LIMA PULUH EMPAT

6.5K 553 793
                                    

Selamat membaca:)

Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya

•••

Satu minggu berlalu, kondisi Ascella semakin membaik. Dengan mengonsumsi obat yang di imbangi dengan terapi, pikiran dan kata hatinya sudah mulai selaras setelah mendapatkan terapi selama beberapa minggu dirawat. Bahkan ia diiziinkan untuk keluar dari rumah sakit jiwa namun tetap harus mengonsumsi obat dengan dosis yang diturunkan dan setiap satu bulan sekali harus melakukan kontrol.

Raline memutuskan untuk membawa putrinya pergi ke daerah asal mereka yaitu Bandung. Raline sudah mengurus segala persiapan. Hal itu Raline lakukan demi ketenangan Ascella selama masa pemulihan. Karena ia merasa bahwa Ascella akan lebih nyaman jika berada di Bandung bersamanya sehingga juga selalu terpantau olehnya.

Ascella menerima keputusan sang Mama untuk pindah. Karena ia yakin Raline melakukan itu demi kebaikannya. Ia juga ingin melanjutkan hidupnya dan meraih mimpinya. Ia merasa sangat berat untuk meninggalkan rumah sakit jiwa yang merupakan tempat dimana selama ini ia dirawat. Lebih tepatnya meninggalkan para perawat yang selama ini selalu menghiburnya dan juga beberapa teman seperjuangannya, salah satunya adalah Sora.

Pagi ini Ascella sudah melepas pakaian rumah sakitnya dan bersiap untuk pergi. Ia tatap ruang perawatannya yang sudah bersih itu dengar nanar sebelum Raline menggandeng tangannya dan mengajaknya keluar dari ruangan yang nyamannya sudah seperti rumahnya sendiri.

Suster Afni, suster Desy dan suster Tari bergantian memeluk tubuh Ascella sebagai bentuk perpisahan. Mereka tentu merasa sedih karena telah menghabiskan waktu hampir di setiap harinya bersama. Segala hal tentang Ascella, mereka yang mengurus.

"Tolong sering kabari kami ya? Kami mau selalu dengar tentang kabar baik kamu, Ascella," ujar suster Afni.

Ascella mengangguk."Itu pasti, suster. Aku akan selalu mengabari kalian dari sana."

"Jaga diri kamu baik - baik disana ya? Kami berharap kamu hidup dengan baik setelah ini," imbuh suster Desy.

"Kalian semua adalah yang terbaik. Terima kasih karena selama ini sudah mau merawatku dengan sangat sabar," ucap Ascella untuk yang terakhir kalinya.

"Ascella, selalu peluk dirimu, jangan lagi membiarkannya jatuh untuk yang kesekian kalinya ya. Cepat pulih dan raih mimpimu," pesan suster Tari.

Ascella menganggukkan kepalanya. Ascella berjanji kepada dirinya sendiri untuk melangkah maju dan memulai harinya kembali.

•••

Di sela - sela waktu senggang bertugasnya sebagai seorang relawan, Kafi merindukan sosok Ascella dan sampe hitungan beberapa hari ini ia tidak pernah mendengar bagaimana kabar gadis itu karena komunikasi mereka yang merenggang. Tidak bisa hanya berdiam diri saja Kafi pun berinisiatif untuk menghubungi nomor suster Afni yang tanpa perlu menunggu lama, suara mulai terdengar dari seberang sana.

"Pagi, suster. Ini saya Kafi. Saya mau menanyakan perihal Ascella, dia baik - baik saja kan? Saya belum bisa menemuinya lagi karena suatu alasan yang tidak bisa saya beri tahu."

"Pagi mas, apa kabar? Masnya belum tahu? Kalau Ascella sudah keluar dari rumah sakit jiwa sejak kemarin, mas. Dan yang saya ketahui, hari ini dia bersama Ibunya akan terbang menuju Bandung pukul 12 siang ini dan menetap disana lalu tidak akan kembali kesini lagi. Keadaannya sudah sangat membaik."

SAVIOR COMPLEX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang