Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vote dan komen untuk membayar Author. 💀🏴☠️
08 - Arzan?
"Buahahaha!!! HAHAHAHA!!!" Dito dan Mondra kompak tertawa mendengar bahwa Arlando mendapatkan hukuman dari Jessica untuk tidur di ruang tengah selama tiga hari.
Kesalahan yang Arlando lakukan kemarin, memang membuat Jessica sedikit jengkel. Arlando diberi keringanan, ia diperbolehkan keluar rumah dan pergi ke basecamp dengan istrinya itu. Jelas karena rasa kesal Jessica sudah mengurang. Meski begitu, hukuman Arlando masih tetap berjalan.
Rasanya Arlando ingin sekali menampar Dito dan Mondra secara bersamaan. Mereka terus saja meledeknya tanpa jeda. Tapi jika diposisikan sebagai mereka berdua, ya pasti bakal ketawa juga sih. Anggapan mereka ini adalah hal yang cukup lucu. Tak apa, hitung-hitung menghibur.
"Ketawa banget gue bangsat! Hahahahaha!" pekik Mondra.
Dito mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian menepuk-nepuk pundak Arlando seolah merasa kasihan padanya. "Sabar ya Land, kudu amanah jadi laki, nurut apa kata bini."
Arlando berdecak dan menepis tangan Dito yang menepuk pundaknya. Untung saja Arlando masih bisa sabar menghadapi sahabat-sahabatnya yang cukup unik itu.
"Santai dong men! Kayak yang lagi PMS baek lo!" seru Dito.
"Land," panggil Eren yang datang dari arah meja bar. Eren tampak mengais jaket Pantheranya dipundak. "Ayo anter gue ke tempat servis jam. Jam tangan gue rusak."
"Harus banget Arlando apa? Sesekali gue kek!" sambar Mondra.
"Siapa lo?"
"JAHAT!"
***
Motor besar milik Arlando dan Eren dikendarai dengan seksama untuk menuju ke tempat servis jam yang diandalkan. Mereka bersampingan dengan kecepatan yang cukup imbang. Ditengah perjalanan, kedua bola mata mereka menyorot sefigur lelaki yang sedang berkelahi dengan empat figur lelaki lainnya.
Mendapati adegan itu, segera Arlando memekik seraya menunjuk. "Ren! Ayo tolongin! Nggak beres itu!" pekiknya.
"Ayo, gece!" sahut Eren.
Keduanya berhenti dan turun dari motor setelah melepas helm full face. Tanpa basa-basi, Arlando dan Eren ikut berkelahi dengan tujuan menolong laki-laki itu. Manusia, makhluk bersosialisasi yang saling membutuhkan.
Arlando menghindar dari serangan seseorang, ia menarik lengan seseorang itu dengan kuat. Vlonter? Arlando membaca nama sekelompok geng motor yang tertulis di dada kanan lawannya tersebut.
Miss! Arlando terkena pukulan di sudut bibirnya. Seraya meringis, Arlando menendang dada laki-laki yang diduga adalah anggota dari geng motor Vlonter, kemudian memukul kepalanya menggunakan helm full face yang ia genggam sedari tadi.
Eren menangkis pukulan dari seseorang, kemudian memukul perut dan dada seseorang itu sebelum menjatuhkannya ke aspal dengan cara menendang wajahnya hingga tersungkur.
Mendapat serangan dari belakang, akhirnya Arlando menghindar, kemudian memelintir tangan lelaki itu dan menghempaskannya ke tanah setelah melukis pukulan di wajahnya.
Arlando? Eren?
Laki-laki berjaket kulit hitam itu tampak meringis kesakitan seraya memegangi perutnya dan terduduk di dekat motor. Ia kalah karena jumlah anggota Vlonter yang cukup banyak itu. Empat orang.
"Cabut lo semua! Cabut!" pekik Arlando.
"Balik ke basecamp kalian! Nggak usah keroyokan kayak gini lagi!" timbrung Eren ikut memekik.
Tatapan Arlando melembut tatkala melihat figur laki-laki yang baru saja dikeroyok oleh anggota Vlonter itu. Segera ia hampiri, dan menyodorkan telapak tangannya. "Ayo berdiri."
Setelah terdiam sejenak, akhirnya laki-laki itu menerima uluran dari Arlando, ia berdiri dengan napas yang terengah. Kemudian beralih untuk membuka helm full face-nya.
"Arzan?" Arlando menyebut nama lelaki itu.
Arzanio Nathaniel. Kalian tidak lupa, kan, dia siapa?
Arzan menghela napas, menyentuh dadanya yang terasa sakit. Ia tak menyangka akan ditolong oleh Arlando dan Eren, mantan ketua dan wakil ketuanya dulu.
"Makasih, Land, Ren. Gue nggak tahu bakal kayak apa jadinya kalau kalian nggak nolongin gue," ucap Arzan berterimakasih.
"Lo ... Lo kenapa bisa sampe dikeroyok sama mereka?" tanya Eren.
Arlando juga ingin mempertanyakan hal yang sama tadinya, tapi sudah terwakilkan. Arlando mengerutkan wajahnya saat membaca tulisan di dada kanan Arzan.
"Clovis?" Arlando memperhatikan lebih dalam lagi. "Sekarang, lo anggota dari geng Clovis?"
Arzan mengangguk tanpa ragu. "Iya. Gue pengatur strategi di sana."
"Kenapa lo bisa sampe dikeroyok sama empat anggota Vlonter tadi?" tanya Arlando.
"Panjang ceritanya. Intinya, Vlonter itu rival kita, Clovis."
Arzan menghela napasnya dengan susah. Ada kalimat yang ingin sekali ia lontarkan dari mulutnya. "Gue kangen Panthera."