Begitu sampai di kediaman Arlando dan Jessica, Sania langsung menceritakan semuanya yang terjadi. Perihal Greysa yang mengajaknya bertemu disebuah tempat yang entah untuk apa dan akan seperti apa jika Sania sungguh datang menemuinya. Hal itu tentu membuat Arlando dan Jessica merasa sedikit khawatir apa lagi Sania akan datang sendirian nanti. Greysa masih berbahaya.
"Jadi, Greysa udah balik lagi ke permukaan?" tanya Arlando setelah menyimak.
Sania mengangguk. "Iya."
Jessica bersuara, "Oh ya gue masih hutang penjelasan sama lo. Tadi tuh gue mau berangkat ke basecamp. Terus gue denger suara bapak-bapal teriak minta tolong. Pas gue datengin ternyata ada lo yang lagi pingsan."
"Bapak-bapak itu kelihatan panik banget. Akhirnya gue suruh beliau buat panggil beberapa warga buat gotong badan lo ke rumah sakit terdekat. Perihal motor lo, gue telepon Arlando buat dateng pake taksi online dan bawa motor lo ke sini."
Arlando hanya mendengarkan Jessica yang memberi penjelasan.
Entah dendam apa yang telah Greysa pendam dan Greysa miliki untuk Sania. Padahal, Sania merasa bahwa ia tak memiliki salah apapun. Mungkin ada kesalahan yang tak disadari, tapi, apakah kesalahannya begitu fatal hingga menimbulkan rasa dendam untuk Greysa? Rasanya sangat membingungkan.
"San, lo harus dateng temuin dia." Arlando tiba-tiba bersuara. Arlando sudah memikirkannya dengan matang, dan Arlando memilih Sania untuk datang menemui Greysa. Harus.
"What?" Jessica mengerutkan keningnya. "But it's dangerous, Arlando. Gimana kalau Sania makin diapa-apain di sana sama dia?"
Tampak Arlando menghela napasnya. "Percaya sama Sania."
Sania hanya memijat pelipisnya. Sejujurnya Sania pun merasa yakin tak yakin. Lagi pula untuk apa? Akan diketahui saat sudah bertemu dengan Greysa.
"San, lo tenang aja. Gue sama Jessica bakal atur."
"Atur?" ulang Jessica.
Arlando mengangguk. "Nanti bakal ada Alea yang standby buat lo."
"Jadi, gue harus temuin Greysa?"
"Temuin. Jangan takut."
***
Hari sabtu, sesuai yang sudah ditentukan, Sania benar-benar dipenuhi tekad untuk datang menemui Greysa. Sania sudah mendapatkan sebuah alamat di emailnya. Sudah pasti Greysa yang telah mengirimkan alamat itu. Sebuah gudang kosong di tengah-tengah kota Bandung. Sania sudah memikirkan dengan amat matang, sudah siap akan apa yang terjadi nanti.
