi tersebut. "Pergi? Kemana bi?" Tanya Reyhan lagi. "Setahu saya mereka pergi ke rumah tuan Jeffrey." Jawab bi Minah. "Oh gitu ya bi. Makasih ya bi. Rey mau ke atas dulu." Pamit Rey sebelum berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya.
Papa sumber cuan💵
Pa, Rey udah pulang di rumah. Kalian lagi di rumah papi Jeff ya?
Iya
Oh ya udah kalo gitu. Rey istirahat dulu ya pa. Bye pa🥰
👍
"Enaknya ngapain ya? Sepi banget kagak ada temen. Haikal pasti lagi family time. Gue? Sendirian di rumah." Lirih Reyhan sambil menatap sekilas foto bahagia sebuah keluarga. Foto ketika ia masih sangat kecil berada di pelukan sang ayah. Sedangkan kedua kakaknya berdiri tak jauh darinya. Memegang pipi chubbynya yang kini telah hilang.
"Rey kangen kaya dulu lagi......" Lirih Reyhan. Tanpa ia sadari sebulir air mata jatuh membasahi pipinya. Tangannya menggenggam erat sebuah boneka kecil hadiah ulang tahunnya saat menginjak usia lima tahun. Ia teringat akan kenangan di mana Jay mempertahankan dirinya dan memilih untuk melawan keputusan kakeknya.
Ia bisa melihat betapa Jay menyayanginya. Namun kakeknya tidak pernah membiarkan dirinya hidup tenang dengan ayahnya. Selalu ada saatnya pria paruh baya itu memfitnah cucunya sendiri. Tujuannya hanya satu. Ia ingin menjauhkan Reyhan dari keluarganya terutama dari Jay, putranya. Dan Rey sadar akan itu. Ia hanya diam. Bagaimanapun juga pria itu adalah kakeknya. Jikalaupun ia ingin mengungkapkan kebenarannya, itu akan percuma saja. Tidak ada yang berpihak padanya disaat kakeknya menyalahkan dirinya.
Rey sedikit terkejut ketika ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Ia melihat dengan perlahan. Ternyata Tania yang mengirimnya.
Mama Tania❤
Rey, kamu udah di rumah nak?
Sudah ma.
Kamu udah makan malam?
Sudah ma, Rey tadi makan malam di rumah Haikal.
Kamu ingin titip apa sayang? Sebentar lagi kami pulang. Maaf ya meninggalkanmu sendirian di rumah. Opamu menyuruh kami untuk segera datang ke rumah papi Jeff.
Nggak papa ma. Lagian Rey juga berani kok di rumah sendiri. Ini juga ada bi Minah yang nemenin Rey di rumah.
Rey nggak nitip apa-apa ma. Udah kenyang 😁
Beneran? Biasanya kamu suka ngemil Kentang goreng malem-malem.
Mama tahu aja kebiasaan Rey😅
Tahu dong. Kamu kan anak mama. Ya udah nanti mama beliin kamu kentang goreng sama martabak. Kamu makan di kamar atau di meja makan?
Rey makan di kamar aja boleh ma? Takut ganggu papa sama yang lain.
Iya udah nanti mama anterin ke kamar kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...