EMPAT

9.2K 1.1K 1K
                                    

Hai, siapa yang nungguin cerita ini update?😍

Jangan lupa vote terlebih dahulu sebelum baca ya, wajib!

Kalian baca part ini jam berapa?

•••

Kafi menerima sejumlah uang yang dikirimkan oleh paman dan bibinya sebagai bekal untuknya. Kafi pun menggunakan uang tersebut dengan sebaik - baiknya. Kafi harus tidur di pinggir jalan dan mandi di toilet umum untuk mengirit uang pemberian mereka untuk membayar uang kuliahnya mengingat beasiswanya telah dicabut.

Kafi menjalani hari - harinya sebagai mahasiswa jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Hari ini terdapat kelas pagi. Baru saja memasuki kelas dan hendak duduk, seorang kakak tingkat semester tujuh menghampirinya bersama tiga temannya. Mereka memasuki kelas begitu saja tanpa permisi.

"Lo Kafi Sangkala Millano 'kan?" tanya lelaki dengan rambut yang sengaja dipanjangkan itu dengan setengah berbisik.

"Iya saya, kak," jawab Kafi sopan karena lelaki itu merupakan kakak tingkatnya.

"Gue denger info ketika lo mengikuti kegiatan PPKMB polisi nemuin narkoba jenis insulin di lo 'kan? Sekarang dimana barang itu? Gue udah bayar barang itu dari pengedarnya yang saat itu hampir tertangkap polisi, jadi serahin barang itu ke gue sekarang," pinta lelaki itu dengan mendesak.

"Barang itu sudah diamankan polisi," jawab Kafi jujur yang lantas membuat lelaki itu menatapnya tidak percaya kemudian dengan tidak sopan menggeledah isi tas milik Kafi di hadapan teman - teman sekelasnya.

"Gue bayar puluhan juta untuk itu. Lo sembunyiin dimana, bangsat?!" sentak lelaki itu, sementara Kafi berusaha tetap sabar. Salah satu teman satu kelasnya bernama William itu berusaha untuk menghentikan.

"Kak tolong berhenti, nggak enak dilihat sama banyak orang," ucap William membuat lelaki yang merupakan kakak tingkat itu menoleh keselilingnya. Kini sudah banyak pasang mata yang menyaksikan aksinya, namun ia berakhir tidak peduli.

"Lo nggak usah ikut campur, ini urusan gue sama nih anak," kelakar lelaki itu dengan nada memperingati kemudian melanjutkan kegiatannya untuk menggeledah isi tas Kafi hingga semua isi tasnya berserakan dilantai termasuk amplop berisikan uang dari pemberian paman dan bibinya.

Kafi segera memungut puluhan lembar uang yang kini juga berserakan dilantai. Kafi yang sudah kehabisan akal itu lantas bangkit dan menendang kaki meja dengan kasar hingga membuat seisi ruangan terkejut. Dengan ekspresi wajahnya yang datar dan tatapannya yang menyorot tajam, Kafi mencengkram kerah kemeja lelaki itu, tidak peduli bahwa lelaki itu adalah kakak tingkatnya sekalipun. Marahnya orang sabar ternyata sangatlah menyeramkan.

"Lo pikir gue candaan? Sengaja lo mempermalukan gue di depan orang - orang?" ujar Kafi dengan nada mencekam yang mampu membuat beberapa orang disekitarnya diselimuti ketakutan.

"Asal lo tau, gue nggak bisa ikut ospek tahun ini dan juga beasiswa gue dicabut karena dituduh sebagai pengedar narkoba!" sentak Kafi dengan dadanya yang naik turun. Kafi yang hendak melampiaskan amarahnya dengan cara melayangkan pukulan itu berhasil dihentikan oleh Rendi yang juga merupakan kakak tingkatnya yang kini memasuki semester tiga.

Lelaki dengan kulit sawo matang dan postur tubuh yang agak berotot bernama Rendi Drystan itu berusaha untuk menengahi keduanya setelah melihat adanya keributan ketika ia hendak menuju kelasnya.

"Jadi lo orangnya? Jadi pengedar narkoba itu bisa nyusup jadi calon mahasiswa di kampus kita itu karena lo yang manggil mereka buat datang untuk melakukan transaksi narkoba?" tanya Rendi menyudutkan laki - laki yang seumuran dengan dirinya meski kini ia baru memasuki semester tiga karena sudah dua kali gagal masuk perguruan tinggi. Rendi pun berakhir tertawa sinis."Jadi gitu strategi busuk lo?"

SAVIOR COMPLEX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang