01 - Retour

393 61 124
                                    

01 - Retour

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01 - Retour

Sembilan motor besar dengan gagah memijaki jalanan. Menyusuri jalanan kota Bandung yang begitu ramai untuk menuju ke puncak. Siapa lagi jika bukan sekumpulan lelaki berjaket kulit hitam itu? Panthera.

Mereka sampai di puncak dengan motor yang sudah terparkir rapih. Tour Camp. Itulah agenda yang akan mereka laksanakan. Seorang lelaki dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celana melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah motor besar berwarna merah.

"To," panggilnya.

Arlando, dan seorang yang di panggil olehnya adalah Dito.

"Gimana?" Arlando bertanya. Kedua tangannya ia tautkan di dadanya seraya menunggu jawaban dari Dito.

"Gimana apanya?" Dito justru kembali bertanya dengan kebingungan di wajah bego-nya yang khas seraya menggaruk tengkuk kepala.

Kesal karena pertanyaannya di lontarkan kembali, Arlando pun menoyor kepala Dito pelan. "Kayu. Udah lo cari belum?"

"O–ohhhh! Ya bilang dong!" Dito membulatkan bibirnya bersamaan dengan seruan itu terlontar dari mulutnya. "Udah mau gelap gila! Kalau gue diikutin sama tante Kun gimana?"

Arlando menyipitkan matanya dengan alis yang terkerut. "Jadi belum lo cari?"

"He'eh."

"Ya udah ayo bareng gue aja."

"Serius lo? Kalau kita diikutin sama Tante Kun gimana? Kalau si tante Kun bawa anak-anak buahnya–"

"Ssst! Gandeng! Udah ayo!"

Akhirnya Arlando menarik lengan Dito untuk ia bawa ke dalam hutan dengan tujuan mencari kayu. Hari memang sudah mulai gelap. Tapi, tidak mungkin mereka bermalam tanpa api unggun. Apa lagi cuaca di puncak juga pasti dingin nanti malam.

Dito menenggelamkan wajahnya pada punggung Arlando secara tiba-tiba. Sang embu tentu kebingungan. Kenapa lagi, ya, si tengil satu ini? Apa jangan-jangan kerasukan setan penghuni hutan? Tapi Arlando tetap melanjutkan langkahnya bersamaan dengan tujuan untuk mencari dan mengambil kayu.

Ada dua kayu yang tergeletak di tanah, tepat sekali di bawah pohon besar. Timbul senyuman tipis di wajah Arlando.

"Land jangan Land!" Dito menahan lengan Arlando yang hendak melangkahkan kaki menuju pohon besar itu.

Arlando terpaku tatkala Dito menahan lengannya. Ada kebingungan yang kemudian pancar di kepalanya. Apa ... Dito sekarang indigo–blok?

EROTAS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang