"Rey sayang.....bangun yuk. Udah siang lho." "Masih ngantuk ma....." Jawab remaja bernama Reyhan yang masih setia menutup matanya. "Kamu kan katanya mau ikut abang Dion ke tempat papi Jeff." Ujar Tania, wanita yang biasa dipanggil mama oleh Reyhan. "Abang udah bangun ma?" Tanya Reyhan sambil mengusap kedua matanya. "Udah daritadi sayang. Ya udah gih kamu buruan mandi habis itu sarapan. Kami tunggu di bawah ya." Ujar Tania sambil menutup kembali pintu kamar anaknya.
"Pagi....." Sapa Rey pada semua orang. "Pagi anaknya papa......" Jawab Jay yang semangat ketika melihat Rey berjalan mendekat ke meja makan. "Mau makan apa nak?" Tanya Tania. "Mau ayam goreng aja ma." Jawab Reyhan pelan.
"Lo beneran mau ikut ke rumah papi Jeff?" Tanya Vino, abang kedua pada adiknya. "Kenapa emangnya?" Tanya Reyhan. "Masih inget kalo opa sama oma di sana?" Tanya Vino. Reyhan hanya terdiam ketika mendengar pertanyaan kakaknya.
"Sadar kalo opa sama oma cuman anggap lo itu sebagai sampah?"
"VINO!!!"
"KENAPA PA? YANG AKU BILANG BENERKAN? DIA ITU CUMA SAMPAH PEMBAWA SIAL BAGI KELUARGA KITA!!!"
Plak......
Tamparan begitu keras Vino dapatkan dari Jay, ayahnya."Pa ma bang Dion, Rey berangkat sekolah dulu ya. Terima kasih sarapannya." Pamit Rey yang memilih untuk pergi dari hadapan keluarganya. "Rey tunggu....." Cegah Jay pada putranya, namun Rey berlalu begitu saja.
__________________________________________
"Eh Rey, hari ini mau main ke rumah gue nggak? Bunda kangen banget sama lo." Tanya Haikal pada sahabatnya yang sedang menyantap gorengan. "Mau aja sih, tapi bayarin nih gorengan...." Jawab Reyhan yang masih setia menikmati gorengan di tangannya. "Ye malah malak nih anak. Lu kan anak orang kaya, masa iya malah malak anak missqueen kayak gue sih." Ujar Haikal sambil merebut gorengan yang ada di tangan Reyhan.
"Btw itu bekas gue Kal. Ambil yang lain gih. Jangan kayak orang susah." Ujar Reyhan saat gorengan kesukaannya di ambil alih oleh Haikal. "Bodo amat. Kita dari orok juga kayak gini. Tukeran apapun itu. Lo ambil lagi sana. Gue yang bayarin." Balas Haikal pada Reyhan. "Beneran nih?" Tanya Reyha yang tidak percaya. Jarang sekali bahkan hampir tidak pernah sahabatnya Haikal ini mentraktir teman-temannya. "Iye sekali-kali gue traktir anak Sultan, biar Sultannya nular ke gue." Jawab Haikal dengan santainya. "Serah lo dah. Bye gue ambil lagi." Balas Reyhan sambil berlari kecil menuju warung kantin milik bu Ayu, penjual langganan siswa di sekolah Reyhan.
"Rey, lo tahu nggak?" Tanya Haikal saat melihat Reyhan kembali duduk di sebelahnya dengan tangan yang penuh macam-macam gorengan milik bu Ayu. "Kagak." "Dengerin gue dulu dong. Jadi gini. Katanya di sekolah ini ada murid baru. Tapi dia di atas kita. Yah jadinya kakak kelas gitu." Ujar Haikal menatap Reyhan dengan serius. "Terus lu mau gue ngapain? Reaksi apa yang lu arepin? Teriak? Gelesotan? Atau lo mau gue buat-" "Diem deh Rey. Lo tuh serius dikit napa." Kesal Haikal dengan sikap Reyhan. "Oh salah ya?" Tanya Reyhan polos. "Dahlah capek gue sama lo." Balas Haikal meninggalkan Reyhan di kantin sendirian.
"Ye ngambek anaknya. Turunannya pak Martin sih. Kalo turunannya pak Sabirun pasti dadanya lebar."
__________________________________________
Reyhan POV
Hal yang paling gue benci adalah ketika keluarga ngebahas tentang kehadiran gue di tengah-tengah mereka. Abang Vino benar. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa opa sama oma benci sama gue. Begitupun gue. Dari kecil gue nggak pernah tahu penyebab opa sama oma benci ke gue. Bahkan di saat semua cucu bisa memeluk kakek dan neneknya, gue cuma bisa mandang mereka dari kejauhan. Papa selalu melarang gue buat ketemu orang tuanya. Gue tahu tujuan papa itu baik, dia nggak mau gue denger kalimat menyakitkan yang bisa aja keluar dari opa sama oma. Tapi entah kenapa belakangan ini papa nggak pernah larang gue lagi buat ketemu orang tuanya. Mungkin karena gue selalu maksa papa buat izinin gue ketemu opa sama oma.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [END]
Teen FictionDunia terasa berhenti ketika aku menyadari bahwa kehadiraku hanyalah menjadi luka bagi kedua orang yang paling aku sayangi di muka bumi ini. Maaf jika semua tak berjalan sesuai yang kalian inginkan. Maaf telah datang sebagai luka dalam hidup kalian...