Vote dan komen untuk membayar Author.
💀🏴☠️09 - Ganged
Sesampainya di tempat servis jam tangan, Arlando duduk di kursi dan mengeluarkan ponselnya guna untuk mengusir kebosanan. Sedang Eren berbincang dengan tukang servis jam tangan tersebut mengenai kerusakannya. Beralih lagi pada Arlando, laki-laki itu tidak berhenti memikirkan Arzan. Tak menyangka bahwa Arzan akan menjadi bagian dari Clovis. Karena identiknya Arzan itu adalah Panthera.
Gue kangen Panthera. Kalimat yang Arzan lontarkan itu terus memutar dibenak Arlando. Pasalnya Arlando tidak terlalu menyalahkan Arzan perihal pengkhianatan yang ia lakukan. Karena Arlando tahu Arzan itu seperti apa. Arlando tahu, ada keterpaksaan dan desakan di dalam dirinya.
Arlando membuka halaman artikel yang muncul setelah mencari 'Clovis Bandung.' disebuah aplikasi andalannya. Netranya membaca lekat tiap-tiap kata yang tertulis di sana.
Clovis didirikan oleh Dirga Henama sejak tahun 2023 di kota Bandung dengan jumlah 125 anggota (terbagi menjadi beberapa batch, 2023.) namun, Dirga mengundurkan diri untuk menjadi ketua dan singkatnya digantikan oleh Jorgan Evandro. Tapi Dirga masih kerap dihormati karena ia adalah pendiri dari Clovis.
2027, kabarnya geng motor Bandung underrated ini sudah memiliki anggota yang berjumlah 165 orang dan diketuai oleh Vito Gantara setelah ketua sebelumnya yakni Jorgan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua/pemimpin dari Clovis pada tahun 2024 silam.
Arlando keluar dari artikel yang ia baca. Mencoba untuk menerima kenyataannya bahwa Arzan memang sudah bukan bagian dari Panthera lagi dari semenjak tiga tahun yang lalu. Entah kenapa rasanya Arlando ingin sekali membawa Arzan kembali ke Panthera, tapi sangat mustahil. Tidak semudah itu. Belum lagi perihal konsukuensi.
"Hey, what's wrong?" Eren menarik kursi dan duduk disebelah Arlando. Disela perbincangannya dengan sang ahli servis jam, Eren sesekali memperhatikan Arlando yang menatap layar ponsel dengan lekat kemudian melamun begitu saja. "Lagi kepikiran sesuatu?"
Arlando menggelengkan kepalanya. "Enggak."
"Lo selalu mendem pikiran lo sendiri dari dulu. Jujur, lo lagi mikirin apa?"
"Him."
"Who's him? You mean–"
"Arzan," potong Arlando. "I just uh ... Feel like ... dejavu."
"But, he is betrayed us. Dia tetep salah."
"Gue tahu. Gimanapun juga dia tetep salah, Ren. Dia udah pantes buat dikeluarin dari Panthera. Tapi, dia juga temen kita dulu."
"Ya," sahut Eren. "Dari SMA kita bareng Arzan. Udah lama banget ternyata."
***
"Dia tetep pengkhianat. Dia udah sekongkol sama bokapnya Alga!" Azka menunjuk-nunjuk lantai bersamaan dengan kalimat tersebut dilontarkan dari mulutnya. "He's betrayer!"
"Nggak usah diungkit lagi." Suara dingin Arlando berhasil membuat Azka membisu seketika.
Arlando beranjak dari sofa yang didudukinya. Menatap tajam Azka dengan sorot matanya. "Kita semua tahu Arzan pengkhianat. Dia sekongkol sama om Albar. Kita semua tahu itu. Tapi, kita semua juga nggak lupa dia siapa, kan?"
"Cih!" Azka berdecih. Ia menyeringai remeh pada Arlando yang kini berdiri di hadapannya. "Lo luluh sama dia cuma karena dia bilang kalau dia kangen sama kita? Kangen sama Panthera? Kalimat itu klasik, Land!"
"Gue nggak ada bilang gitu."
Arlando semakin mendekat pada Azka, mencengkram kedua pundak laki-laki itu dengan kuat. "Ini bukan soal pengkhianatan, Ka. Ini soal temen."
Helaan napas kasar terdengar dari arah belakang. Eren. "Kenapa sih Ka? Kenapa lo nggak terima banget gue sama Arlando nolongin Arzan?"
"Masih ditanya?! Ya karena dia udah bukan bagian dari Panthera lagi!"
Suara pukulan keras terdengar bersamaan dengan kepalan tangan Arlando mendarat disudut bibir Azka. "Walaupun dia bukan bagian dari Panthera lagi, dia tetep temen kita!"
"Iya, dia sekongkol sama bokapnya Alga!" Arlando menoleh pada Alga yang berdiri dengan bisu disamping Kalvin. "Tapi gue yakin dia cuma terpaksa!"
"Lo ngebela banget ya?! Lo ngebela banget si pengkhianat itu?!"
"Lo nggak akan pernah lupa siapa yang udah nolongin lo waktu lo dikeroyok sama preman jalanan kan?!"
Azka terdiam. Arzan yang menolongnya. Entah harus bagaimana lagi Azka berkalimat.
"Dia tetep temen kita, Ka." Arlando menunduk. Ia menghela napasnya dalam-dalam.
"Kita semua harus tetep hati-hati," ucap Eren.
Arlando mengangguk setuju, disusul dengan yang lainnya. Kemudian, kedua bola mata Arlando beralih menatap kedua bola mata Azka dengan lekat. Turun untuk menatap sudut bibir laki-laki itu yang terluka karenanya. "Biar gue bantu obatin. Sorry."
***
"Maaf ya, Land. Gue cuma masih ngerasa nggak terima aja sama ... A-Arzan," ucap Azka merasa bersalah karena telah meninggikan suaranya pada Arlando.
Anggukan dari Arlando menjelaskan bahwa ia sudah mengerti. "Gue tahu kok. Maafin gue juga karena udah mukul lo."
"Gitu kek! Akur!" sambar Dito yang duduk di sofa seberang bersama Alga.
Alga terkekeh. Namun sedetik kemudian, ia menatap sedih. Kejadian di tiga tahun yang lalu itu memang sangat berat. Banyak sekali yang harus dikorbankan. Banyak yang harus terluka, dan banyak yang harus menguras tenaga.
Alga sangat membenci Albar. Apa lagi ketika tahu bahwa Albar lah dalang dari terror-terror yang terjadi di tiga tahun lalu. Ia tak menyangka papanya sendiri yang akan menjadi dalangnya. Benar-benar tak menyangka.
Rasa bersalah itu sangat besar. Alga yang selama ini merasa bersalah. Walaupun para anggota Panthera mengerti bahwa Alga tidak salah dan tidak ada sangkut pautnya, tapi tetap saja kenyataannya Albar, papanya yang merencanakan dan menjadi dalangnya. Bahkan sampai melibatkan beberapa geng motor.
—TO BE CONTINUED—
KAMU SEDANG MEMBACA
EROTAS 2
AzionePerihal yang terulang di tiga tahun kemudian. ⚠ 15+ - 17+! ⚠ [ MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN YANG TAK PATUT DITIRU! ]